Sebuah Nyanyian Tentang Santai...

Baru saja terdengar ada yang bernyanyi tentang santai. Santai, santailah, santai sajalah. Begitulah katanya. He, tentu saja bukan nyanyian saya. Entah nyanyian siapa.  Tiba-tiba ia muncul. Seperti muncul dari balik langit. Di dii sudut ini, saya duduk sambil sekelebatan memikirkan makna santai itu. Sembari saya mengawasi proses dan progress salah satu kegiatan kerja. Sudah hampir seminggu saya harus bolak-balik kantor dan the jayakarta daira untuk urusan ini.

Ya ya ya, santai. Jika santai itu identik dengan memberikan ruang supaya bisa bernafas lebih lega, saya setuju. Jika santai adalah upaya supaya tidak terperangkap pada sebuah belenggu, he, tentu pula saya setuju. Jika santai itu sebetulnya lebih bermakna pengingkarana dan sebuah egoisme, hehe, entahlah. 

Tak lama, entah mengapa saya seperti menyetujui nyanyian santai itu. Santai, santailah. Toh hidup hanya sepenangkapan makna ketika rasa-rasa jiwa muncul di permukaan. Santai, santailah. Sebelum atau setelah ini toh kita akan tetap menatap langit yang sama, meski di lengkung yang berbeda... 

Comments