Kasihan Sekali Kamu Soel !
Kasihan sekali kamu Soel!. Itulah kata-kata yang keluar dari bibir Dewok. Masih ingat Dewok ? Itu sepupu gondrong saya yang ditinggal istrinya (Kisahnya pernah saya ceritakan disini). He, kemarin siang dia muncul lagi. Kali ini tanpa pemberitahuan. Dia mucul begitu saja. Seperti setiupan angin selatan yang sering menghampiri saya. Tak cukup itu, penampilannyapun sangat mengagetkan saya. Pakaiannya rapi. Rambutnya, wow, tak lagi gondrong.
"Ïni sekedar ganti cashing atau softwarenya juga berubah nih "tanya saya iseng. Dia hanya tersenyum. Lalu tersenyum lagi selang 2 menit berganti membuat saya tak kuat menahan tawa.
"Orang kan bisa berubah Soel.....", Dewok menjawab pelan. Saya masih saja tertawa. Sungguh saya tak kuat menahan tawa melihat perubahan Dewok yang terlihat asing di mata saya. Saya terus terpingkal-pingkal hingga keluarlah kalimat sakti Dewok.
"Kasihan Sekali kamu Soel... !
Kata-kata terakhir Dewok menyadarkan saya bahwa Dewok seseungguhnya tak pernah benar-benar berubah. Mungkin dia telah sedikit berubah. Perubahan yang hanya kasat mata. Selain itu, karakter aslinya tetap sulit dirubah. Yah....Dewok tetaplah Dewok yang sering lari dari masalah dengan cara mengasihani orang lain. Dewok tidak berusaha memecahkan masalah untuk mencari tau kenapa orang lain tidak bersikap sebagaimana yang diharapkannya. Ia selalu saja, menutup masalah dengan cara mengasihani orang lain. Kasihan bagi Dewok adalah sebuah kondisi macet. Kondisi yang nantinya akan ditinggalkannya.
Dewok yang tengah jatuh cinta pada seorang perempuan sebagamana yang kemarin diceritakannya, mungkin telah sedikit berubah. Dia terlihat ceria. Semangat hidupnya muncul kembali. Diapun berpenampilan rapi. Itu melegakan. Hanya, bagi saya, perubahan Dewok lebih terlihat sebagai sebuah sensasi (pengaruh) cinta. Bila suatu saat masalah besar mendera, dia akan berkata lagi "Kasihan sekali kamu.....". Kasihan sekali kondisi ini dan sebagainya. Begitulah. Dewok.
Dan sesunguhnya, sambil saya menuliskan kisah ini, sayapun sedang masgul. Masgul karena takut penyakit Dewok menular pada saya. Hehe, sayapun pernah mengatakan "Kasihan Sekali Kamu Wok!" padanya. Bedanya, kasihan saya lebih bermakna sebuah kemakluman. Bukan kalimat pesimis yang menganggap macet. Lebih dari apapun, meski saya menganggap kelakuan Dewok patut dikasihani saya tetap optimis suatu saat nanti dia akan berubah. Entah kapan. Semoga saja. Semoga pula, he, Dewok tak sewot membaca tulisan ini. Maaf ya wok.
"Ïni sekedar ganti cashing atau softwarenya juga berubah nih "tanya saya iseng. Dia hanya tersenyum. Lalu tersenyum lagi selang 2 menit berganti membuat saya tak kuat menahan tawa.
"Orang kan bisa berubah Soel.....", Dewok menjawab pelan. Saya masih saja tertawa. Sungguh saya tak kuat menahan tawa melihat perubahan Dewok yang terlihat asing di mata saya. Saya terus terpingkal-pingkal hingga keluarlah kalimat sakti Dewok.
"Kasihan Sekali kamu Soel... !
Kata-kata terakhir Dewok menyadarkan saya bahwa Dewok seseungguhnya tak pernah benar-benar berubah. Mungkin dia telah sedikit berubah. Perubahan yang hanya kasat mata. Selain itu, karakter aslinya tetap sulit dirubah. Yah....Dewok tetaplah Dewok yang sering lari dari masalah dengan cara mengasihani orang lain. Dewok tidak berusaha memecahkan masalah untuk mencari tau kenapa orang lain tidak bersikap sebagaimana yang diharapkannya. Ia selalu saja, menutup masalah dengan cara mengasihani orang lain. Kasihan bagi Dewok adalah sebuah kondisi macet. Kondisi yang nantinya akan ditinggalkannya.
Dewok yang tengah jatuh cinta pada seorang perempuan sebagamana yang kemarin diceritakannya, mungkin telah sedikit berubah. Dia terlihat ceria. Semangat hidupnya muncul kembali. Diapun berpenampilan rapi. Itu melegakan. Hanya, bagi saya, perubahan Dewok lebih terlihat sebagai sebuah sensasi (pengaruh) cinta. Bila suatu saat masalah besar mendera, dia akan berkata lagi "Kasihan sekali kamu.....". Kasihan sekali kondisi ini dan sebagainya. Begitulah. Dewok.
Dan sesunguhnya, sambil saya menuliskan kisah ini, sayapun sedang masgul. Masgul karena takut penyakit Dewok menular pada saya. Hehe, sayapun pernah mengatakan "Kasihan Sekali Kamu Wok!" padanya. Bedanya, kasihan saya lebih bermakna sebuah kemakluman. Bukan kalimat pesimis yang menganggap macet. Lebih dari apapun, meski saya menganggap kelakuan Dewok patut dikasihani saya tetap optimis suatu saat nanti dia akan berubah. Entah kapan. Semoga saja. Semoga pula, he, Dewok tak sewot membaca tulisan ini. Maaf ya wok.
PETROMAX, amankan!!
ReplyDeleteDewok itu lagi fall in love toh...oo...manggut2
ReplyDeleteahh... dari sananya bukannya manusia itu akan selalu mengalami perubahan mbak? entah itu berubah ke arah yang lebih baik atau justru ke arah sebaliknya...
ReplyDeleteSemoga cintanya membawa berkah!
ReplyDeleteperubahan katanya pasti terjadi ya mbak, meski hanya nampaknya :)
ReplyDeleteDewok tak sepenuhnya berubah.., dan (sedikit) perubahan yg ada karena sdg jatuh cinta to..? hehehe
ReplyDeletemasgul itu apa mbak..maklum katrok hehehe
ReplyDelete@Trimatara, halah puasa-puasa nyepam juga, hehe
ReplyDelete@Sang Cerpenis, jangan kebanyakan manggutnya mbak
@Mas Goen. betul mas
@Aura Pelupa, amin
@Aulawi, siiip
@Catatan Kecilku, hehe, iya kali mbak
@Anak nelayan, masgul, apa ya...,ah pura-pura gak tau juga, hehe.
Yang penting jangan smpai akhir hayat baru si Dewok berubah,,
ReplyDeletekunjungan silaturahmi.. apa kabar Mbak..??
ReplyDeleteWih, Dewok Fall In Love judulnya.. detail banget nyeritain Dewok dari rambut ampe jatuh cinta.. hehehe
ReplyDeletekasihan sekali, sepertinya ini bisa menjadi ironi pada sebuah negeri :(
ReplyDelete