Secangkir Kopi Di Balik Awan



Hampir saja matanya terkatup ketika rasa kantuk menyerangnya. Rasa kantuk yang sulit untuk dilawan. Maka ketika sebuah suara muncul di telinga menawarinya minuman sebagai teman camilan dalam kotak, serta merta dia memilih secangkir kopi. Ya, secangkir kopi. Secangkir kopi dalam cangkir plastik mungil plus 2 potong roti.

Diapun menikmati secangkir kopi sambil memandang awan yang bergulung. Hm...., nikmat. Sensasinya seperti sedang menari di balik awan. Indah, ringan dan lincah. Pada setiap hirupan, matanya tak lepas menatap awan yang bergelombang seperti kapas. Gulungan awan putih seperti melambai memberinya semangat Dan he, sulit melukiskan suasana yang didapatnya pada moment itu. Ada rasa tenang yang muncul ketika sudut matanya menatap awan yang menyaput langit kali itu. Baginya, meski sederhana, pemandangan awan yang ditatapnya seperti sebuah lukisan tentang ketenanganNya. Entah kenapa. Dan dia menyukainya. Di sudut matanya yang menatap awan, terlepas harap semoga setiap langkah, pekerjaaan dan kegiatan selalu mendapat perlindungan dan barokah dariNya. Semoga saja.

Begitulah sensasi menikmati secangkir kopi sambil menatap awan yang dirasakan sesorang pada sebuah sore. Sambil menuliskan sensasi menikmati secangkir kopi di balik awan ini, dia berharap agar para sahabat juga mendapat kebarokahanNya. Harapan yang disertai permohonan maaf karena baru bisa menulis lagi. Selamat beraktivitas. Semoga kita semua mendapat kesuksesan dan kebarokahan di setiap langkah kita. Begitulah asa yang terlepas saat ia menatap awan ditemani secangkir kopi. Selamat sore semua.

Comments

  1. Inspirasi alam yg indah mba...
    mengagumkan maknanya..
    secangkir kopi memang nikmat bila kita berdampingan langsung dgn alam,,

    met sore juga..:)

    ReplyDelete
  2. Alhamdulillah.., akhirnya mbak Elly menulis lagi...
    Semoga saja awan dan secangkir kopi mampu memberi semangat.

    ReplyDelete
  3. kopi dan desah angin begitu menginspirasi bagi orang yang peka

    ReplyDelete
  4. lho, mirip judul cerpenku, mbak. bulan sabit tertutup awan. ada awan nya juga. hehhee.lebay deh, fanny.

    ReplyDelete
  5. mba Elly, Kopi selalu menginspirasi.

    ReplyDelete
  6. semangat mbak Elly...
    semangat itu menular mbak.....
    minum kopi juga menambah semangat.....memandangi senja juga menambah semangat....apalagi membaca tulisan2nya mbak Elly...semangat lagi deh....

    ReplyDelete
  7. Sensasi secangkir kopi, membuat jiwa menerawang jauh sampai ke Awan.

    Selamat sore Mbak.

    ReplyDelete
  8. wah..ternyata mba demen kopinya juga..penuturan yang indah...

    ReplyDelete
  9. mudah2han setiap hari dalam hidup kita selalu berkah ya mbak,,, selamat berkatifitas jugah.

    ReplyDelete
  10. subhanallah , nikmatNya memang selalu bisa dirasakan saat kapanpun. Dan cerita mbak mengalirkan hangatnya kopi di awan sore itu, ke arahku.

    Maaf sayapun baru berkunjung lagi.

    ReplyDelete
  11. @all (Hdsence, Reni, Munir Ardi, Sang Cerpenis, A-chen, Buwel, Itik Bali, Alrezamittariq, Stiawan, Isti, Trimatra, Annie, semua) terimakasih komentarnya. Maaf belum bisa leluawa blogging dan blogwalking. Kesibukan cukup menyita wakktu. Seminggu saya tugas luar. Pokoknya kangen sama anda semua. Sukses untuk anda semua.

    ReplyDelete
  12. Dan Anaz memohon maaf karena baru singgah

    Mbak, kemarin Anaz mau posting, "Perempuan Pecinta Kopi" tapi gak jadi, pas lagi di tengah2 nulis, malah suruh masak. Antara paragraf pertama,

    "Dialah perempuan pecinta kopi, yang menghirupnya pada setiap pagi juga saat senja kala. Dialah perempuan pecinta kopi, yang saat kisahnya dibagi kadang membuat kita berkerut sendiri. Dialah Mbak Elly. Ah, sepertinya semua sudah mengetahui..."

    hehehe... semoga kelak bisa diposting :)

    ReplyDelete

Post a Comment

Tulisan hasil kontemplasi. Mohon maaf, komentarmu perlu saya cerna dulu untuk menghindari riweh dan tidak spam. Terimakasih.