Catatan Langit Tentang Jika dan Maka

Jika awan menutup matahari, maka mendung tiba
jika awan mendungkan langit, maka hujanpun tiba
Jika awan tibakan hujan, maka resah atau suka cita tiba
Jika itu resah atau sukacita tiba, maka salahkah awan ....!?
Jika resah atau sukacita tiba, maka segala kisah bisa tercipta
Jika kisah dengan segala asa tercipta, maka ramai jagad
Jika ramai jagad menghentakkamu, maka nikmatilah
Jika menikmatinya berbeda, maka jangan salahkan sesiapa
Carilah indahnya selagi rinainya bisa kau pandang.
Note : Sebuah catatan Langit pada gelisah dan sukacita yang tiba di musim penghujan ini.
Gambar diambil dari sini
kita memang harus mensyukuri apa yang ada, agar indah selalu terasa :)
ReplyDeleteCarilah indahnya selagi rinainya bisa kau pandang.
ReplyDelete"luv this, mbak..."
Mbak, bingung mo komentarnya...
ReplyDeleteIdem ma yang diatas mbak, "Carilah indahnya, selagi rinainya bisa kau pandang"
Nice poem ...
ReplyDeleteMari nikmati dan syukuri segala yang ada...
Apapun itu .
Jadi ingat ini ...
Tanah terhampar
Hujan menyiram
Batang menjulang
Dedaun merimbun
Mentari merekah
Angin mengelus
Dedaun gugur
Tanah memeluk
Apapun yang terjadi kalau pak Munir bilang selalu " Berpikir Positif "...
ReplyDeleteJika sejuk maka takluk, jiwa pun tertunduk.
ReplyDeletesebuah catatan yang indah mbak... bagaimanapun segala sesuatu mengandung dua kutub yang saling bertentangan... tinggal bagaimana kita memaknainya...
ReplyDelete"Carilah indahnya selagi rinainya bisa kau pandang"...pemaknaan-langit, hujan, asa, dan apapun-yg mantap!
ReplyDeletehujan adalah berkah bagi kehidupan tak peduli akan terjadi banjir ataupun bencana. sebab bukan hujan yang menyebabkan bencana, namun kesalahn kita manusia hingga berkahnya hujan berubah jadi bencana.
ReplyDelete@all (Aulawi, Seiri, Anazkia, Kabasaran, Noor, AG Tjahyadi, Insanitis, Fi, semua) terimakasih atas komentarnya. Dan langitpun tersenyum membaca komentar mantap ini. Mari temukan indahnya selagi rinainya masih bisa kita pandang. Selamat siang, selamat beraktivitas.
ReplyDelete@Ivan, mantap. He, yang sedang sibuk futu. Ayo pandangi rinainya dengan sedikit sisa masa lajangmu, hihi.
ReplyDeleteWaow, keren Bund, puisi yang indah :), ajarin aku :D
ReplyDeleteApakah setiap jika harus ada maka mbak, haduh.. kok malah nanya yak... heheheh
ReplyDelete@Buwel, justru itu, kenapa kita harus tanya "Apa, kenapa"...? Bukankah itu menanyakan sebab (causalitas, jika maka juga, hehehe.
ReplyDeleteSalam sobat, datang mempererat silaturahmi... maaf baru mampir lagi... kesehatan memburuk baru membaik... Semoga selalu dalam kebahagiaan...
ReplyDeleteNinneta
wah, apakah itu gelisah dan sukacita? beritakah?
ReplyDeleteSesudah hujan, terasa betul indahnya hari.
ReplyDeleteJika awan enggan dihalau oleh angin, maka hujan akan senantiasa mencurahkan butirannya.
ReplyDeletemakanya saya mampir berteduh sore ini sambil menikmati kopi panas, dengan senantiasa berharap akan bisikan sang angin selatan tentang kecerahan esok hari.
yang pasti, bagiku hujan adalah anugrah..
ReplyDeleteaku suka hujan :)
saya suka puisi ini ...
ReplyDelete(mampir di sela kesibukan)
Ya mbak, aku akan coba memandang indahnya dari rinai hujan...
ReplyDeleteCari indahnya selagi rinainya bisa kau pandang. Perkataan yang membuat hati saya jadi sejuk.. Thanks atas pencerahan ini mbak
ReplyDelete...Jika hujan turun maka basahlah,jika basah maka tumbuhlah..Jika tumbuh maka mekarlah,jika mekar maka indahlah,jika indah maka kagumlah,jika kagum siapa sejatinya yg harus dikagumi?...Nice post mba
ReplyDeletesemua benda idup perlukan air...termasuk si jahat ;-)
ReplyDelete@all (Nienneta, Sang Cerpenis, Hendriawanz, Stiawan Dirgantara, Syifa, Annie, Reni, Laks.Embun, Deden. Paksu, semua) terimakasih komentarnya. Yah...memandang kita mempertanyakan jika dan maka, apapun, langit tetap tersenyum.
ReplyDelete