Akhir Pekan seorang Buruh

Akhir pekan tiba lagi. Sayang, akhir pekan kali ini bukan seperti akhir pekan seminggu yang lalu atau minggu-minggu sebelumnya lagi. Saya dan teman-teman harus lembur di kantor menyiapkan event yang akan kami selenggarakan. Beginilah nasib buruh. 

Ketika pukul 3 sore lembur itu usai. Entah kenapa suara di kepala saya seperti berteriak "Ayo, paket lulur, spa, pijat... lengkap..". He, teriakan yang bisa saya pahami mengingat badan terasa begitu penat. Rasanya saya perlu merelaksasikan otot-otot sekaligus menyegarkan tubuh. Maka tanpa buang waktu, nguinggggg, sayapun melaju.

Sebagaimana paket lulur lengkap yang sesekali saya ambil, luluran kali ini betul-betul nyaman buat saya. Wangi rempah-rempah aroma theraphy, sensasi pelepasan sel-sel mati berikut daki-daki dari pori-pori kulit, musik intrumen lembut yang diperdengarkan sayup-sayup, juga pijatan tangan pegawai salon membuat saya terlena. Saking nyamannya suasana, rasanya hampir tertidur. Mungkin saya memang tertidur dengan otak  saya mencapai gelombang alpha, hahaha (berlebihan).

Tepat ketika tangan si mbak pegawai salon memijat saya dengan minyak rempah-rempah itu dan dengan pola pijatan alur tertentu hingga lelah saya sirna dan saya hampir tertidur, tanpa bisa saya cegah sesuatu di kepala saya menari lagi. Ia membawa saya pada sebuah ucapan yang seolah bergema di telinga saya. Ucapan seorang sahabat (kali ini saya engan menyebut nama) yang berkata,
"Bisa saja aku menuliskan rayuan-rayuan seindah liuk layangan di masa kanak-kanakmu, cuma untuk membawamu ke kasurku. Bisa saja kalau aku mau.....".
Ucapan yang entah ditujukannya pada siapa.

Tanpa bisa saya cegah pula, di tengah rasa terlena yang menidurkan saya itu, kedua sudut mata saya basah hingga ia teteskan linangan kecilnya. Sedihkan saya ? Tidak. Berdukakah saya ? Tidak juga. Saya hanya sedang terharu pada sahabat saya itu. Ditengah ketidaktauan saya kata-katanya itu ia tujukan pada siapa, ditengah sikapnya yang urakan dan meledak-ledak, dia menyimpan ketulusan. Pun pada saya, ia tulus dan apa adanya. Tak pernah sekalipun ia tak santun pada saya baik di layar maupun di belakang layar. 

Ya ya ya, persahabatan yang sesungguhnya mestilah melampaui segala kepentinganmu. Ketulusan persahabatan mustilah bulat dan total. Bila tidak, bila ada tendensi-tendesi tertentu yang entah apa, hanya penyesalan yang akan terjadi. Inilah akhir pekan seorang buruh seperti saya. Meski sederhana, ia bisa memberi makna. Salam.

Comments

  1. wow, mbak ana yang terhormat, sungguh mbah dukun terpana membaca postingan ini. apakah mbak ana kuliah sastra?

    ReplyDelete
  2. mba..itu gambar profile pic nya ..buku karyanya ya? mantap! ;)

    ReplyDelete
  3. Semoga mba dilancarkan oleh Alloh segala urusannya.. amiiin
    maaf klo ga nyambung..

    Salam silaturahmi..

    ReplyDelete
  4. @mbah Dukun yth, tidak ada Ana disini, dia ada di rumahnya. Kuliah ?, hehe, semesta adalah kampus saya.

    @Agenda ibu RT, iya mbak. Terimakasih.

    @Pandi, yep, semoga project saya lancar, amin, itu aja deh.

    ReplyDelete

Post a Comment

Tulisan hasil kontemplasi. Mohon maaf, komentarmu perlu saya cerna dulu untuk menghindari riweh dan tidak spam. Terimakasih.