Mawar Itu Tak Tumbuh


Sudah hampir seminggu saya menanam mawar. Sebuah pot di teras belakang tak berisi tanaman, maka spontan saja saya berinisitif untuk menanam mawar di pot itu. Tentu saja bukan pekerjaan sulit. Cuma menambah tanah di pot itu dengan pupuk rabuk. Mengisinya hingga penuh. Lalu menanaminya dengan beberapa tebasan tangkai mawar yang saya ambil dari halaman depan rumah. Setelah itu menyiramnya. Bret, beres. Setiap pagi setelah minum kopi dan sepulang saya dari pabrik, saya akan menjenguknya. Menyiraminya supaya tunasnya tumbuh. Sederhana bukan.

Sore ini saya punya banyak waktu untuk menjenguk mawar itu lagi. Ternyata, oh..., betapa saya harus kecewa. Mawar itu tak tumbuh. Tak ada tunasnya sama sekali. Tangkainya terlihat layu. Layu dan membusuk yang tak memiliki harapan untuk tumbuh. Ah, kemana saja saya selama ini ?

Apa yang salah, saya bertanya-tanya sendiri. Apa tangan saya sudah tak lagi dingin untuk sekedar menumbuhkan mawar ? Apa mawar itu marah kepada saya ? Apa ada yang salah dengan cara saya mengasihi mawar itu hingga ia enggan tumbuh ? Entahlah. Rasanya tidak ada yang salah. Kecuali, kecuali...,ah, saya berlari ke belakang. Memeriksa karung berisi tanah rabuk yang saya isikan kepada pot mawar itu. Astaga, saya melunglai. Pahamlah saya kenapa mawar itu tak tumbuh. Tanah rabuk itu masih mengeluarkan hawa panas. Ia belum merabuk dengan sempurna. Segera saya ingat, saya salah membuka karung tanah. Karung yang saya buka adalah karung berisi pupuk kandang yang baru diantarkan tukang pupuk langganan saya. Padahal beliau sudah berkata bahwa pupuknya belum jadi. Baru saja dibuat dari kotoran kambing yang baru dikeluarkan sang kambing.

He, kau lihatlah salah memilih karung pupuk saja bisa berakibat fatal. Mawar yang saya tanam itu tak tumbuh. Itu baru soal pupuk. Mungkin juga ketika pagi dan sore hari tiba, saya menjenguk mawar itu dengan tergesa-gesa. Saya tak sempat memperhatikan kalau tangkai mawar yang saya tanam itu merana. Saya tak benar-benar memberikan hati saya untuk mawar itu. Manalah mungkin mawar itu akan tumbuh...   

Maka perhatikanlah sekeliling kita Apa saja yang didekat kita akan merana bila kita tak memberikan hati kita dengan tulus. Ketulusan adalah syarat utama. Begitulah. Sambil saya memikirkan ini, tanpa bisa saya cegah saya teringat kerabat saya yang selama ini sakit. Ia baru saja meninggal dunia karena suaminya salah memberikan obat. 

Tak lama terdengar suara,
"Jangan bersedih. Mawar itu memang tak tumbuh. Tumbuhkan saja mawar di hatimu...", katanya sayup-sayup
Tentu saja suara ilalang di kepala saya, siapa lagi. Salam.

Comments

  1. inspiratif sekali mba,...

    duh kasian sekali kerabat mba yg meninggal karena kecerobohan suaminya :(

    akan kutumbuhkan mawar dihatiku untuk kupersembahkan pd org2 terkasih :)

    ReplyDelete
  2. Sebuah perenungan yang menggugah Bu.

    ReplyDelete

Post a Comment

Tulisan hasil kontemplasi. Mohon maaf, komentarmu perlu saya cerna dulu untuk menghindari riweh dan tidak spam. Terimakasih.