Ballada Laki-laki Pemberes Tali

Si Pemberes Tali. Begitulah orang-orang menjulukinya. Ia, kebetulan laki-laki, yang tak bisa diam bila melihat tali. Entah rafia, entah nylon, tali apa saja. Ia benci melihat benda itu tergeletak tidak menentu. Tidak saja karena membuat suasana berantakan. Juga karena sebuah rasa. Rasa jengah yang tak jelas. Entah mengapa, ia gelisah bila menemukan tali tergeletak. Dengan sekali hentakkan ia akan membereskannya. Ia akan menggulung tali itu dengan rapi lalu menyimpan sang tali di kotak. Begitulah.

Hingga sebuah hari tiba padanya. Hari dimana semua kotak penyimpanan tali miliknya telah terisi. Tak ada lagi tempat untuk menyimpan tali. Bak diturunkan dari langit, sore itu ia mememukan seutas tali (agak besar) tergeletak di lantai ruang makan. Nalurinya muncul. Serta merta diraihnya tali itu sambil ia mereka-reka akan dimanakah ia menyimpan si tali.

Otaknya berputar. Seakan ada yang membisiki, tali itu dibawanya keluar rumah. Ia berjalan ke halaman. Tepat di bawah pohon nangka tua langkahnya terhenti. Kepalanya mendongak ke atas sambil berbisik lirih "Tak ada tempat lagi, kuletakkan saja tali ini di dahan nangka...". Iapun mengambil tangga.

Laki-laki itu tampak sedikit sibuk. Srat, sret srut, pyar....buk...! Sebuah suara berdebam terdengar dengan keras. Si lelaki pemberes tali terkapar di lantai dengan lidah menjulur. Rupanya sebelum menggantungkan talinya ke dahan nangka, ia mengikatkan tali itu pada lehernya. Itulah hari dimana ia merasa dunia begitu dungu. Hari dimana ia merasa dirinya dungu bak tali yang sering dibereskannya. Semua yang dilakukannya terasa salah. Segala yang dilihatnya terasa janggal. Maka terjawablah sudah mengapa selama ini ia selalu gelisah bila melihat tali. Mungkin karena takdirnya berakhir diujung seutas tali. Oh...., misteri kehidupan.

Comments

  1. Lelaki yang selalu berurusan dengan tali, ternyata tak mampu membebaskan diri dari jeratan tali.

    ReplyDelete
  2. selamat malam mba ^^

    hemmm,....termenung membaca tulisan ini mba,perjalanan kehidupan yg tidak mudah hingga menyerah pada seutas tai untuk menjadi batas akhr hidupnya.

    ReplyDelete
  3. kacian bgt dech si pemberes tali itu... semoga kita tak bernasib sama seperti dia :D

    ReplyDelete
  4. Life's just like a puzzle, sometimes we find it hard to compile...

    ReplyDelete

Post a Comment

Tulisan hasil kontemplasi. Mohon maaf, komentarmu perlu saya cerna dulu untuk menghindari riweh dan tidak spam. Terimakasih.