Sentimentil Taste

Hari yang sudah Senin lagi. Saya sedang berkutat dengan aneka kesibukan hari ini. Tiba-tiba saja, hiks ingin menyepi sejenak. Maka saya cari pojokan ruang saya, dan mulai menyetel i-like music saya. Mendengarkan lagu sentimentil yang lebih banyak gitar akustiknya, kegemaran saya "Savanne". Lagu yang cukup membuat jiwa saya basah lagi. Saya seolah sedang berbaring di padang rumput luas dengan jiwa yang menari.

Ya, saya sedang Sentimentil kawan. Sense yang mentil, haha. Katanya itu normal. Sentimentil itu biasa. Wajar. Sesekali sentimentil, membebaskan diri dengan menderaikan air mata, meluapkan segala emosi, bahagia, senang, sedih, marah, kesal, menumpahkan kesalahan pada orang lain secara mendayu-dayu, tidak apa-apa. Asal jangan sering-sering. Dan...., upayakan (terutama sentimentil yang sifatnya marah, kesal, benci kepada orang lain) cukup dalam hati saja. Supaya kesannya kita tidak jadi menuduh orang lain telah menyakiti kita.


Begitulah. Saya sering heran dan takjub bila melihat diantara kita yang sering mendayu-dayu membuat pernyataan telah disakiti orang lain. Sepertinya kita gemar sekali menyalahkan orang lain. Bukankah batas antara siapa yang menyakiti dan siapa yang disakiti itu tipis sekali..!?. Ini sedikit himbauan saja, himbauan yang lebih ditujukan unuk diri sendiri, agar tidak dengan mudahnya "merasa" telah disakiti. sebentar-sebentar berkata dan meratap, disakiti. Disakiti. Sekali lagi, disakiti....!?

Bila kita sering sekali "merasa" telah disakiti, mungkin kita perlu introspeksi diri, barangkali....kitalah yang salah. Terlalu mudah "merasa" sakit hati, terlalu gampang "merasa" disakiti perasaannya. Perasaaan-perasaan itu, bila diungkapkan sama saja artinya kita telah menuduh orang telah menyakiti kita. Padahal, mungkin kita saja yang terlalu lebay, terlalu memanjakan diri sendiri. Mungkin orang yang telah kita tuduh menyakiti kita tidaklah seperti yang kita kira. Mungkin kita salah menduga.

He, lebay menggelorakan sentimentil taste. Itulah istilah sang ilalang saat kemarin sore dia datang lewat bunga putihnya yang beterbangan. Ya, bagus juga saya renungkan. Saya kira, siapa saja boleh merenungkannya bila berkenan. Mari kita bebaskan diri kita dari sentimentil taste yang lebay kawan. Tentu saja kalau kita mau. Selamat siang semua. Selamat beraktivitas. Semoga kesuksesan dan kebarokahan menjadi milik kita semua.

Gambar di atas tentu bukan saya, diambil dari sini

Comments

  1. wah, saya juga lagi sentimentil mbak,
    kalo lagi sentimentil gitu pasti bakal banyak tulisan yang tercipta. kenapa ya? hihi...

    ReplyDelete
  2. mungkin bener juga, klo aku terlalu lebay...!!! tp enak mbak,bisa membuat ketagihan jg!!! mudah2an (mulai hari ini) aku bisa ngilangin sentimentil taste yg lebay...!!!
    salam kenal mbak Elly...!!! :)

    ReplyDelete
  3. apapun yang sifatnya berlebihan jelas tidak baik, termasuk didalamnya adalah sentimentil. Sentimentil adalah hak sekaligus sifat alamiah manusia, ambil segi positifnya dan kurangi sisi negatifnya.

    ReplyDelete
  4. kenapa mbak?
    skrg dah oke khan?buktinya dah bisa nulis lagi...hehehe

    ReplyDelete
  5. sentimentil taste henny akhir-akhir ini sembunyi. malu kali dia. hehehe

    ReplyDelete
  6. Orang kalau lagi sentimentil biasanya..jadi senang bikin puisi... dan puisinya pasti melankolizzzzzzzzz hehehe
    Salam

    ReplyDelete
  7. hmmmm, jadi sentimentil berhubungan dengan prasangka kita yang melebaykan ya mbak.... :-)

    ReplyDelete
  8. akhirnya disore hari kesampaian juga membaca sentimentil.

    sentimentil padanannya adalah mellowis kali yah? kalo keseringan memang ga baik ...hidup jadi ga bergairah.

    ReplyDelete
  9. Setuju banget!sis...sebelum menempatkan diri pada posisi madhlum musti introspeksi diri dulu.

    ReplyDelete
  10. saya kalau lagi sentimentil suka juga mojok, menyendiri, lalu saya 'telanjangi' hati saya...saya tanyakan mengapa ada sense sentimentil ini ? apa yang terjadi...berlagak evaluasi meski kadang juntrungannya saya mencari pembenaran sendiri...ohhh...ohhh...saya merasa tak pernah menjadi dewassa...

    ReplyDelete
  11. ada kalanya kita memang perlu menyendiri, menyepikan diri dari hiruk pikuk kegiatan sehari - hari..mengumpulkan tenaga juga memberikan ketenangan sebelum mulai beraktifitas kembali..

    ReplyDelete
  12. MEngapa tidak? Hanya kita yang tau bagaimana kita, yang dapat memahami kita, yang dapat mengarahkan diri ke arah kebaikan. Dan orang lain tidak mau, tidak mungkin, dan tidak mampu bertanggung jawab untuk membawa kita pada suatu arah..
    Lho kok malah seperti curhat..maaf hehe:)

    ReplyDelete
  13. @all (Wiwit, j4j, Abi Sabila, Alrezamittariq, Henny, Nelli L.Yunara, Buwel, Fi, Aisha, Sekar Lawu, Sigit, Hendriawanz, semua) terimakasih komentarnya. Sentimentil taste, sebetulnya bisa membuat hidup jadi lebih berwarna, lebih punya greget. Tapi bila berlebihan, terutama sentimentil yang sifatnya menilai perbuatan orang lain, apalagi dengan prasangka, terus-terusan menyatakan diri telah disakiti orang lain, akan jadi negatif. Tulisan di atas adalah renungan saya atas sikap-sikap sentimentil berlebihan "merasa" disakiti yang saya tangkap di sekitar kita. Secara pribadi, saya agak anti dengan sikap-sikap lebay, tidak rasional seperti itu. Mari kita renungkan bersama, kalau mau lho. Hendriawanz, siip.

    ReplyDelete
  14. yups, bener banget mbak, kadang, kita memang sering melakukannya (maaf, menggunakan kita :D) Makasih sharenya mbak.

    Memulai kembali aktifitas BW

    ReplyDelete
  15. Hari ini aku lagi semangat kok mbak! Sentimentil? kadang2 juga sih, dan biasanya setelah itu malah makin semangat

    ReplyDelete
  16. yap benar mbak, semakin pikiran kita merasa disakiti, maka kitapun akan benar-benar sakit. jadi emang benar, kita nggak boleh dengan mudahnya mengatakan "saya disakiti"...

    kabar baik mbak. mbak elly sendiri gimana?

    ReplyDelete
  17. Sebuah renungan yang mantap Mbak...
    betapa bijaksana bila kita intospeksi meskipun nyatanya kita yang merasa tersakiti.
    hanya orang yang berjiwa besar yang bisa melakukannya,....

    ReplyDelete
  18. iya..saat kita berfikir orang lain disekitar kita berdiri miring..sesungguhnya kitalah yang sebenarnya berdiri miring.
    saat kita fikir kitalah yg benar sebenarnya kita mungkin salah..
    begitu ya mbak...?
    ^____^

    ReplyDelete
  19. aku aja yang lelaki sering sentimentil bu, kalau lebay pernah nggak ya?

    ReplyDelete
  20. motivasi dir yang bagus mbak,, terkadang juga bisa begitu, he..

    ReplyDelete
  21. duh postingan na jadi inget kata kata ku pada si mas..kalo aku dah ngomong kek gitu dia diem aja...hikzzz duuhhhh T_T

    ReplyDelete
  22. nice infonya sob, salam kenal dari q & jgn lupa mampir juga ya..

    ReplyDelete
  23. Menyalahkan orang lain memang lebih mudah mbak, karena itu cara paling mudah untuk 'mengasihani' diri sendiri...

    Nice post mbak... BTW, jangan lupa tuk ganti link blogku ya mbak. Thanks

    ReplyDelete
  24. mampir malan mbak ajah mbak, moga sukses selalu ea...

    ReplyDelete
  25. @all (Anazkia, Fanda, Jimox, Stiawan Dirgantara, Aisyah Muna, Munir Ardi, Andrie Callista, Ranny, Metaphysical Science, Catatan Kecilku, Buwel, semua) terimakasih komentarnya. Ya, sentimentil itu asyik juga. Asal jangan kelewat lebay. Apalagi lebay menyalahkan orang, membenarkan diri sendiri, hehe.

    ReplyDelete

Post a Comment

Tulisan hasil kontemplasi. Mohon maaf, komentarmu perlu saya cerna dulu untuk menghindari riweh dan tidak spam. Terimakasih.