Siang menjelang sore yang teduh menghampirinya. Pada sebuah tempat menanti, seperti biasa. Tempat minum kopi yang menyenangkan. Disampingnya, seorang gadis ayu duduk memegang telepon genggam. Wajahnya teduh, juga ramah. Angin menerpa wajah si ayu, meriapkan rambutnya ke kiri dan ke kanan.
Angin ini tak tergambar baginya. Sebab angin ini tak berupa, meski kehadirannya nyata terasa. Ranting pohon bergoyang. Dedaunan beterbangan, dan rambut si ayu meriap indah. Tetap saja ia tak mampu menggambarkan angin meski ia berkawankan para angin. Sebab angin tak bisa diduga arah tiupannya. Seperti si Angin Selatan yang sering menghilang tapi selalu setia padanya.
Maka bisa diduga apa yang akan dikatakan si Angin Selatan saat membaca tulisan ini,
"Cara mengisi waktu yang jitu sembari minum kopi di tempat yang berangin. Pesawatmu delay lagi kan....? "
Angin ini tak tergambar baginya. Sebab angin ini tak berupa, meski kehadirannya nyata terasa. Ranting pohon bergoyang. Dedaunan beterbangan, dan rambut si ayu meriap indah. Tetap saja ia tak mampu menggambarkan angin meski ia berkawankan para angin. Sebab angin tak bisa diduga arah tiupannya. Seperti si Angin Selatan yang sering menghilang tapi selalu setia padanya.
Maka bisa diduga apa yang akan dikatakan si Angin Selatan saat membaca tulisan ini,
"Cara mengisi waktu yang jitu sembari minum kopi di tempat yang berangin. Pesawatmu delay lagi kan....? "
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteaku akan selalu merasakan kehadiran angin sembari membuang waktu...
ReplyDeleteAngin yang tak tergambar itu justru menyimpan kekuatan sekaligus kelembutan. Ia bisa bertiup lembut, namun bisa juga menghempas kuat...
ReplyDeleteangin yang juga merinaikan imaji, menyulut sunyi menjadi puisi...
ReplyDeletecatatan yang indah, Bu!
dari tempat yang berangin juga kubaca ini, bunda
ReplyDelete