Dikejar Dua Naskah, dan Kisah Seorang Staf Ahli Urakan

Dini hari tadi,
Tiba-tiba saja jadi ingin menuliskan sesuatu. Kebetulan saya memang sedang dikejar deadline untuk dua naskah kolaborasi bersama teman yang harus selesai sebelum tanggal 10 ini. Maka semangat ini tentu tak boleh dilepas begitu saja. Sambil menunggu adzan shubuh tiba saya menulis sesuatu yang mengendap di kepala saya hingga satu naskah selesai. Naskah yang satu lagi, ah, badan sudah tidak kuat. Cukuplah ditulis prolognya dulu.


Jam Ishoma tadi,
Melanjutkan naskah kedua yang dinihari tadi sudah saya tulis prolognya. He, tetap belum dapat "Ruh"nya. Ceritanya masih belum berjiwa, hambar. Saya kuatkan jemari saya dan saya paksa imajinasi saya menari. Tetap tak menghasilkan sesuatu yang saya harapkan. Naskah itu masih tak memiliki greget. Ia tetap belum memiliki bentuknya yang jelas. Kepala saya sudah mulai cenat-cenut. Tak lama, handphone saya berdering, saya kira..., rupanya Yudi menyampaikan ceritanya tentang seorang staf ahli urakan.

Mau tau...? sabar ya, saya minum dulu. Shruuuup.ah,  segar. Baiklah, sang staf ahli urakan, begitulah kami sering menyebutnya rupanya kembali berulah ditempat dimana sahabat saya Yudi tadi sedang ditugaskan pada sebuah rapat. Karena teman-teman saya tau saya paling illfil pada sang staf ahli tersebut, biasanya mereka langsung telpon  saya begitu ada kisah menggemaskan dan lucu atau nggilani tentang beliau kepada saya. 

Mau tau bagaimana kelanjutan ceritanya...? Yakin mau tau ? Senyum dulu, hehe. Yep, sang staf ahli (sebagai salah satu narasumber acara) berkata. Beginilah kira-kira sitirannya,
"Perubahan iklim menyebabkan suhu udara meningkat. Hawa terasa panas. Bahkan malam hari. Karena panas, para orang dewasa susah tidur. Karena susah tidur, aktivitas ranjang (yang maaf, tanpa tedeng aling-aling disebut sang staf ahli sebagai "ML"") meningkat. Jumlah anak dalam setiap keluarga bertambah. Populasi meningkat ...." 

Terlepas dari apakah itu sekedar guyonan atau memang sudah diteliti kebenarannya kami semua yang mendengar cerita itu tertawa terbahak-bahak. Kenapa...? Sebab Kalimat-kalimat tanpa tedeng aling-aling itu disampaikan pada acara rapat resmi. Disampaikan dengan cara seenaknya, cederung urakan ala beliau. Beliau mengangkat kedua tangan dan melipatnya di bawah kepala, dengan cara duduk sangat seenaknya (kadang selonjor, kadang kaki ngangkang) selayaknya ia sedang berada di rumah atau di warung kopi dan disampaikan dalam bahasa Palembang.

Hahahahahah. Tawa saya kembali meledak membayangkan kejadian itu. Bayangkanlah, seorang staf ahli yang seorang akademisi gayanya urakan bak seniman. Seniman-seniman yang saya kenal meski lebih spontan, rasanya cukup sopan sikapnya. Entahlah.

Begitulah tentang dua naskah dan kisah tentang seorang staf ahli ngawur. Lumayan menghibur buat saya. Mood saya jadi muncul lagi. Akan saya lanjutkan naskah kedua itu nanti. tentu saja dengan mood dan sense saya yang sudah yang sudah lebih berwarna. Maaf kalau anda tidak mengerti dimana letak lucunya. Salam.

Comments

  1. Hahahahahahahahahahahaaaa... Seru juga tuh staf ahli kalau dijadikan salah satu tokoh cerita Mbak Elly, kekekekekeee....

    Whew... sudah ada 2 naskah? Itu keren bangeeet! Semoga segera selesai dan diterbitkan ^^ KF sudah mulai bergerilya untuk 24 edisi ke-2 ;)

    ReplyDelete
  2. @G, hehehe. Nanti ah G, susah cari bentuknya, wakakak.

    Soal naskah itu, hihi, itu naskah kolaborasi dengan 2 pasangan saya G (Pak Odi dan Ivan kavalera) di Malam Kolaborasi Kompasiana. Tapi siapa tau akan kami terbitkan sendiri plus yang KKF dulu. Diterbitkan di kampung Fiksi aja ah nanti.

    ReplyDelete
  3. Mbak yg Ilalang Menarilah, apakah sudah ada yg tersedia dan bisa dibeli?

    ReplyDelete
  4. @G, belum mungkin. Sampai saat ini saya belum dapat kabar lagi. Kbar terakhirnya sedang naik cetak. Dari dulu bilangnya sedang naik cetak. Kalay saya tanya ke wall mereka, buru2 dijawab, sudah kami jawab lewat email, padahal gak ada, hik. Soal MoU, cover yang ada no isbn katanya mau diemail sampai sekarang belum.

    ReplyDelete
  5. Mungkin staff ahli itu menikmati hidup dengan apa adanya, tapi entah suatu kebiasaan atau agar rapat dibuat tidak menjadi tegang...
    Mungkin....

    ReplyDelete

Post a Comment

Tulisan hasil kontemplasi. Mohon maaf, komentarmu perlu saya cerna dulu untuk menghindari riweh dan tidak spam. Terimakasih.