Dan Tuhanpun Disebut Ketika manusia Terjepit

Entah kenapa saya melirik tv tadi. Wow, dia lagi, wajah yang paling malas untuk saya tengok, hehehe. Abang kita satu itu tiba-tiba jadi agamis sekali. Dia menyebut-nyebut nama Tuhannya. Saya ini anak Tuhan Yesus, katanya. Sontak saya tertawa, hahahaha. Kalau begitu, kok kelakuannya menggenaskan ya. Entahlah.

Ya ya ya. Tawa saya sudah terlanjur berderai. Tawa spontan saya itu lebih disebabkan karena pengakuan si abang menggelikan buat saya. Bukan, bukan keyakinannnya yang saya usik, tapi kelakuannya yang kontroversial itu. Baru tau saya kalau abang kita satu itu seorang yang taat kepada Tuhan. Seorang yang agamis. Semoga memang dia begitu. Cuma heran saja. Perkawinannya dengan mbakyu Ana tak diakui, dan diakuinya hanya sebagai kumpul kebo. Oh, Anak Tuhan mengaku kumpul kebo. Oh, sudahlah. Biarkan saja dia.

Fakta yang banyak terjadi, manusia seorang menjadikan agama sebagai tameng. Ketika terjepit dengan berbagai masalah, segala hal dilakukan manusia untuk bertahan dan membela diri. Bahkan dengan menyebut Nama Tuhan. Seolah dia manusia yang taat menjalankan agamanya. Ya..., bisa dimaklumi. Ketika sedang terjepit, apalagi hal paling mungkin dilakukan manusia ? Tak ada, kecuali lari pada Tuhannya. Semoga Tuhan tak sedang ditipunya....  

Comments

  1. Huhuhu...
    mentertawakan kelucuan hidup.

    ReplyDelete
  2. sepertinya saya tahu siapa yang disebut "abang", segala sesuatu pasti selalu kembali kepada Tuhan, baik suka atau terpaksa..

    salam silaturahmi..

    ReplyDelete
  3. betulo sekali Mba. Memang terkadang saya pribadi akan selalu ingat tuhan jika dalam keadaan terjepit, susah dan sakit.

    Apakah itu salah? Mungkin betu; juga ungkapan bahwa : Sakit atau musibah adalah pertanda Tuhan masih Menyayangi kita. Supaya kita akan selalu ingat terus kepada-Nya

    ReplyDelete
  4. hehehe orang yang selalu berkedok agama..ada dimana-mana..mengenaskan bin memuakkan :)

    ibu menyambut ramadhan,mohon maaf lahir dan batin yah

    ReplyDelete

Post a Comment

Tulisan hasil kontemplasi. Mohon maaf, komentarmu perlu saya cerna dulu untuk menghindari riweh dan tidak spam. Terimakasih.