Padahal Embun Belum Tiba

Semalam ketika embun belum tiba,

Kubayangkan hari itu tiba. Hari dimana ada tetes embun di kelopak mawarku. Embun yang datang diam-diam ketika fajar belum terbentuk. Dan ketika embun itu disana, kau ada bersamaku walau tak benar-benar ada. Kau ada di bilik-bilik ingatanku. Dan garis senyum menyembul dari kedua sudut bibirku.

Taukah kau arti munculnya senyum di kedua sudut bibirku itu...? Mungkin kau tak tau dan takkan pernah tau. Itu tak penting buatku. Sebab ketika senyum menyembul di kedua sudut bibirku saat aku mengingatmu, itu berarti kau telah menjadi indah untukku. Taukah kau betapa aku telah terseok-seok menginginkanmu menjadi indah untuk munculkan senyum di kedua sudut bibirku ? Mungkin kau tak tau, takkan pernah tau. Tapi asal kau tau..., kepertaruhkan jiwaku untuk menanti senyum itu muncul di kedua sudut bibirku ketika aku mengingatmu di bilik ingatanku saat embun menetes di kelopak mawar itu. 

Saat itu, kau tak lagi sekedar mengangankan gelora  magma yang menggelegak dari kepundan gunung berapi tuk bangkitkan semangatmu. Tapi sebuah cahaya yang indah. Di dalamnya mungkin ada gelora atau  kesyahduan, mungkin ada pula maghma yang menggelora. Begitulah. Setidaknya.... gelora itu tak terlalu jengah untuk menatapmu. Itulah yang kutunggu.

Hanya gumaman seseorang sambil ia menatap langit.

"Hm, gumaman apakah ini ? suara di kepalanya membuyarkan gumaman itu.Tak ada jawaban. Ia hanya menundukkan kepala. Sungguh, gumaman itu tak jelas. Entah apa maknanya. Mungkin ia sedang memikirkan seseorang, atau memikirkan kerabatnya. Tak jelas bagi siapapun. Hanya langit yang memahaminya. 

Maka langitpun tersenyum
"Simpanlah dalam jiwamu. Genggamlah harapanmu sepenuh jiwa. Mungkin suatu hari ia akan jadi kenyataan"
ujar sang langit sambil ia mendesis  "Padahal embun belum tiba...."

Comments

  1. termotifasi di akhir kalimat,,,Genggamlah harapanmu sepenuh jiwa. Mungkin suatu hari ia akan jadi kenyataan.
    Tunas mimpiku sudah menjadi kenyataan, rupanya.

    met sore mbak,,salam kenal. mari bertukar link jika tak keberatan.

    ReplyDelete

Post a Comment

Tulisan hasil kontemplasi. Mohon maaf, komentarmu perlu saya cerna dulu untuk menghindari riweh dan tidak spam. Terimakasih.