Aku Lupa Warna Pelangi

Sungguh, aku lupa warna pelangi. Seperti apakah warnanya ? Bagaimanakah susunannya ?, tanyaku pada angin. Tak ada jawaban hingga kudengar suara-suara,

"Mejikuhibiniu, mejikuhibiniu, mejikuhibiniu....", suara bocah-bocah pulang sekolah sedang berlarian sambil menyandang tas sekolah mereka yang lusuh 

Nyanyian bocah-bocah itu seharusnya bisa menuntunku tuk mengingat warna pelangi, tepat dengan susunan warnanya. Tetap saja, aku bak manusia tak miliki ingatan tentang warna dan rupa. Aku masih tak bisa mengingatnya. Tetap..., aku lupa warna pelangi. 

Hingga pada pengembaraan rasaku yang kesekian, setelah gelap tiba dengan warna jingga di ufuknya, aku melihat pelangi itu. Ia menampakkan diri dengan terang benderang. Seperti sedang melambaikan tangannya padaku. Seketika itu juga, aku ingat warna pelangi. 

Mengapakah aku baru mengingatnya. Mengapakah ia baru menampakkan diri setelah aku merasa lupa pada warnanya ? Kau ingin tau kenapa ? Sebab....., sebab takutku telah membuatku lupa warna pelangi. Lelahku telah membuatku tak mengingatnya. Padahal ia ada dan kurasakan. Sebab pelangi itu adalah rasaku. Kenapakah harus kutolak warnanya indahnya padahal ia ada, dan esok mungkin tak ada bagiku. Maka sudahlah, kurasai saja warna indah pelangi itu.

Kau ingin tau, kenapa aku begitu ? He, nanti, nantikanlah aku bercerita lagi. Saat ini aku ingin berlama-lama merasai pelangi ini. Sebelum ia sirna. Sebelum ia berlari lagi hingga aku lupa (lagi) warna pelangi.... 

Comments

  1. wah gak boleh ganggu yang lagi menikmati pelangi nih...
    nanti bocorin warna pelanginya ya

    ReplyDelete
  2. Ketika cahaya itu memang benar-benar bersinar sempurna, percikan air lah yang membentuknya.
    Dan, indahnyapun hanya sekejap.
    Benar-benar lenyap ketika cahaya semakin menyengat. Begitulah....
    hanya mampu menantinya kembali.......entah...

    ReplyDelete
  3. kok lupa?

    kalau lupa saya beri tahu ya..
    ada merah..
    kuning
    biru,,
    hijau..
    ungu..
    putihi..
    dan lain2

    ReplyDelete

Post a Comment

Tulisan hasil kontemplasi. Mohon maaf, komentarmu perlu saya cerna dulu untuk menghindari riweh dan tidak spam. Terimakasih.