Hanya Kematian Yang Bisa Menghentikannya

Akhirnya Juni yang merangsek itu usai juga. Seperti apakah warna Juli ini ? saya bergesah sendiri ketika pagi tadi tiba. Lalu pikiran janggal saya muncul tanpa bisa saya cegah. Ini tentangnya, seorang sahabat saya yang tak pernah berhenti menulis.  Saya mulai berpikir, pikiran janggal yang tadi saya sebut, mungkin hanya kematian yang bisa menghentikannya...
 
"Tentu saja. Bukankah kematian akan tiba pada semua orang. Aku, kau, dia, mereka, pasti akan menemui kematian. Hanya, aku ingin mengisi hidup sebagaimana rasaku bicara, sekaligus menyongsong kematian dengan caraku...", suaranya tiba-tiba muncul di telinga saya. Seperti mengerti apa yang saya pikirkan.

Begitulah. Sahabat saya itu mengisi hidup dan menyongsong kematiannya dengan caranya. Energinya begitu besar dan meluap-luap. Entah darimana datangnya. Tak cukup disalurkan hanya pada pekerjaannya atau sekedar menanam bunga. Sebab itu ia selalu melesat. Pikirannya melesat. Jiwanya mengembara. Ia menuliskan pengembaraan jiwanya. Ia menulis dan terus menulis seolah esok itu tak ada.

"Sebab sebuah tulisan hakekatnya adalah sebuah pesan yang kita taburkan ke langit. Pada tulisan kita, ada nyawa meski ia zat tak bernyawa. Menulis adalah menjejakan pesan ke langit. Tulisanku adalah jejak pesanku pada semesta. Sebab itu kutulis jejakku sebanyak-banyaknya. Mungkin hingga jemariku tak kuat lagi menekan huruf-huruf di keyboard laptop tuaku..." urainya

"Maaf kalau kau jengah padaku. Hanya ingin merasai hidup apa adanya. Tertawa pada kebahagiaan, menangis pada kesedihan. Kadang..., tertawa pada kesedihan atau sebaliknya. Tak ada bedanya. Aku menangkap apa yang kurasa dengan dengan sepenuh jiwa dan menuliskannya. Sebab esok mungkin bukan milikku..." imbuhnya lagi

Kata-katanya mulai tak terdengar. Saya sudah dibuai mimpi. Dalam mimpi saya bertemu dengannya di langit yang seperti menyambut. Mungkin ia benar, di langit mimpi-mimpi manusia bertemu dan saling bersendagurau. Ini mimpi pertama di bulan Juli. Langit hitam tapi indah. Apakah saya akan terus melayang di langit hitam hingga pagi tiba. Entahlah. Semoga esok masih ada buat saya, juga buat Ilalang, sahabat saya itu. Selamat datang Juli.

Comments

  1. july baru membawa harapan baru,...selamat pagi mba :)

    tulisan ini mengingatkan saya pd kemalasan saya menulis akhir2 ini, benar...tulisan kita akan menjadi sejarah kita pernah ada sebelum kematian menjemput.

    ReplyDelete

Post a Comment

Tulisan hasil kontemplasi. Mohon maaf, komentarmu perlu saya cerna dulu untuk menghindari riweh dan tidak spam. Terimakasih.