Secangkir Kopi Dengan Rasa "Aneh" Soal Anggodo
Kejadiannya tadi pagi, saat saya sedang minum kopi bersama keluarga. Kebiasaan yang buruk, kami terbiasa minum kopi sambil nonton berita. Sedang saya asyik menyeruput kopi, tiba-tiba saja seorang penelpon sebuah acara interaktif di sebuah tv mengagetkan saya. Ya, seorang ibu (ibu A dari Jakarta) berkomentar dengan suara gemetar menahan marah, melepaskan uneg-unegnya soal Anggodo di Edititorial Pagi sebuah stasiun tv.
"Anggodo itu Dajjal. Kenapa dia dibiarkan bebas, karena orang-orang takut dengan nyanyiannya. Kalau dia nyanyi lagi maka banyak pihak penting yang tersangkut. Jadi daripada mereka malu di dunia, mereka membiarkan Anggodo masih bebas. Dari rekaman yang disajikan di MK, nenek-nenek saja tau kalau Anggodo itu bersalah. Dan dia masih saja dibiarkan bebas, tidak ditangkap. Mudah-mudahan laknat segera turun untuk mereka ....!"
Saya tercekat mendengarkan pelampiasan uneg-uneg Ibu A itu. Seketika cangkir kopi saya sisihkan. Kopi itu tiba-tiba saja terasa jadi aneh, sengak dan pahit. He, rasa Anggodokah ini ? Teman saya yang sok tau pernah berkata Anggodo itu artinya Raksasa. Raksasa, mahluk mengerikan, baunya pahit. Begitukah ? Entahlah.
Kembali ke uneg-uneg ibu A tadi, saya kira apa yang berkecamuk di benak Ibu A itu mungkin banyak berkecamuk di benak orang-orang lain, penduduk negeri kita tercinta ini. Itu sudah seperti rumor umum. Di acara wawancara ekslusif stasiun tv lain membahas rekaman yang diputar di MK, Anggodo dengan terang-terangan telah mengakui penyuapan uang yang dilakukannya. Aneh dan ajaibnya keadaan di negeri kita ini, beberapa nama yang pernah tersangkut kasus penyuapan telah divonis, Anggodo si penyuap kelas kakap yang yang sudah menambah kerusakan moral bangsa ini dibiarkan saja bebas. Bebas, tidak tersentuh. Tidak diproses secara hukum.
Begitulah secangkir kopi dengan rasa aneh soal Anggodo ini. Banyak hal yang saya tidak mengerti sebagai orang awam di negeri ini. Ketidak mengertian ini rasanya tidak cukup dipahami dengan hanya berdoa agar kebenaran segera terungkap. Tetapi kekuatan doapun tidak bisa diremehkan. Bila Dia berkendak, apa yang tidak mungkin. Saya harus menghilangkan rasa geram ini dulu agar doa saya bisa dipahamiNya. Atau apakah kita perlu membuat gerakan memohon penangkapan atas Anggodo ? Masalahnya, apa Anggodo itu cuma satu ? Bagaimana menurut anda...?
"Anggodo itu Dajjal. Kenapa dia dibiarkan bebas, karena orang-orang takut dengan nyanyiannya. Kalau dia nyanyi lagi maka banyak pihak penting yang tersangkut. Jadi daripada mereka malu di dunia, mereka membiarkan Anggodo masih bebas. Dari rekaman yang disajikan di MK, nenek-nenek saja tau kalau Anggodo itu bersalah. Dan dia masih saja dibiarkan bebas, tidak ditangkap. Mudah-mudahan laknat segera turun untuk mereka ....!"
Saya tercekat mendengarkan pelampiasan uneg-uneg Ibu A itu. Seketika cangkir kopi saya sisihkan. Kopi itu tiba-tiba saja terasa jadi aneh, sengak dan pahit. He, rasa Anggodokah ini ? Teman saya yang sok tau pernah berkata Anggodo itu artinya Raksasa. Raksasa, mahluk mengerikan, baunya pahit. Begitukah ? Entahlah.
Kembali ke uneg-uneg ibu A tadi, saya kira apa yang berkecamuk di benak Ibu A itu mungkin banyak berkecamuk di benak orang-orang lain, penduduk negeri kita tercinta ini. Itu sudah seperti rumor umum. Di acara wawancara ekslusif stasiun tv lain membahas rekaman yang diputar di MK, Anggodo dengan terang-terangan telah mengakui penyuapan uang yang dilakukannya. Aneh dan ajaibnya keadaan di negeri kita ini, beberapa nama yang pernah tersangkut kasus penyuapan telah divonis, Anggodo si penyuap kelas kakap yang yang sudah menambah kerusakan moral bangsa ini dibiarkan saja bebas. Bebas, tidak tersentuh. Tidak diproses secara hukum.
Begitulah secangkir kopi dengan rasa aneh soal Anggodo ini. Banyak hal yang saya tidak mengerti sebagai orang awam di negeri ini. Ketidak mengertian ini rasanya tidak cukup dipahami dengan hanya berdoa agar kebenaran segera terungkap. Tetapi kekuatan doapun tidak bisa diremehkan. Bila Dia berkendak, apa yang tidak mungkin. Saya harus menghilangkan rasa geram ini dulu agar doa saya bisa dipahamiNya. Atau apakah kita perlu membuat gerakan memohon penangkapan atas Anggodo ? Masalahnya, apa Anggodo itu cuma satu ? Bagaimana menurut anda...?
ah persoalan yang begitu sulit penuh dengan intrik
ReplyDeletekapan yah masalah ini bisa kelar agar Rakyat tidak saling demo
ReplyDeleteSi anggodo ini emang ngeselin, orang itu kayaknya satu2nya yg kebal hukum. Kalo duit udah ngomong emang lain ceritanya yaa,
ReplyDeleteBenar sekali ..
ReplyDeleteIbu-ibu saja bisa marah kayak begitu kok malah bapak-bapak itu bisa tenang- tenang saja ya .
Dasar bebal kali.
Anggodo itu klo di pewayangan monyet bu. ngeselin dan selalu bersilang pendapat dengan hanoman si kera baik.
ReplyDelete"dunia ini panggung sandiwara" jadi keinget lagunya alm. nike ardila... dunia ini emang penuh sekenario... hufh.... andai indonesia bisa lebih baik...
ReplyDeletemet sore mbak Elly... pa kabar? maaf menghilang tanpa pamit..hehehehe
ReplyDeleteMoga-moga masalah ini gak berlarut-larut, kasihan rakyat yg kebingungan...
Hukum di Indonesia memang sedang di pertanyakan. Seorang Anggodo yang jelas2 bersalah dan mempermainkan hukum masih dibiarkan bebas, sedang seorang nenek Minah di Purwokerto sedang diadili hanya karena mengambil 3 buah kakao dari perkebunan ( kalau tak salah ). Dimana letak keadilan hukum...?
ReplyDeleteHanya satu jawaban,SETUJU...MR.ANGGODO itu dajjal,pengecut,emang hrs d basmi...tnggl nunggu kmrhn masyarakat aja,aq benci bgt liat wajahny(mf kalau agak kasar) org mcm dia,g perlu di ampuni...
ReplyDeleteHukum,..hmmm no comment. Terlalu njlimet di negeri ini. he he..
ReplyDeleteMet weekend, bunda.
Cicak dan buaya lagi nih mba? hehe
ReplyDeleteGila ya, di antara Polri dan KPK, yg jadi pemenangnya adalah metafota.
Dalam bahasa GM: Kemenangan Metafora
Awwardnya udah aku review lo mba,
Anggodo anggodo...
ReplyDeletemanusia biasa yang selalu bikin geger. aku setuju kalau dia ditangkap,,
ya, kekuatan doa bisa mengalahkan dia. saya juga yakin spt itu.
ReplyDeletekita lagi sama sama sebel ya mba.. postingan saya juga ttg itu.. wah pemerintah kita sakit!!
ReplyDeleteBarangkali kita sudah gerah nonton sinetron! Skenario masih berlanjut bu, kejar tayang malah. Msh soal cicak dan buaya, nah anggodo kan bukan keduanya?! semacam makhhluk lain begitulah.....
ReplyDeleteBanyak aparat negara yang dibayar pakai pajak dari rakyat, mestinya berpihak membela rakyat bukan membela para penyuap
ReplyDeletehehe, masih tertarik juga menonton "lakon wayang dinegara rekayasa " mbak??
ReplyDeleteAyo tunjukkan adanya people power,punya presiden lamban dan tdk tegas mmg perlu dorongan
ReplyDeleteMsalah ini harus Presiden yang turun tangan kalau ga msalah2 ini ga akan selesai2 atau masalah ini akan berakhir dengan ending yang buruk...
ReplyDelete@all, terimakasih atas komentarnya yang mantap. Begitulah, semoga besok-besok secangkir kopi saya tidak lagi berasa "aneh" ini. Semoga kebenaran segera ditegakkan, yang bersalah ditindak.
ReplyDeleteDah bosen gw dengan hal2 beginian dinegara ini....
ReplyDeletehe.. hmmm ibu A ini.. sopo yo.. ibu anggodo? ibu antasari? ibu anggoro? xixixixi...
ReplyDeletegak tuh mbak...semua makanan kek rasa anggodo yak...
ReplyDeleteHukum semakin menunjukkan keberpihakannya kepada para penguasa dan uang...
ReplyDeleteMenyedihkan sekali potret negeri ini...
met menikmati weekend, bunda.
ReplyDeleteKurasa kita pusingkan saja urusan kita sendiri2, mbak. Toh kita tak bisa apa2. Daripada nurani kita tercemar oleh amarah dan hujat-menghujat, mengapa kita tidak memperbanyak saja perbuatan baik. Menebar senyuman, mengikat persahabatan, sambil menyebarkan kebaikanNya. Hanya itu yg bisa kita lakukan. Toh yg berhak menghakimi manusia hanya Tuhan, bukan sesamanya.
ReplyDeleteernut: betul mbak...banyak hal yang tidak kita mengerti dan itu menimbulkan takut....hiii...
ReplyDeleteyang penting kita di luar lingkaran yang kita tidak pahami itu....
ReplyDeleteAnggodo itu hanya sebagian kecil dari masyarakat yang tak tersentuh hukum,
ReplyDeletemungkin masih banyak yang lain mba...
Anggodo itu manusia sakti mandraguna
ReplyDeletelebih sakti dari wiro sableng atau superman
hanya kalo terbang gak pake korden
tapi pake pesawat ke singapura
Cuman heran aja mbak..
ReplyDeleteAnggoro dan Anggodo itu kan adek kakak
betapa sedihnya ibu mereka
melahirkan anak, ternyata bukan manusia biasa
tapi Dajjal dan Raksasa
gemez juga yah, anggodo dijamin, eh pers malah pd dipanggil. qt tunggu aja deh mbak gimana pidato pak SBY hari ini...
ReplyDeleteNegeri kita lagi bingung ya mbak...yach, kita cuma bisa berdo'a aja, terusin aja mbak minum kopinya...:D
ReplyDelete@all, terimakasih komentarnya. Mohon maaf baru buka blog sekarang. Ya betul, banyak hal yang membingungkan dan meninggalkan secuil rasa "aneh" yang menggemaskan. Soal Anggodo ini, he, tentu saja rasa aneh itu begitu mencuat. Rasa secangkir kopi saya jadi aneh takkala saya mendengar sang ibu A mengeluarkan uneg-uneg di atas. Dan saya yang tidak mengerti ini, tentu saja melanjutkan aktivitas saya, tanggung jawab pekerjaan saya dll, begitulah mbak Fanda. Semoga kondisi aneh itu menemukan jawabannya. Mari lanjutkan aktivitas kita.
ReplyDeletePenyelesaian kasus ini bisa tuntas dengan satu kata kunci "TEGAS"..
ReplyDeletesaya datang lagi untuk kedua kalinya mempererat tali persahabatan....trims udah view.... ^_^
ReplyDeleteO ya Bu, seharusnya kalo mau ditangkap, kan sebanarnya bisa dengan delik pencemaran nama baik. Yaitu nama president dicatut.
ReplyDeleteTapi itu juga yang jadi pertanyaan saya kenapa anggodo gak di tangkap.
Apa dia benar2 raksasa pengaruhnya ?
mampir pagi ngupi setelah 2 hari tidal ol...
ReplyDeletedatang lagi berkunjung, ikut nimbrung minum kopi pahit, heheee...
ReplyDelete@all, terimakasih komentarnya. Selamat beraktivitas.
ReplyDeleteRasa pahit "anggodo" membuat kopi jadi terasa makin pahit ya mbak...
ReplyDeleteEntahlah, makin banyak hal yg membuat aku tak mampu memahami negeri ini...