Nisan Hitam Ilalang

Saat daun-daun jatuh ke bumi di sebuah tempat sunyi. Tak ada burung gagak. Tak ada kamboja tapi kemuning. Tak ada sesiapa kecuali nisan, nisan hitam. Tidak memanjang bentuknya, tapi melebar rebah ke tanah di bagian sisi kepala jasad. Sebuah Taman Pemakaman. Dia tenang disana bersama nisannya. Sedang kau, entah dimana kau saat itu.

Setelah mewasiatkan nisan, diapun mewasiatkan warisan. Semua benda miliknya telah diwasiatkan untuk dibagikan. Ya, semua miliknya sudah diwariskan jauh sebelumnya kepada siapa yang membutuhkannya. Permohonan maaf kepada kerabat telah dilakukan. Kau, entah dimana kau saat itu ?

Maka adakah kau paham kenapa dia ingin menerbitkan pesannya ? Adakah kau paham kenapa dia terus menulis ? Adakah kau paham kenapa dia menyiapkan segala sesuatunya ? Sebab....., sebab bila masa itu tiba, dia tidak lagi mengingat masanya di dunia dengan penyesalan. Bukankah segala sesuatunya teah diselesaikan dengan damai.

Kau, diamanapun dirimu berada saat itu, tetaplah berhembus kepada segala yang ingin meringankan dirinya. Sebagaimana kau menghembuskan dirimu padanya hingga ia tersenyum dan melambai pada dunia.

(Pesan Ilalang kepada Angin Selatan)

Comments

  1. puitis, saya sampai baca dua kali baru ngerti ....

    ReplyDelete
  2. iya ni apa aku ya yang kurang puitis jadi sulit mengartikan...he,,he,,he tp keseluruhan apik banget...salam kenal

    ReplyDelete
  3. ya deh ikut ae..yang penting bagus

    ReplyDelete
  4. Ngeri tapi cakep.
    Sepakat, terlebih pada paragraf terakhir. hanya hembusan yang kita punya. Apalagi tidak ada yang bisa meringankan dia selain hembusan kita.

    ReplyDelete
  5. puitis dan liris, salam kenal...

    ReplyDelete
  6. sungguh, daku mesti baca ulang buat ngerti makna tersirat dalam sajak di atas nih. :D
    salam kenal dan mampirlah kalau sempat. :D

    ReplyDelete

Post a Comment

Tulisan hasil kontemplasi. Mohon maaf, komentarmu perlu saya cerna dulu untuk menghindari riweh dan tidak spam. Terimakasih.