Bra Hitam Yang Sendu
Jumát tiba lagi. Seperti biasanya, hari Jumát adalah hari dengan bra hitam bagi seseorang (perempuan). Sebab hari itu dia mengenakan batik. Batik gelap yang membutuhkan manset hitam. Tak cukup itu, dilengkapi pula dengan bra hitam. Supaya serasi, katanya.
Kali ini, bra hitam itu terlihat tak berseri. Sebab suasana agak diliputi kegeraman bagi seseorang itu. Pagi menjadi mendayu-dayu karena berita televisi yang begitu romantis. Berita tentang ide norak Ruhut menyangkut sang presiden. Berita perampokan berbagai toko emas di beberapa kota. Hingga akhirnya (berita) kita dilecehkan oleh Malaysia. Lengkaplah sudah kegeramannya.
Kegeraman yang berubah menjadi sendu sebab awan hitam tergantung di langit. Langit mendung. Mendung yang menciptakan kesenduan bagi seseorang itu. Maka bra hitam itupun terlihat sendu baginya. Kesenduan yang membuatnya segera menarik benda itu dan mengenakannya dengan sekali gerakan. Selesai.
Tak sampai duapuluh menit seseorang itu telah siap melesat. Melesat ke dunianya. Meletakkan tas kerja. Memasukkannya ke dalam lemari. Mengeluarkan laptop dan membukanya. Memeriksa email yang masuk. Memeriksa kesiapan timnya untuk rapat hari berikutnya. Dan lain sebagainya.
Begitulah. Dan bra hitam yang sendu itupun tenggelam bersama hari. Entah apakah ia masih terasa sendu bagi seseorang itu atau tidak, tak lagi penting barangkali. Tentu saja, sebab sang bra hitam telah terlupakan oleh seseorang itu. Ia telah betul-betul melesat. Melesat melupakan kegeramannya akan berita televisi tadi pagi sekali. Dari balik meja ini, saya cuma berharap semoga kesenduannya sirna. Semoga harapan saya tidak berlebihan. Selamat pagi kawan.
Kali ini, bra hitam itu terlihat tak berseri. Sebab suasana agak diliputi kegeraman bagi seseorang itu. Pagi menjadi mendayu-dayu karena berita televisi yang begitu romantis. Berita tentang ide norak Ruhut menyangkut sang presiden. Berita perampokan berbagai toko emas di beberapa kota. Hingga akhirnya (berita) kita dilecehkan oleh Malaysia. Lengkaplah sudah kegeramannya.
Kegeraman yang berubah menjadi sendu sebab awan hitam tergantung di langit. Langit mendung. Mendung yang menciptakan kesenduan bagi seseorang itu. Maka bra hitam itupun terlihat sendu baginya. Kesenduan yang membuatnya segera menarik benda itu dan mengenakannya dengan sekali gerakan. Selesai.
Tak sampai duapuluh menit seseorang itu telah siap melesat. Melesat ke dunianya. Meletakkan tas kerja. Memasukkannya ke dalam lemari. Mengeluarkan laptop dan membukanya. Memeriksa email yang masuk. Memeriksa kesiapan timnya untuk rapat hari berikutnya. Dan lain sebagainya.
Begitulah. Dan bra hitam yang sendu itupun tenggelam bersama hari. Entah apakah ia masih terasa sendu bagi seseorang itu atau tidak, tak lagi penting barangkali. Tentu saja, sebab sang bra hitam telah terlupakan oleh seseorang itu. Ia telah betul-betul melesat. Melesat melupakan kegeramannya akan berita televisi tadi pagi sekali. Dari balik meja ini, saya cuma berharap semoga kesenduannya sirna. Semoga harapan saya tidak berlebihan. Selamat pagi kawan.
Bra hitam....wakakka...simbol yg pas banget...
ReplyDeleteMetaforik yang selalu menggelitik. Bra hitam? Semoga tak sendu lagi.
ReplyDeleteBunda sangat pandai membuat postingan seperti ini, Dari Judul aj sudah menarik minat pembaca.. Bra Hitam, ^ ^
ReplyDeleteOh ya ada info baru bunda.
Bra hitam sehitam template blog ini... Cukuplah bra hitam itu yang menggendong kesenduan itu, dan semoga pemiliknya memperoleh semangat baru untuk menyongsong masa depan.
ReplyDelete@Ladyonthemirror, simbol apaan sih mbak, he
ReplyDelete@Ivan Kavalera, ya van, Tks.
@Laksamana Embun, masa. Ok, nanti saya kesana
@Fanda, hahaha. Kalau template blog ini, bukan sendu Fan. Pusing aja kalau liat yang rame-rame warnanya. Sendu ini, cuma cara berpaling dari geram karena berita tv. Ditambah lagi cuaca mendung di palembang sepanjang hari (bahkan sejak kemarin).
SEMANGAT MBA.......!!!!! ^_^
ReplyDeletesaya mampir bu....dah lama nih.........kangen.....
ReplyDeleteapakabar.....?
shoutmixnya dimana ya.....?
Para elite Indonesia kebanyakan emang kacau, emang katro! Tapi sekatro-katronya pemerintah Indonesia, saya tetap tak menemukan alasan utk tidak mencintai Indonesia...
ReplyDeleteMet berbuka Puasa Mba (kalo lagi puasa :D)
Curahan hati yg indah...Salam kenal, Mba...
ReplyDeleteBerita yang buruk memang kerap membuat hati kita bad mood y, Mba..tp ambil hikmahnya saja...
ReplyDeletewau bra hitam hehehe...memang situasi skrg serba aneh ya mbak...
ReplyDeleteterserah yang berkuasa deh, aku ga ikud ikud Bunda, kalo bra hitam, mungkin agak memperhatikan hahaha, ;)
ReplyDeleteselamat malam mba,...
ReplyDeleteaku suka bra hitam hehehe :D
postingannya keren seperti biasa,mba paling bisa menyelipka pesan disetiap tulisannya.
Semoga kesenduannya berganti cerah ya mbak, :)
ReplyDelete@idenya ruhut: jika status quo kehendak TUAN,,, maka REVOLUSI RAKYAT adalah jawaban!!
ReplyDeletembak,,,pengen lihat batiknya oeyyy??
ps: berharap ada waktu luangbuat mendukung gerakan seo positif kami
http://newsoul-sayangidirimu.blogspot.com/
do'oh..salah naruh link mbak.
ReplyDeleteini nih yang bener:
http://titimatra.blogspot.com/2010/08/foto-anak-smp-melakukan-mural.html
hitaaam....? siapa takuuut
ReplyDeleteSelalu bra hitam yg mewakili kesenduan itu.. untung saja ada bra hitam... :)
ReplyDelete@Linda Tan, sama2 semangat ya
ReplyDelete@Boykesn, kabar sy baik mas Boy. He, shoutmixnya belum dipasang lagi
@Insanitis37, iya dong jelek2 tetap negeri tercinta
@Taufik Gunawansyah, salam kenal juga sobat
@Arif Rangga Gumilang, yep semuanya ada hikmah
@Aulawi, itulah kita sobat
@Nyuns, hahaha, dasar inuel
@Senja, he, sama dong.Tks
@Winny W, amin
@Trimatra, ok saya sudah kesana
@Harto, iya dong, hehe
@Catatan Kecilku, he iya mbak.
bra hitamnya harus dijahit kembali :)
ReplyDeletebra itu apa sih Tante??
ReplyDelete