Sudah lama sekali harapan itu terbentuk. Saya ingat-ingat lagi, ya memang sudah lama sekali. Sejak zaman saya masih bocah, kira-kira berusia sama dengan tokoh Laura Inggals dalam film tersebut. Sebuah harapan ingin mendiami rumah mungil nan tenang di padang rumput. Rumah mungil dengan situasi yang digambarkan dalam serial Little House on The Prairie (Mudah-mudahan ada yang masih ingat film serial ini ya).
Ternyata sudah selama itu harapan tersebut saya pendam. Saat tadi ingatan saya kembali ke belakang tentang penyebabnya. Rasanya....tidak ada. Semuanya mengalir begitu saja. Harapan itu tumbuh tanpa saya sadari sejak saya masih bocah kecil dengan mata bening dan berambut ekor kuda yang senang berlari-lari menyongsong jam tayang serial itu. Seperti harapan sang Laura Inggals (gadis kecil tokoh utama film tersebut) yang ingin menjadi tumbuh dengan semangat keberanian dan kemurnian yang kuat. Seperti itulah harapan itu tumbuh.
Begitulah. Bila orang lain menangkap spirit film itu sebagai bentuk kesederhanaan kehidupan dengan kedaiamaian yang indah di dalamnya, saya he justru menangkap bahwa kesederhanaan dan kemurnian itu terus bertumbuh di dalam kedamaian. Menangkapnya dalam bentuk yang indah dan harmony dengan sikon kita, itu yang sulit. Rasanya, harapan mendiami rumah mungil dengan spirit seperti itu hingga kini belum saya gapai. Saya hidup dengan spirit ketergesaan kota besar. Jauh dari harapan semula yang dulu.
Mungkin ini alasan terpendam saya ingin segera hidup di tempat yang tenang dan damai, dengan spirit kesederhanaan dan keberanian yang terus bertumbuh. Seperti rerumpun rumput liar yang tumbuh di padang rumput. Tetap tegar dan kuat meski angin terus menerpa. Tetap bertahan meski kemarau kadang mendera.
Begitulah spirit harapan itu. Rumah sih sudah mungil, tapi suasananya yang belum dapat. Situasi yang tenang tanpa kebisingan, padang rumput yang luas, beberapa hewan ternak. Angin yang terus bertiup sepoi-sepoi menerbangkan rumput dan bunga liar di halaman. Ah indahnya bila harapan itu terwujud. Bila tidak, hehe, saya masih bisa menciptakan, menghadirkan suasananya di benak. Itu usaha paling terakhir. dan paling logis yang bisa saya lakukan. Masyaallah....., What a nice phantasy of a country girl, kekeh si Angin Selatan. He, terdengar seperti cibiran Nellie Oleson.
Gambar diambil dari sini
Ternyata sudah selama itu harapan tersebut saya pendam. Saat tadi ingatan saya kembali ke belakang tentang penyebabnya. Rasanya....tidak ada. Semuanya mengalir begitu saja. Harapan itu tumbuh tanpa saya sadari sejak saya masih bocah kecil dengan mata bening dan berambut ekor kuda yang senang berlari-lari menyongsong jam tayang serial itu. Seperti harapan sang Laura Inggals (gadis kecil tokoh utama film tersebut) yang ingin menjadi tumbuh dengan semangat keberanian dan kemurnian yang kuat. Seperti itulah harapan itu tumbuh.
Begitulah. Bila orang lain menangkap spirit film itu sebagai bentuk kesederhanaan kehidupan dengan kedaiamaian yang indah di dalamnya, saya he justru menangkap bahwa kesederhanaan dan kemurnian itu terus bertumbuh di dalam kedamaian. Menangkapnya dalam bentuk yang indah dan harmony dengan sikon kita, itu yang sulit. Rasanya, harapan mendiami rumah mungil dengan spirit seperti itu hingga kini belum saya gapai. Saya hidup dengan spirit ketergesaan kota besar. Jauh dari harapan semula yang dulu.
Mungkin ini alasan terpendam saya ingin segera hidup di tempat yang tenang dan damai, dengan spirit kesederhanaan dan keberanian yang terus bertumbuh. Seperti rerumpun rumput liar yang tumbuh di padang rumput. Tetap tegar dan kuat meski angin terus menerpa. Tetap bertahan meski kemarau kadang mendera.
Begitulah spirit harapan itu. Rumah sih sudah mungil, tapi suasananya yang belum dapat. Situasi yang tenang tanpa kebisingan, padang rumput yang luas, beberapa hewan ternak. Angin yang terus bertiup sepoi-sepoi menerbangkan rumput dan bunga liar di halaman. Ah indahnya bila harapan itu terwujud. Bila tidak, hehe, saya masih bisa menciptakan, menghadirkan suasananya di benak. Itu usaha paling terakhir. dan paling logis yang bisa saya lakukan. Masyaallah....., What a nice phantasy of a country girl, kekeh si Angin Selatan. He, terdengar seperti cibiran Nellie Oleson.
Gambar diambil dari sini
walau rumahnya yg mungil....
ReplyDeletetapi punya semangat yg besar...
keep spirit..
saya juga suka rumah mungil dengan halaman luas diapit kebun bunga matahari *ikut mengingat angan2 masa kecil*
ReplyDeletealhamdulillah, dengan rumah sederhana yang sekarang pun cukup bahagia bersama kokok ayam kate setiap pagi yang hening, walau tanpa kebun sunflower :)
makasih bu udah mengingatkan masa kecil saya :D
Saya masih kecil banget waktu Little House diputer di TVRI dulu. Kalo bisa sih pengennya nonton lagi, tapi susah nyari DVD film-film 80-an..
ReplyDeleteimpian kita sama... punya rumah mungil dengan hamparan rumput yg luas, dimana ada sebuah pohon besar tempat membuat rumah2an pohon dan terjuntai 2 buah ayunan dari ranting kokohnya... hoooo.... ngiler bgt deh mbayanginnya :9
ReplyDeletebtw, Laura Ingals ini mirip bgt sama ponakannya suami saya lho:D jadi kalo kangen sama serial itu, tinggal lirik ponakan saya aja... mayan terobati kangennya (",)
rumah kecil keliatannya akan membuat hubungan keluarga semakin hangat... hehehehe
ReplyDelete@all (Sungai Kuantan, Baho, Vicky, de Asmara, Rangga) terimakasih komentarnya. Ternyata impian kita hampir sama ya. Dan syukurlah masih ada yang mengingat film ini.
ReplyDeletewah, aku ikut-ikutan ngelamun membayangkan itu semua, bunda. hmm, jadi tambah kangen nih ma kampung halaman.
ReplyDeletesaia inget dengan rumah papan yang saia huni waktu kecil.....sampai sekarang saia masih sering bermumpi berada di rumah papan yang jelek itu,dan saia merasa nyaman sekali...meski rumah papan penuh kenangan saia telah di ubah menjadi dinding semen...tapi ga akan pernah saia lupakan sampai kapanpun.....
ReplyDeletemaksudnya bermimpi hehe
ReplyDeleteRumah boleh kecil tapi kehangata dn ksejukan angin dari selatan ga akan bisa di tandingi olej rumh pejabat2 sekarang, hehehe
ReplyDeleteRumah boleh kecil tapi kehangatan dan angin dari selatan ga akan bisa ditandingi oleh rumah2 gede yang di miliki orang2 kaya
ReplyDeleteketenangan dan kenyamanan tentulah yang kita inginkan. walaupun sederhana tapi ada senyum didalamnya yang selalu kita rindukan..
ReplyDeletemudah-mudahan impiannya segera terwujud ya mbak,,,di jogja bersebelahan dengan rumahku tempatnya damai dan indah kok , hehe....
ReplyDeleteJadi teringat senangnya dulu nonton Little House On The Prairie. Tapi dulu aku jd berpikir, apa kita ga kesepian ya krn rumahnya terpencil, dan jauh sama tetangga?
ReplyDelete@all (Ivan, Aditya, Laksamana Embun, Sigit, Trimatra, semuanya), terimakasih komentarnya. Ya begitulah sebuah keinginan sederhana yang terbentuk sejak lama. Asyik kan rumah mungil dengan halaman rumput yang luas, bunga-bungaan liar, angin yang sejuk, pepohonan, dsb, mantap.
ReplyDelete@Fanda, betul mbak. Gak kok, ada tetangga juga, yakin aja.
ReplyDeleteaku udah lahir belo ya? hehe. enak bgt punya rumah kayak gitu. *ngiler*
ReplyDeleteknock knock... kuketuk pintu rumahmu.. kulihat di dalamnya.. ah masih ada kedamaian kok.. kedamaian itu di hati menurutku... hehehe...
ReplyDelete*maaph nih baru nongol*
Mohon maaf mbak,.. baru sempat mampir.
ReplyDeleteSerial Little House On The Prairie, adalah tontonan Saya waktu masih kecil dulu.
Sosok keluarga Michael London yang penuh kesederhanaan dengan kehidupan desa yang jauh dari hingar bingar serta banyak pesan moral yang dapat dipetik dari serial itu.
Saya juga terkadang memimpikan suasana seperti itu mbak.
yup, rumah memang menjadi tujuan utama dalam sebuah rumh tangga apalagi dalam rumah itu terdapat suasana yg begitu mententramkan hati, pasti kita akan merasa sangat bahagia.
ReplyDeletesiapa yang bsa lupa michael london meski bukan serial negeri sendiri tetapi abgus sekali rumah bukan dari luas atau bentuknya tapi dari jiwa dan cahaya yang terpancar dari jiwa para penghuninya
ReplyDeletejadi pengen juga punya rumah impian sendiri mbak...
ReplyDeletedoakan saja sudtu hari nanti aku bisa punya rumah impianku sendiri,,
saya suka nonton film itu lho. ceritanya bagus.
ReplyDeleteAku kayanya belum lahir deh waktu Film ini..
ReplyDeleteTapi rumah kecil yang seperti itu memang menjadi idaman semua orang, serasa sejuk dan nyaman
ReplyDelete@all, terimakasih komentarnya. Ya rumah saya selalu hangat, ada kompor soalnya, juga gulai yang masih hangat, hehe. Rumah mungil yang hangat bisa dengan mudah didapat, kitalah yang menjadikannya hangat. Cuma, rumah mungil di padang rumput luas (dengan rumput dan bunga liar) itu yang sulit. Selamat Idul Adha 1430 H ya, maaf lahir dan bathin. Siapa tau postingan spesial Idul Adha saya ada kendala (mudah2an tidak, sedang disiapkan).
ReplyDeletealhamdulillah...gmn sate kambingnya di sana bu?mantab??????????????
ReplyDeletemampir mbaakkk.. :D
ReplyDelete