Kenapa Komering dan Korea ?

Tak bisa dijelaskan, tiba-tiba saya suka serial Korea. Padahal jelas-jelas saya tak suka sinetron dan segala jenisnya. Ada apakah...? Kenapakah...? Setelah lama saya bertanya-tanya dan merenungkannya, rupanya...., rupanya karena saya memiliki sebuah sisi yang serupa dengan sisi yang ada si serial Korea. Rupanya karena saya memiliki darah Komering. Kekomeringan saya telah membuat saya suka serial Korea. Begitulah. Saya seperti melihat masa kecil saya saat melihat adegan para perempuan dan laki-laki korea dalam serial itu bicara.

Betulkah ? He, tentu saja tak betul. Ini cuma anggapan pribadi saya saja. Patriakart yang kuat pada adat Komering, padahal saya benci, telah menimbulkan sisi romantisme saya hingga saya menatap serial Korea tanpa berkedip. Betapa akar patriakart itu telah tertanam kuat pada saya, mungkin hingga ke sel-sel darah merah dan urat syaraf saya. Betapa aneh dan menakutkannya. Hiks, rupanya perjuangan saya masih panjang kawan. Karena saya tak bisa membuang akar saya hingga ke akar-akarnya. Sebab akar itulah yang membuat saya tetap berdiri dengan kokoh. Bukankah begitu kawan ? Selamat pagi. Salam.

Comments

  1. karena kebiaasann nonton tu bunda, bisa karena biasa bukan :D

    aku juga punya akar, tapi masih sedikit rapuh,
    jadi berfikir mau nyari penguatnya hihihihiih

    ReplyDelete
  2. Benar, akar harus dirawat dengan baik sehingga kita selalu siap dan kuat dalam mengarungi kehidupan ini! Sukses untuk semuanya!

    ReplyDelete
  3. udah lama ga" main2 kesini...!!
    jalan2 di hari gong xi pa cai...

    ReplyDelete
  4. Saya juga suka korea kok mbak..
    Bukan cuma dramanya, tapi sampe boy band dan girl bandnya
    semua koleksi korea dan nama bintang korea saya hafal dan lengkap..termasuk videonya..

    hwahahahaha...toss dulu ah..

    ReplyDelete
  5. @all (Inuel, Nuansa Pena, Nday, Itik Bali, semua) terimakasih komentarnya. Ya, begitulah, kenyaraannya kita sulit melepaskan akar. Wew, rupanya banyak juga penggemar korea disini, uhuy.

    ReplyDelete

Post a Comment

Tulisan hasil kontemplasi. Mohon maaf, komentarmu perlu saya cerna dulu untuk menghindari riweh dan tidak spam. Terimakasih.