Nyanyian Parau Seekor Cicak
Ini bukan cicak yang sedang dibicarakan banyak orang. He, maaf saja sekarang saya sedang tidak tertarik membicarakan cicak yang itu. Ini cicak versi saya sendiri. Cicak sebagai mahluk kecil yang senang mengendap-endap, memperhatikan sekitarnya dengan mata nyaris tak berkedip. Ini cicak di dinding, dan dinding itu adalah sebuah permukaan tempatnya bertengger. Cicak di dinding sebagaimana yang sering kita dengar dalam lagu "Cicak Cicak di dinding". Sayangnya, nyanyian sang cicak terdengar parau.
Begitulah. Di tengah tatapannya mengawasi aneka aktivitas mahluk di sekitarnya, cicak ini sering bernyanyi sendiri. Nyanyian dalam versinyanya sendiri. Benarkah nada nanyiannya, hanya ia sendiri yang tau. Bagi orang lain terdengar parau. Parau karena lagunya tak memiliki harmony antara rima dan ritmanya. Parau karena syairnya hanya berisi kritikan tak jelas. Kritikan dengan sindiran satir yang tak memiliki juntrungan. Parau karena di ujung lagu tak ada nada indah berisi solusi bagaimana agar nyanyiannya tidak sia-sia. Parau karena lagunya tak memiliki kesimpulan.
Cicak itu mungkin ada di sekitar kita semua. Bila kita hanya menatap sekitar kita dengan pandangan satir ala kita sendiri, mengkritik tanpa ada solusi, maka kita telah menjadi Cicak yang menyanyi parau. Telahkah kita menjadi cicak yang sekedar mengendap-endap mengawasi sekitarnya sambil bernyanyi parau...? Mari kita renungkan.
"Inipun parau kawan", tiba-tiba saja si angin selatan membisikkan itu kepada saya. Yah, mungkin inipun parau. Saya cuma ingin mengatakan bahwa catatan ini juga ditujukan kepada diri saya sendiri. Setelahnya, mari kita berharap semoga kita jangan menjadi cicak yang cuma bisa mengendap-endap, menjatuhkan kotoran ke bawah seenaknya, dan menyanyi parau. Karena lagu parau kita hanya akan membuat dunia ini semakin fals nadanya. Mari bernyanyi lagu indah saja. Atau mari kita belajar dulu melihat dunia secara indah sehingga lagu kitapun menjadi indah. Bukankah begitu kawan...?
Gambar diambil dari sini
Begitulah. Di tengah tatapannya mengawasi aneka aktivitas mahluk di sekitarnya, cicak ini sering bernyanyi sendiri. Nyanyian dalam versinyanya sendiri. Benarkah nada nanyiannya, hanya ia sendiri yang tau. Bagi orang lain terdengar parau. Parau karena lagunya tak memiliki harmony antara rima dan ritmanya. Parau karena syairnya hanya berisi kritikan tak jelas. Kritikan dengan sindiran satir yang tak memiliki juntrungan. Parau karena di ujung lagu tak ada nada indah berisi solusi bagaimana agar nyanyiannya tidak sia-sia. Parau karena lagunya tak memiliki kesimpulan.
Cicak itu mungkin ada di sekitar kita semua. Bila kita hanya menatap sekitar kita dengan pandangan satir ala kita sendiri, mengkritik tanpa ada solusi, maka kita telah menjadi Cicak yang menyanyi parau. Telahkah kita menjadi cicak yang sekedar mengendap-endap mengawasi sekitarnya sambil bernyanyi parau...? Mari kita renungkan.
"Inipun parau kawan", tiba-tiba saja si angin selatan membisikkan itu kepada saya. Yah, mungkin inipun parau. Saya cuma ingin mengatakan bahwa catatan ini juga ditujukan kepada diri saya sendiri. Setelahnya, mari kita berharap semoga kita jangan menjadi cicak yang cuma bisa mengendap-endap, menjatuhkan kotoran ke bawah seenaknya, dan menyanyi parau. Karena lagu parau kita hanya akan membuat dunia ini semakin fals nadanya. Mari bernyanyi lagu indah saja. Atau mari kita belajar dulu melihat dunia secara indah sehingga lagu kitapun menjadi indah. Bukankah begitu kawan...?
Gambar diambil dari sini
kita latih saja suara cicak dengan suara burung perkutut :D
ReplyDeleteDi saat perseteruan Cicak Vs Buaya sementara berlangsung, banyak cicak-cicak lain yang turut bernyanyi meskipun suaranya parau....
ReplyDeleteLebih baik kita tidak ikut dalam simponi mereka..... biarkanlah mereka menikmati keparauannya sementara kita sambut nyanyian indah dengan melakukan aktifitas leseharian kita sehingga hati kita senantiasa melantunkan kidung yang indah.
ck..ck..ck...ck...
ReplyDeletetersindir diriku yang selalu jadi komentator dengan nada parau :D
tapi kalo cicak bernyanyi indah, emang ada yang peduli bu :P
saya cicak dan sya berani bersuara lantang....
ReplyDeletetekek....tekek....tekek...
siapa saja yang bernyanyi parau akan kalah oleh suara lantang saya...
saya cicak dan saya berani... kekekkee
@all (rental mobil, Stiawan, Baho, Mas Ichang, dll) terimakasih komentarnya. Huehehe, seru. Ayo yang mau nyanyi lantang, yang mau melatih cicak sama perkutut, monggo. Saya mau makan siang dulu ya.
ReplyDeleteaduh jadi takut nih nanti komentarnya tidak bisa dianggap sebanding dengan arikel yang penuh makna seperti ini nice post
ReplyDeleteya..kadang orang hanya bisa mengkritik tanpa bisa memberikan solusi. Seperti pengecut..yang kita butuhkan memang solusi..
ReplyDeletedirumah saya banyak cicak... beneran saya ga bohong mbak,.. dan itu bener2 menyebalkan.
ReplyDeletekapan cicak bisa jatuh dari dinding ataupun plapon? (ketika cicak bertepuk tangan secara tidak sengaja) he he he
ReplyDeleteyah... cicak cicak..
ReplyDeletehmm..yg pasti saya tidak suka mengendap2 mbak. hehehe..jadi termasuk cicak gak nih??
ReplyDeleteTak peduli makhluk apapun dirimu
ReplyDeletetak peduli apapun persoalanmu
berusahalah untuk selalu bersuara merdu
agar hatimu riang
dan sekelilingmu pun ikut senang
maka dunia pun akan kembali tenang...
haduuhh gambarnyaaa ckck.. mari kita ambil mic dan menyanyi dengan indah.. cicak2 di dinding... diam2 merayap... maka kita pun have fun!!
ReplyDelete@all (Munir, Isti, Brencia, Ivan, Yunna, Sang Cerpenis, Fanda, Ducky, dll), hehehe, pada kreatif komentarnya salutos sobat. Fanda, bener mbak, maka duniapun akan jadi harmony nadanya. Ya kan Ducky, ayo lanjutkan menyanyi indahnya.
ReplyDeletekadang kita harus jadi diri kita sendiri dan selanjutnya tirulah hal yg sekiranya baik dari semesta..dan tak perlu memperdulikan ego kita ,sesekali saja...
ReplyDeleteSetuju mbak.., lebih baik kita belajar dulu melihat dunia secara indah sehingga lagu kitapun menjadi indah...!
ReplyDeleteNice post..!
cara pandang yang baik mbak. untung selama ini saya hampir tidak pernah menyanyi parau mbak, jadi nggak merasa tersindir dengan tulisan ini. hehe... sukses terus ya mbak.. :)
ReplyDeletebetul Mbak... Mari kita lihart dunia dengan mata normal dan mata hati...
ReplyDeleteOia Mbak kayaknya link yang mbak psng tuh broken link dh...
yup.... ndak usah neko-neko.. kita jalani aja semua dengan wajar, kita nikmati dunia dengan mata normal dan di saring dengan mata hati
ReplyDeleteKatanya kalo cicak sedang bernyanyi ,bertanda sesuatu terjadi ,ntahlah tapi itu hanya mitos aja.Walau hanya mitos kita belajar melihat dunia secara indah sehingga lagu kitapun menjadi indah...
ReplyDeletekalo begitu saya sudah menjadi cicak ya
ReplyDeletehehe
Cuman sekedar mampir pagi sambil ngupi dan berlatih untuk bersuara indah.
ReplyDeletesecara tak sadar kita memang sering menjelma cicak yang bernyanyi parau itu, ya mbak.
ReplyDeleteTapi, semoga kemudian cicak itu tobat ya hehe... segera berevolusi menjadi kadal bijak. (emang ada????)
sebuah perenungan...
mampir sore sambil minum teh untuk menyegarkan suasana
ReplyDeletebenar bu...kita senangkan dulu hati, dengan nyanyian yang benar-benar kita jiwai agar tidak sekedar hafalan, biasanya kalau sekedar hafal gampang paraunya, gampang fals-nya alias sumbang.
ReplyDeletecakh.....cakh.....cakh.............setelah sekian lama banyak prasangka buruk atas wujud seekor cicak yang (katanya klo ketiban cicak bisa apes bla...bla....bla....)beberapa waktu yang lalu ada seekor buaya yang bersaksi membantu sang cicak.......ga nyangka bisa ada kejadian seperti itu......hemmmmmmmm......apa cicak sekarang dah mulai dapet keadilan ya?n ga di bilang bawa apes lg?ga di salah2kan lg?tunggu aja deh!!!!
ReplyDeletemaaf aku sudah eneg melihat cicak dan musuh2nya,,,semua hanyalah panggung sandiwara yang telah menjadi tirai bagi kita menutupi perkara penting didepan mata yang seharusnya lebih mermanfaat jika kita kerjakan.
ReplyDeletemaaf sekali lagi cicak...., aku sudah eneg dengan semua lagumu.............................
@all (Ahmad F, Reni, Jimox, Laks Embun, Kang Sugeng, Ateh, Pipit, Stiawan, Annie, Munir, Boykesn, Rahasia yang Terabaikan, Trimatra, dll) terimakasih komentarnya. Ya....nyanyain jiwa yang indah akan membuat nyanyian kita pada dunia indah juga, paling tidak tidak fals terdengar. Selamat pagi, selamat beraktiivitas.
ReplyDeletekalo cicak dan buaya ga bisa akur juga, kayaknya si kucing perlu menegahi sekarang hohohoho.... *gamparr*
ReplyDeletebikin berisik aja tuh
ReplyDelete