Menatap Rupa Kotaku


Menatap Rupa kota pada ruang-ruangnya. He, baru tersadar bahwa meski ada di dalamnya kita tak punya banyak kesempatan untuk menatap kota tempat kita tinggal begitu rupa. Maka pada dua malam lalu kutatap kotaku. Ruang-ruang berkilau terpampang. Udara segar juga sendu. Langit yang seperti memagil-mangggil.

Kotaku pada malam yang bercahaya. Seperti apakah ia ? Entahlah. Sinarnya seperti senyuman indah. Perjalanan mulai dari rumah. Bertemu seorang teman sebagaimana janji. Mampir ke Tempat pembelian oleh-oleh Pempek "Saga" Palembang. Lalu ke Resto Musi River Side menjamu tamu. Disana, terpampang view yang lumayan indah. Jembatan ampera yang berkilau ditimpa cahaya.

Rupa yang sulit dilukiskan. Datang, datanglah ke kotaku. Kau akan temukan hentakan geliatnya ketika siang. Aneka kuliner khas akan menyambutmu. Aneka jenis pempek, tekwan, model, laksan, celimpungan, mie celor dan lain-lain. Tentu saja, juga aneka jenis kain tenun khas seperti kain songket, kain jumputan dan pelangi. Ketika malam tiba, kau akan temukan rupanya yang bercahaya. Salam.

Comments

  1. hmm..seperti biasanya, tulisan Mbak keren apalagi pilihan kata2 yg tepat .. Btw, kota kita skrg makin metropolis ya Mbak..di mana2 kita bisa temukan apa yg saja yg kita cari.. Semakin betah utk dihuni..

    ReplyDelete
  2. wah, jadi kepengen ngeliat aslinya ampera gimana th..
    Salam blogger dari jambi mbak..
    Yarp yarp yarp.

    ReplyDelete
  3. jembatan ampera, pempek , dan kain songket khas padang...ooouuughh i love these all :(pengenn)

    ReplyDelete
  4. @Rita, selamat pagi mbak, terimakasih. Jadi kapan kita kopdar ? serius lho...

    @Ardian Bumi, ayo ke Palembang cuma 4 jam dari Jambi

    @muhJrs, waduh, kok Jembatan Ampera, Pempek, dan kain songket Palembang dipindahkan ke Padang. Oh, tidak, kemana saja dirimu, wekekek....

    ReplyDelete

Post a Comment

Tulisan hasil kontemplasi. Mohon maaf, komentarmu perlu saya cerna dulu untuk menghindari riweh dan tidak spam. Terimakasih.