Musim Telah Berganti


Buku-buku pelajaran sekolah, dulu mengatakan bahwa negeri kita adalah negeri dengan 2 musim. Musim kemarau dan musim hujan. Kini, he, rasanya tidak cocok lagi. Musim itu telah berganti. Bukan lagi musim hujan dan musim kemarau. Melainkan musim debat dan musim bencana. Ramai dan meriah tapi tanpa solusi. Menggelora di semua sudut hingga tiba bencana yang bertubi-tubi. Banjir, gempa bumi, aneka kecelekaan, aneka kehebohan dan kegegeran di banyak institusi.

Begitulah negeri dengan musim yang kini terasa asing. Negeri dengan aneka perngeyelan. Mereka yang berada di dalam sistem banyak salahnya. Sementara, yang diluar sistem banyak bacotnya. Yang di dalam sistem bertahan merasa benar dengan aneka argumen. Yang diluar sistem ngotot menyalahkan. Ketika masih di luar sistem begitu lantang memperotes ini dan itu. Saat sudah masuk ke dalam sistem, begitu tenangnya. Lupa pada perjuangan yang dulu dia teriakkan. Hal yang diingat cuma perjuangan untuk kaum/golongannya sendiri.

He, betapa musim yang aneh ini begitu memuakkan. Seperti memandang sekumpulan burung saat senja yang tiba-tiba terlihat bak sekawanan burung nazar. Entah kenapa. Ups, hanya lengguhan seseorang dari balik secangkir kopi. Selamat pagi.

Comments

  1. Halo G. Barusa saja ke link tulisan Astree Hawa di kompasiana (atas saran seorang teman). Dirimu juga disana rupanya. Sama, saya baru tau ada sastrawan bernama Astree Hawa, hehe. Betapa kupernya saya.

    ReplyDelete
  2. Hahaha... Mbak Elly, betapa sarkastiknya saya.. hihihi.. terlalu iseng ^^

    ReplyDelete
  3. Makannya, bgbunglah bsma org2 yg konsisten bgrak dluar sistem sblum kapitalisme liberal dluluhlantakkan... peace...

    ReplyDelete
  4. @G, hehe, bikin gregetan ya.
    @Ivan, iya van
    @Lone Fighter, hahaha, lebih enak jadi orang bebas yang biasa. Peace.....

    ReplyDelete
  5. stop musim kekerasan!!! begitulah jerit sang burung di saat senja.

    ReplyDelete
  6. betul negeri kita menjadi negeri 1001 kekerasan hiii (takut) selamat pagi bu

    ReplyDelete
  7. kapan ya Indonesia seperti dulu lagi , penduduknya berwajah ramah sekarang mah berwajah dengki dan was-was dengan orang lain

    ReplyDelete
  8. Barangkali hujan ini
    Yang menjadi penjelas antara musim semi dan kemarau
    Semua terbatas,seperti anganku

    ReplyDelete
  9. musim 'mati' tidak akan pernah berganti, coz setiap hari pasti ada orang yang mati.. entah kapan giliran kita :D hehehe...

    ReplyDelete
  10. Musim sudah tidak bisa diramalkan...
    mungkin alangkah baiknya kita semua lebih banyak introspeksi.

    ReplyDelete
  11. @Trimatra, mantap Tri.
    @Berpikir Positif, setuju pak Munir
    @Keluarga Mobil Ideal, iya mBun merindukan suasana adem lagi neh
    @Ahmad Flamboyant, nice
    @Fir'aun Ngeblog, hahaha, ya musim mati tidak pernah berhenti. Dan kita semua "Calon Mati"
    @Bang Iwan, ajakan yang indah. Mari bang.

    ReplyDelete
  12. kini,selamat malam mba...

    musim kian tak menentu mungkinkah karena bumi kian renta dan ingin menepikan dirinya?

    mungkinkah.....? bumi lelah.....

    ReplyDelete
  13. Wah bagus banget mbak picture-nya. Dan ngomongin musim, aku sudah gak bisa jawab lagi kalo ditanya sekarang ini musim apa. Pusing!

    ReplyDelete
  14. berkunjung sore, pakabar mbak...

    pictnya keren bgt.
    kini, kian banyak musim, musim yang tak terdeteksi krn ulah mnsia, hitam putih kehidupan kian marak.

    ReplyDelete

Post a Comment

Tulisan hasil kontemplasi. Mohon maaf, komentarmu perlu saya cerna dulu untuk menghindari riweh dan tidak spam. Terimakasih.