Hujan Tampar Wajahku

Hujan tampar wajahku. Duniaku melesat meski ragu. Di sudut itu seorang anak kecil bermata sayu sedang menggigil, giginya gemeretuk. Di televisi, manusia-manusia berbalut debu merapi terlihat kuyu. Berita evakuasi korban letusan merapi yang mengharu biru. Tak cukup itu, pemakaman masal korban merapi hilangkan bengalku. Hujan ini tak hanya tampar wajahku, juga tampar jiwaku. Hujan ini, buatku pilu................

Comments

  1. hujan ini bikin aku flu,,, iya saat ini lagi flu ringan krn seharian tadi terguyur hujan saat dijalanan

    ReplyDelete
  2. hahahaha...flu ku langsung sembuh setelah bisa jadi "LOKOMOTIF" di postingan mbk elly :D

    ReplyDelete
  3. eeiiit tunggu dulu jng disela dulu ya mbak,,, mau infokan buat komen setelahku "dukung gerakan 100.000 masker untuk korban bencana merapi" thanks

    ReplyDelete
  4. siang tadi melihat berita pemakaman massal,...hatiku juga pilu mba *_*

    sedih rasanya,meski cuma bisa beristigfar dan berdoa sm saudara kita disana diberikan kekuatan,amiennnn

    ReplyDelete
  5. analogi yang menyentuh ttg hujan, debu merapi dan tubuh kecil yang menggigil...

    ReplyDelete
  6. Semoga cobaan ini cepat berlalu dan korban bencana tabah dan tegar menghadapinya

    ReplyDelete
  7. tak hanya hujan yang tampar wajah, Bu, bahkan anginpun kini telah menguliti diri.
    semoga kita makin mendekat padaNya, semoga Dia tak enggan mendekap kita. aamiin

    ReplyDelete
  8. waduh
    hati-hati jangan sampe sakit ya
    ...


    ^^

    ReplyDelete
  9. @all, terimakasih komentarnya. Ya, tamparan hujan, tamparan angin, adalah tamparan alam yang bisa jadi juga tamparan buat jiwa kita. Untuk kita renungkan.

    ReplyDelete
  10. Aku jadi ikut merasa tertampar mbak...,

    ReplyDelete
  11. haduhhhhhh.....................,
    Wajah ini Bengeb, dan hati kian muruh.

    ingat tanggal kemarin, di Tegalsaripun mereka yg lalai menangguk musibah. Kereta kembali terguling, sementara aku persis dibelakangnya.
    Padahal Petarukan baru kemarin.

    Lalu ingat mentawai setelah dirinya dan Aceh bertahun lalu dengan cerita sama. Merapi dengan segala ceritanya, akan kepongahan penguasa tanpa menghargai bahwa mereka yang rakyat-nya adalah Manusia.

    Mungkin bangsa ini memang bangsa yang mudah melupakan duka, tanpa berbuat apa.

    ReplyDelete

Post a Comment

Tulisan hasil kontemplasi. Mohon maaf, komentarmu perlu saya cerna dulu untuk menghindari riweh dan tidak spam. Terimakasih.