
Malam terus beranjak membangunkan seseorang dari tidurnya. Dia yang terbangun dengan sebuah pikiran lama di benaknya. Ya, sebuah impian terukir padanya, telah sejak lama. Impian tentang Sembilang, Taman Nasional Sembilang. Surga Mangrove Dari Selatan. Entah kenapa, malam ini tiba-tiba saja impian ini tampil lagi. Seperti tabir yang terkuak. Seperti layar lebar yang sedang menayangkan kisah. Sembilang seperti memanggil-manggil dirinya.
Maka tanpa membuang waktu, tentu saja setelah membasuh muka, ia mengumpulkan pikirannya tentang Sembilang. Menggenapkan segala ingatannya tentang Sembilang. Berkonsentrasi mengingat-ingat Taman Nasional itu. Sembilang. Sembilang....Sembilang......oh Sembilang. Flash...., iapun tiba disana.
Sebuah surga yang hijau dan indah. Hutan mangrove dengan beranekea ragam flora dan fauna khas menyambutnya. Ia berlari-lari sepanjang pinggiran estuarium. Bertelanjang kaki sambil mengamati mangrove dengan akar-akarnya yang terlihat ketika air laut surut. Ada beberapa ekor kepiting sedang berlari-lari. Di dekat akar bakau, saat kepalanya menunduk terlihat udang sedang mengendap-endap. Pemandangan yang menakjubkkan baginya. Ketakjuban yang dibarengi kebahagiaan yang melegakan. Ia berjalan lagi. Menyusuri garis pantai berbakau itu hingga matahari tepat di atas kepala.
Sembilang, betapa ia sebuah surga yang indah juga menenangkan. Indah dan menenangkan baginya, mungkin tidak bagi orang lain. Hehe, siapa perduli. Dia terkekeh sendiri sambil terus membidik ke segala penjuru mencari moment dan angle yang indah untuk diabadikan. Hari yang indah dan menakjubkan telah tiba untuknya.
Dia terus berjalan. Berjalan ke arah barat hingga rasa lapar menyadarkannya untuk kembali ke penginapannya. Sebuah guard house berbentuk rumah panggung sederhana milik Taman Nasional itu. Ia disambut dengan menu unik tapi lezat, sekali lagi, baginya (mungkin tidak bagi orang lain). Nasi dari padi yang baru dipanen dan ditanak secara tradisonal dengan periuk. Ikan Sembilang segar yang dibakar. Sambal mangga mengkal. Lalap daun jambu mente. Dan semangkuk pindang udang. Hm, pas dan tentu saja cocok bagi lidahnya. Sungguh sebuah makan siang yang lezat, sekali lagi, baginya. Iapun makan dengan lahap hingga isi piringnya tandas.
Setelah makan siang itu usai, akhirnya ia tersadar, semuanya hanya bagian dari pengumpulan pikiraannya tentang Sembilang. Astaga, untunglah makan siang (dalam pikiran) itu sudah selesai. Kalau tidak, he, penasaran kan. Begitulah sebuah impian tentang Sembilang. Ini membentuk keinginan kuat di benaknya bahwa impian ini harus diwujudkan.
Ya, bukankah sebuah mimpi bisa diraih kalau kita berusaha. Hanya perlu direncanakan dengan matang. Cuti tahunan barangkali akan diambilnya untuk mewujudkan impian ini. Mungkin Desember, Januari atau bahkan bulan sebelumnya, Ya, Oktober. Konon dari bulan Oktober hingga Januari ribuan burung-burung Siberia sedang bermigrasi ke Sembilang. Bukankah sebauh moment yang menakjubkan melihat burung-burung Siberia mendarat ke Sembilang. Baiklah, Sembilang tunggulah ia disana....!
Maka tanpa membuang waktu, tentu saja setelah membasuh muka, ia mengumpulkan pikirannya tentang Sembilang. Menggenapkan segala ingatannya tentang Sembilang. Berkonsentrasi mengingat-ingat Taman Nasional itu. Sembilang. Sembilang....Sembilang......oh Sembilang. Flash...., iapun tiba disana.
Sebuah surga yang hijau dan indah. Hutan mangrove dengan beranekea ragam flora dan fauna khas menyambutnya. Ia berlari-lari sepanjang pinggiran estuarium. Bertelanjang kaki sambil mengamati mangrove dengan akar-akarnya yang terlihat ketika air laut surut. Ada beberapa ekor kepiting sedang berlari-lari. Di dekat akar bakau, saat kepalanya menunduk terlihat udang sedang mengendap-endap. Pemandangan yang menakjubkkan baginya. Ketakjuban yang dibarengi kebahagiaan yang melegakan. Ia berjalan lagi. Menyusuri garis pantai berbakau itu hingga matahari tepat di atas kepala.
Sembilang, betapa ia sebuah surga yang indah juga menenangkan. Indah dan menenangkan baginya, mungkin tidak bagi orang lain. Hehe, siapa perduli. Dia terkekeh sendiri sambil terus membidik ke segala penjuru mencari moment dan angle yang indah untuk diabadikan. Hari yang indah dan menakjubkan telah tiba untuknya.
Dia terus berjalan. Berjalan ke arah barat hingga rasa lapar menyadarkannya untuk kembali ke penginapannya. Sebuah guard house berbentuk rumah panggung sederhana milik Taman Nasional itu. Ia disambut dengan menu unik tapi lezat, sekali lagi, baginya (mungkin tidak bagi orang lain). Nasi dari padi yang baru dipanen dan ditanak secara tradisonal dengan periuk. Ikan Sembilang segar yang dibakar. Sambal mangga mengkal. Lalap daun jambu mente. Dan semangkuk pindang udang. Hm, pas dan tentu saja cocok bagi lidahnya. Sungguh sebuah makan siang yang lezat, sekali lagi, baginya. Iapun makan dengan lahap hingga isi piringnya tandas.
Setelah makan siang itu usai, akhirnya ia tersadar, semuanya hanya bagian dari pengumpulan pikiraannya tentang Sembilang. Astaga, untunglah makan siang (dalam pikiran) itu sudah selesai. Kalau tidak, he, penasaran kan. Begitulah sebuah impian tentang Sembilang. Ini membentuk keinginan kuat di benaknya bahwa impian ini harus diwujudkan.
Ya, bukankah sebuah mimpi bisa diraih kalau kita berusaha. Hanya perlu direncanakan dengan matang. Cuti tahunan barangkali akan diambilnya untuk mewujudkan impian ini. Mungkin Desember, Januari atau bahkan bulan sebelumnya, Ya, Oktober. Konon dari bulan Oktober hingga Januari ribuan burung-burung Siberia sedang bermigrasi ke Sembilang. Bukankah sebauh moment yang menakjubkan melihat burung-burung Siberia mendarat ke Sembilang. Baiklah, Sembilang tunggulah ia disana....!
Mengamanakan pertamax. Kendalanya jarak kesana sangat jauh kawan. Dari Palembang memerlukan waktu 4 jam ditempuh dengan speedboat. Betapa jauhnya letak surga. Ini baru sekedar surga (mangrove) di dunia, apalagi surga beneran disana ya, hiks.
ReplyDeleteMembaca, membayangkan, serasa ingin turut terbang menikmati hamparan keindahan Sembilang..sebatas mimpikah?
ReplyDeletemangrove indah nian
ReplyDeleteBagus mimpinya
ReplyDeleteHahhaha...mbak Elly sekarang curang ah
ReplyDeletemengamankan yang pertamax..
aku suka membayangkan bila berada di padang ilalang yang luas..
indah dan menyejukkan
Wisata bersama burung di Taman Nasional Sembilang, pasri menarik melihat tingkah lakunya!
ReplyDeleteJauh juga ya surga itu
ReplyDeleteKuingin bercanda dengan burung, berlarian diikuti ribuan burung, mewujudkan mimpiku!
ReplyDeleteMeikmati bagian dari surga dunia!
ReplyDeletebte sembilang itu ada didaerah mana seh?
ReplyDeletesalam kenal yaa dari blogger kalsel
yap, moga bulan desember mendatang mbak Elly beneran bisa menikmati indahnya Surga Mangrove dari selatan tersebut. amien :)
ReplyDeletekenapa namanya Taman Nasional Sembilang? bukannya itu nama ikan ya Mbak?
ReplyDeleteaku juga mau ke sembilang...ikuttt...
ReplyDeleteaiihh.. aku membayangkannya aja udah indah banget rasanya, pengeeenn juga ke sana... ^^
ReplyDeleteWah...nikmat rasanya bila bisa bermain di pantai sambil melihat jutaan burung yang beterbangan seperti itu. Apalagi sambil makan ikar bakar...mantap...mantap !!
ReplyDelete@Hendriawanz, hm hanya tinggal diwujudkan sobat
ReplyDelete@Munir Ardi, betul kawan
@Simple owrd, hehe, akan diwujudkan lho
@Itik Bali, Bali juga masih punya hutan mangrove kan tik
@Nuances Pens, Yep, menarik sobat
@Ivan Kavalera, iya sayangnya jauh van
@Aura Keyboard, amin, semoga tercapai
@Nuansa Pena, ya, surga mangrove dari selatan
@Agung Artanto, di Sumatera Selatan, di kabupaten Banyuasin, sudah ke arah Bangka sobat
@Jimox, Amin. Terimakasih mox
@Penikmat Buku, betul. Disana ada ikan khas "Ikan Sembilang" di sungai Sembilang.
@Alrezamittariq, ayo ikut, hehe
@Yolizz, ayo Yolizz, kita liburan kesana yuk
@Noor, itulah daya tariknya bagi saya sobat.
Terbayang betapa indahnya Sembilang saat ribuan burung datang.
ReplyDeletejadi ingin terbang bersamamu........
ReplyDeletemenakjubkan...
ReplyDeleteSurga mangrove... kepingin rasanya berkunjung kesana. paparan yang begitu indah...
ReplyDeleteSelamat malam mbak...
di magetan masih ada sih bu pemandangan alam yang indah...tapi satwa nya dah sepi......itu karena perbuatan para pemburu burung termasuk saya....hehe......suka ngabisin burung pake senapan angin dan jerat
ReplyDeletewahhhh.... kalo renang kesana berapa jam ya?
ReplyDeletejadi bisa merasakkan gimana sembilang
kalo disemarang lagi dibudidayakan lagi mangrovenya.. biar ROB gak mrembes lagi hehee
Ya, impian tak akan terraih bila kita hanya diam. Selalu menginspirasi.......
ReplyDeleteApa kabar bulik Newsoul?
ReplyDeleteMaaf br bermain ke sini, jg sekalian memberi sesuatu yang manis dari Ruang Jeda. Kalau berkenan, diambil ya di:
http://jedahsejenak.blogspot.com/2010/03/ayo-bermain-lagi.html
salam.
tentu jauh surga2 dimuka bumi ini, sebab andaikan dekat pasti sudah dirusak oleh tangan-tangan manusia.
ReplyDeletemari kita lestarikan sisa2 surga dimuka bumi ini. go green!
ikutan terlena bu
ReplyDelete@all (Reni, Seiri, Secangkir Teh sekerat Roti, Stiawan, Aditya, aaSlamdunk, Yans dalam jeda, Nirmana, Sibaho, semua) terimakasih komentarnya. Ya, saya sedang menyuusn rencana buat kesana, doakan sukses ya. Selamat berhari minggu kawan. Salam hangat.
ReplyDeletesembilang tuh nama tempat ya?
ReplyDeleteIya, nama Taman Nasional di Sumatera Selatan. Tepatnya di Kabupaten Banyuasin. TN Sembilang. Asal nama Sembilang, nama jenis ikan yang ada disana, Ikan Sembilang. Sungainya juga bernama Sungai Sembilang mba.
ReplyDelete