Secangkir kopi , cuma itu temannya. Saat itu lampu sengaja ia padamkan. Kegelapan terbentuk menyelubungi suasana. Diam yang ritmis, tapi hangat. Suasana yang pada saat-saat tertentu ia suka. Tanpa kata, hanya secangkir kopi dalam gelap. Ia nikmati suasana itu dengan penuh semangat dan mendalam sebagaimana kedalaman rasa tiap regukan kopinya.
Di dinding, cahaya dini hari yang menyingsing tiba pada selapis kaca. Cahaya yang membentuk keremangan di wajahnya. Sebelah tangannya mengangkat cangkir kopi, matanya terpejam. Maka ketika mereguk secangkir kopi dengan mata terpejam itulah sekelebatan pikirang muncul di benaknya.
"Tak bisakah dunia berhenti sejenak saja dari gunjang-ganjing yang menyesakkan ini ?"
Tentu saja tak ada jawaban untuk monolog dalam keremangan itu. Sebab hanya ada dia dan secangkir kopi dalam gelap.
Hari makin menyingsing. Ketika cahaya telah cukup menerangi, ia melihat secangkir kopinya telah tandas. Pada cangkir kopi yang berisi selapisan ampas itu, entah mengapa ia seperti melihat sebuah seringai. Rupanya seringai si Angin Selatan yang bergumam,
"Santailah sedikit kawan. Pandanglah dunia dengan senyum di jiwa, maka dunia akan selalu terlihat indah dan damai...".
Tak ada jawaban. Hanya desisan, "Pret...!". He, gumaman yang tak jelas.
Cangkir kopi dalam gelap yang telah tandas itu diam-diam lalu tersenyum. Begitulah dunia tanpa kata dengan secangkir kopi dalam gelap miliknya. Dunia yang cuma bergumam. Selamat pagi dunia, katanya.
Di dinding, cahaya dini hari yang menyingsing tiba pada selapis kaca. Cahaya yang membentuk keremangan di wajahnya. Sebelah tangannya mengangkat cangkir kopi, matanya terpejam. Maka ketika mereguk secangkir kopi dengan mata terpejam itulah sekelebatan pikirang muncul di benaknya.
"Tak bisakah dunia berhenti sejenak saja dari gunjang-ganjing yang menyesakkan ini ?"
Tentu saja tak ada jawaban untuk monolog dalam keremangan itu. Sebab hanya ada dia dan secangkir kopi dalam gelap.
Hari makin menyingsing. Ketika cahaya telah cukup menerangi, ia melihat secangkir kopinya telah tandas. Pada cangkir kopi yang berisi selapisan ampas itu, entah mengapa ia seperti melihat sebuah seringai. Rupanya seringai si Angin Selatan yang bergumam,
"Santailah sedikit kawan. Pandanglah dunia dengan senyum di jiwa, maka dunia akan selalu terlihat indah dan damai...".
Tak ada jawaban. Hanya desisan, "Pret...!". He, gumaman yang tak jelas.
Cangkir kopi dalam gelap yang telah tandas itu diam-diam lalu tersenyum. Begitulah dunia tanpa kata dengan secangkir kopi dalam gelap miliknya. Dunia yang cuma bergumam. Selamat pagi dunia, katanya.
secangkir kopi, hampie selalu mengingatkan saya pada bebait puisi.
ReplyDeletesalam hangat, Bunda! lama nggak berkunjung kemari...
mungkin harus ditambahi cream atau susu mbak biar suasananya sedikit berwarna :)
ReplyDeletesantailah sedikit, jedalah sesaat, terkadang hal itu memang perlu kita lakukan. bagaimanapun setiap anggota badan ini memiliki hak untuk diistirahatkan...
ReplyDeleteSecangkir kopi hangat sebagai teman dalam kesendirian memang akan membawa kita jauh menerawang......
ReplyDeleteselamat siang, di jakarta hujan dan secangkir teh hangat menemani saya siang ini :)
ReplyDeleteIbu yg satu ini penulis ulung nih. Bahasnya penuh kualitas. Tapi saya agak kurang paham, jujur. Hehehehe. Maklum mungkin ini kali pertama pemilik blog baru ini mampir.
ReplyDeleteTapi nanti semoga dg sering mampir jd semakin bisa meresapi seiap kalimat yg diutarakan Ibu ini. Bagus.
Saya suka nomina angin selatan.
Oh ya, perkenalkan saya bloger dari blog baru, commoncyber. Blog dg dua bahasa.Indonesia dan Inggris. Salam kenal.
Oh ya, jika ada waktu silahkan mampir Ke commoncyber.net
ReplyDeletehehehehehehe
intix jangan gosip mulu ye?
ReplyDeleteaku nggak minum kopi, mba
ReplyDeleteminumnya coklat hitam yg kaya anti oksidan..
^^
preet .. hehe, rupanya itu pesan terakhir sang kopi saat melihat dunia mulai berganti hari, sebab akan ada lagi cerita yang 'aneka'
ReplyDeletemalam, bu ...
suka ma tanggapan dari desisan si angin selatan. "PREET!!" hahaahha
ReplyDeletejawaban yg sinis sekali :P
@all, terimakasih komentarnya. Prett !, ah dia memang perlu dikepret, hehe.
ReplyDelete