Seringai Sang Absurd

Ketika pagi menyingsing tadi, dia melintas sambil tersenyum di depan saya. Entah sudah berapa lama dia tersenyum. Senyum dengan gayanya yang khas. Senyum dengan sunggingan di kedua sudut bibir yang seperti menyeringai. Senyuman seseorang yang menganggap dunia hanya sebagai panggung absurditas. Begitulah kira-kira pikiran sang absurd yang selalu pesimis dan agak sinis pada dunia. He, bagi saya dia memang sedikit aneh.

Malas memikirkannya. Lebih enak menganggap kehadirannya juga sebagai sebuah hal yang abdsurd. Dia absurd, maka tentu senyumnyapun absurd. Bila kita tulus dan optimis, maka tentu kita menatap semesta ini juga sebagai sebuah kenyataan yang patut digeluti dengan perbuatan nyata yang tulus. Entah berbuahkan sukses atau belum, itu perkara lain.

Kini, ketika tiba di ruangan kerja saya, dan membuka laptop butut ini, tiba-tiba saja ingin menuliskan senyum sang absurd yang sering menyeringai itu. Paling tidak bisul saya bisa pecah, hehe. Setelahnya, ya biarkanlah dia dengan seringainya itu. Saya ingin tersenyum nyata saja. Senyum yang memang karena saya ingin tersenyum. Sebab kita adalah apa yang kita pikirkan. Sebab dunia, meski fana, layak digeluti dengan perjuangan tulus yang nyata. Kau, apakah seringaimu absurd.......?

Comments

  1. mampir pagi ngupi dengan seulas senyum yang nyata.

    ReplyDelete
  2. Aku ikutan Ayah mampir,... Selamat pagi Bu.

    ReplyDelete
  3. Mending ngga senyum daripada senyum absurd..Selamat pagi Bu. Aku tersenyum buat Ibu ini senyum tulus loh.

    ReplyDelete
  4. jadi ingin senyum nih tapi senyum tulus. met pagi....mbak

    ReplyDelete
  5. Idem sama Mbak Fanny, datang ke sini, memberikan senyum ketulusan :)

    ReplyDelete
  6. @all (Setiawan, Zylvers, Ladyonthemirror, Sang Cerpenis, Anazkia, semua) terimakasih komentarnya. Hehe, tentu saja. Mari tersenyum tulus pada semesta ini. Selamat siang semua.....

    ReplyDelete
  7. kunjungan perdana ke blog sahabat..., salam kenal dan salam hangat dari blogger asal Bali

    ReplyDelete
  8. tersenyumlah sebelum semua itu di larang... hihihihihihihi

    ReplyDelete
  9. Sesuatu yang fana memang cenderung absurd. Tapi senyum kita jangan ikutan absurd. He,biasanya yang senyumanya nyata senengnya milih opsi satu "hahaha..,senyum lepas!!

    ReplyDelete
  10. senyum yang absurd itu lebih baik ditanggapi dengan senyum yg absurd juga. Kalo perlu dibales, "Situ cakep?" dijamin pasti dia akan muntah darah BWAHAHAHAHAHAHAHAH

    ReplyDelete
  11. saya akan berusaha agar tidak absurd

    ReplyDelete
  12. walah om munir kayak nggak bisa ngartikan artikel aja

    ReplyDelete
  13. @Cara Buat Template, salam kenal juga
    @Bali Wedding Photography, betul
    @Trimatra, ya meski fana hidup haruslah optimis
    @Freya hehe, senyum sang absurd itu lebih pada cara seorang yg pesimis menatap dunia, segalanya dipandang absurd dan pesimis, padahal mungkin karena malas saja
    @Munir Ardi, siip pak Munir
    @Brian, he, jadi nyusul pak Munir ya

    ReplyDelete
  14. Sebab kita adalah apa yang kita pikirkan. Sebab dunia, meski fana, layak digeluti dengan perjuangan tulus yang nyata... kalimat yang indah mbak... met weekend ya...

    ReplyDelete
  15. Kenapa sih ya.., kata 'seringai' selalu aku asosiasikan dengan serigala..?! hehehe

    ReplyDelete
  16. @AG Tjahyadi, met weekend juga mas Goen
    @Reni, ya beda-beda interprestasi la mbak. Bagi saya "seringai" itu lebih berkonotasi senyum yang menjengkelkan, haha. Met berhari minggu ya.

    ReplyDelete

Post a Comment

Tulisan hasil kontemplasi. Mohon maaf, komentarmu perlu saya cerna dulu untuk menghindari riweh dan tidak spam. Terimakasih.