Bualan Angin Selatan Tentang Pose Dambaan

"Situasi seperti apa yang paling kau inginkan..?", tanya seseorang tiba-tiba padanya. Sudah lama sekali. Mungkin tiga tahun yang lalu.
"Tergantung suasananya...."
"maksudnya....?"
"Ya tergantung suasana hati saat itu..."
"Bila sedang ingin berbagi kasih sayang, jelas ingin berdua atau berkumpul dengan keluarga"
"Bila ingin suasana tenang yang sepi, jelas menyepi adalah pilihan..."
"Menyepi...., dengan suasana seperti apa?. Posenya bagaimana ...?" tanyanya lagi
He, pertanyaan aneh. Lebih aneh lagi, saat itu dia menjawabnya dengan antusias
"Seperti ini posenya.....saya sedang berbaring di padang rumput luas. Memandang langit yang bercahaya. Memandang bintang. Memandang bulan. Angin bertiup sepoi menggerakkan rerumputan dan menyibakkan rambut saya. Sebuah siluet rumput ilalang terpampang dengan anggun di hadapan saya. Indah bukan....?"

Itulah jawabannya ketika itu. Jawaban yang membuat seseorang yang bertanya itu tersenyum. Entah apa maknanya. Lucunya, tiba-tiba pula, saat ini, dia ingin merasakan ketenangan yang menjadi kedambaannya itu. Merasakan pose yang paling diinginkannya. Berbaring di padang rumput pada malam penuh bintang. Memandang suasana langit dengan kehangatan jiwa. Merasakan hembusan angin yang menyejukkan. Tentu saja,..... tanpa ada ular, tanpa kalajengking, serta tanpa hewan buas lainnya. Betapa menyenangkannya. Itulah pose yang paling didambakannya saat ini. Begitulah. Dia memikirkan pose itu sambil tersenyum.

"He, tidak aneh", bisik si Angin Selatan. Seperti biasa, muncul tanpa diminta
"Itu memang dirimu sekali" bisiknya lagi.
Tentu saja. Apa yang bisa dilakukan si Angin Selatan selain memakluminya. Memaklumi dan memahami meski tak mengerti.

"Cuma aku yang bisa begitu padamu sayang...,,,,"

Kata-kata yang terakhir tentu saja bualan si Angin Selatan. Jangan percaya bualannya. Jangan hiraukan dia. Silahkan direnungkan bila berkenan. Siapa tau anda juga punya pose kedambaan. Selamat malam semua.

Comments

  1. apapun posenya, asal itu membuat kita nyaman menjadi diri sendiri...kenapa tidak ?
    nice posting Ayuk Ely...

    ReplyDelete
  2. Bener, setuju banget.
    Semuanya sesuai dengan isi hati.
    Apa yang ada ak bisa dipaksakan jika isi hati tak bisa menerimanya :)

    ReplyDelete
  3. Gak kebayang gimana nikmatnya berpose seperti itu.
    Saya juga seneng tuh dengan keadaan seperti itu.
    Terasa nyaman dan damai ni hati :D

    ReplyDelete
  4. pengen lihat rembulan, dari tepi pantai malam2 :)

    ReplyDelete
  5. hahaha...khayalannya jauh melampaui kenyataan, fantastis!!

    gpp deh, biar semnagad lagih pulih.

    ReplyDelete
  6. @all (Sekar Lawu, Zippy, Dunia Hope, Anazkia, Trimatra, semua) terimakasih komentarnya. Maknyus ya na. Tri, bukan khayalan, itu keinginan yang menjadi dambaan.

    ReplyDelete
  7. laksanain aja impiannya Mbak,tapi periksa dulu mana th ada buayanya....

    ReplyDelete
  8. met siang mbak..berusaha memahami nih.

    ReplyDelete
  9. mbak? sehat 'kan?
    hmmh...membaca kata2 mba selalu saja membuat saya memicingkan mata agar saya bisa paham benar kedalaman maknanya..hehe
    salut!

    ReplyDelete
  10. hemmm nikmat juga ya mba kalo bisa berhambur di rerumputan hijau memandang langit yang ranum. catet : tanpa hujan tentunya hehehe, dan tanpa tai burung qiqiqiqi

    ReplyDelete
  11. Pose dambaan saya,..salah satunya ya inet tidak lemot dan setipa hari bisa kesini, bunda. "He tidak aneh" hehehe..

    ReplyDelete
  12. @Elpa, hm betul pa
    @Fanda dan Fanny, ayo apa
    @Fanny, siip
    @Zahra, wah sy gak tau kenapa sampe begitu, hehe
    @Rosi, hahahah, bener Rosi
    @Ivan, huehehehe, Ivan paling bisa deh.

    ReplyDelete
  13. pose dambaan saya apa ya, ya bisa didepan kompi sambil merasakan koneksi 5 mb/s wishhhh

    ReplyDelete
  14. ha...aku berbaring di tepi pantai menatap bintang dan mendengar desiran ombak..uhuuyyy syahduu...:p

    ReplyDelete
  15. @Munir, hm, mantap deh
    @Ducky, wuih, syahdu banget sist.

    ReplyDelete
  16. Bentar mbak..., aku sedang sibuk memikirkan pose dambaanku nih... hehehe

    ReplyDelete

Post a Comment

Tulisan hasil kontemplasi. Mohon maaf, komentarmu perlu saya cerna dulu untuk menghindari riweh dan tidak spam. Terimakasih.