Perempuan Seksi

Selamat siang semua. Ini waktu melesat yang pas buat saya, jam Ishoma. Makan siang, ah sebentar lagi. Rasanya saya belum lapar. Rasanya lagi, ada sesuatu yang menggedor-gedor minta dituangkan disini, sekarang juga, hehe. Ini tentang keseksian seseorang. Saya batasi saja pada perempuan. Perempuan seksi.


Tentu saja ada sebabnya kenapa tulisan ini saya batasi pada kata "Perempuan". Tidak bermaksud untuk melakukan pengkotakan. Hanya..., kebetulan tadi saya dajak bos saya menghadiri sebuah acara presentasi. Kebetulan lagi, yang melakukan presentasi adalah seorang perempuan. Seorang profesor yang memiliki jabatan cukup penting. Dan, jujur saya katakan, itu bukan presentasi yang menarik. Bahkan sangat tidak menarik. Terlalu tekstual. Tidak ada yang aneh sebetulnya mengingat rata-rata pejabat hanya membacakan bahan presentasi yang sudah disiapkan asisten mereka.

Tetap saja, sesuatu di kepala saya ini menuntut. Dia berteriak-teriak sambil berkata, "Huh, lebih enak melihat presentasi Butet Manurung. Sebab lebih meyakinkan, lebih kongkret menjelaskan apa, mengapa dan bagaimana....". Begitulah teriakan sesuatu yang menari di kepala saya itu.

Maka ketika suara-suara di kepala saya itu terdengar, sayapun diingatkan lagi pada perbincangan saya dengan Saut di twitter. Saut memberikan link tentang komentar Sapardi Doko Damono yang berkata, sekarang era untuk para penulis perempuan. Sebab para lelaki telah menjadi bodoh dan malas. Menurut Saut itu ironis, hehe, ketersinggungan laki-laki. Maka saya berkata pada teman saya itu, anggap saja itu sikap ksatria sorang laki-laki Ut. Mengalah, supaya para penulis perempuan jadi tambah semangat. Teman saya itupun setuju sambil ia berkata, itulah sisi 'Kebapakan" seorang Sapardi Djoko Damono. Dalam hati, saya berkata, Ut, tulisan perempuan lebih bergema, mungkin lebih disebabkan karena (tulisan) perempuan itu seksi. Keseksian tulisan perempuan akan membuat tulisan perempuan lebih berjiwa lalu lebih bergema. Tentu saja cuma pendapat pribadi. Hal yang cuma saya ucapkan dalam hati.

Apakah setiap perempuan harus seksi ? Jawabannya tergantung pada pilihan kita masing-masing. Seksi itu, bagi saya lebih pada penghayatan tentang bagaimana manusia mengejawantahkan dirinya pada semesta. Jika orang melakukan sesuatu dengan sungguh-sungguh, dengan sepenuh jiwa, maka ia seksi buat saya (tidak perduli dia laki-laki atau perempuan). Butet Manurung seksi, karena dia bersungguh-sungguh melakukan apa yang digelutinya. Dia paham tentang apa yang dilakukannya. Dia mampu menjelaskan tentang apa, mengapa dan bagaimana menyangkut proyek Pendidikan untuk Suku Anak Dalamnya.

Kembali ke profesor perempuan yang saya sebut di awal tadi, apakah sebagai pejabat dia harus seksi..? ya harus dong. Kalau tidak, manalah mungkin presentasinya akan menarik. Akhirnya, manalah mungkin kebijakan yang dia buat akan menarik dan tepat sasaran. Seksi itu tidak melulu pada penampilan fisik, tapi pada isi kepala. Penampilan, ya bolehlah tapi sedikit. Misalnya penampilan yang fresh, make-up sederhana tapi pas. Tidak kaku dengan rambut oval berponi yang tidak serasi dengan wajah. Ups, no offense.

"Hahaha, kumatmu kambuh soel..." si Angin Selatan di sisi kanan saya membuyarkan teriakan sesuatu yang menari di kepala saya ini,
"Menarik kau anggap seksi. Tau apa kau soal perempuan seksi...!? kau kan perempuan...",  desisnya seolah mengingatkan saya kalau pendapat saya tidak valid. Tentu saja tidak valid. Ya, cuma pendapat pribadi. Bagaimana menurut anda ? Silahkan dituangkan jika berkenan. Salam.

Comments

  1. seksi di m ata pria sih biasanya penampilan, mbak. Tapi kalau di mata wanita, mungkin tak hanya penampilan. Btw, saya sudah follow blog ini sejak dulu tapi kok jarang keliatan update-nya di dasbor ya. Saya coba follow lagi deh.

    ReplyDelete
  2. seksi menjadi diri sendiri,,,itu yang sekarang lagi aku butuhkan...hehe.

    ReplyDelete

Post a Comment

Tulisan hasil kontemplasi. Mohon maaf, komentarmu perlu saya cerna dulu untuk menghindari riweh dan tidak spam. Terimakasih.