Poor Ana...

Ana, Ana, Ana. Nama yang indah. Ana, Ana, Ana, kau tiba-tiba datang menggelar kisah. Ana, Ana, Ana, wajah lembut juga anggun itu membuatku gelisah. Hanya kau Ana yang membuatku menoleh pada kotak segiempat yang disebut televisi dalam seminggu yang ada. Ana, Ana, Ana, kisahmu menyesakkan dada. Poor Ana...


Maka siapakah Ana...? Ana adalah siapa saja perempuan yang menjadi korban dari rasa yang disebut cinta. Hm, apakah dalam cinta ada yang disebut korban ? He, ia tak sepenuhya korban. Hanya perempuan yang menuntut haknya atas jejak cinta dan penghianatan yang kemudian ada. 

Maka kukatakan pada kalian para perempuan, berhati-hatilah. Tak cukup dengan sekedar cinta. Genapkan jiwa dengan cinta yang sebenarnya cinta supaya hidup menjadi lega. Sebab kelegaan adalah sebuah rasa menerima yang penuh dan tak bersyarat. Bukankah hidup harus dijalani dengan rasa penerimaan yang penuh dan kelegaan. 

Maka Ana, sudahi saja perseteruan itu. Sungguh, dulu ingin kuludahi wajah lelakimu itu jika bisa kuperturutkan emosiku. Tapi..., demi melihatmu menjadi korban eksploitasi berita tv, jengahku tiba. Sudahlah Ana, kuncilah pintu. Lalu dekaplah duniamu dengan penuh cinta. Cinta yang sebenarnya cinta hingga tak ada lagi yang tertawa, menyerngitkan dahi atau berkata lirih, poor Ana...

Comments

  1. Wah serba hitam nih blognya
    nice mbak

    ReplyDelete
  2. [Again].. Semua atas nama cinta?
    Apa kabar Bu Elly? Maaf, lama tidak silaturahmi kesini..

    ReplyDelete

Post a Comment

Tulisan hasil kontemplasi. Mohon maaf, komentarmu perlu saya cerna dulu untuk menghindari riweh dan tidak spam. Terimakasih.