Serenade Sore Kali Ini

Serenade sore kali ini memekat di benak. Nadanya terdengar tak riang. Melengking dan menyayat di ujung. Warnanya, tak seperti biasa. Tidak jingga, tapi agak kelabu. Menandakan langit akan menjadi gelap. Ayo cepatlah berbenah, katanya mengingatkan. Dia sang angin selatan yang menampar-nampar wajah di sisi kanan.
Serenade sore kali ini, seperti mengurungkan niat untuk menghabiskan hari hinga ke ujung. Ia sepenuhnya seperti menghimbau, pulanglah segera. Pintu disana menanti untuk kau buka. Pintu yang menantikan hawa kepulanganmu.
Ya, serenade sore kali ini dinikmati dengan terburu-buru. Segalanya jadi terlihat kelabu. Seakan menggiring ke jalan pulang. Berpacu dengan waktu. Seolah pintu yang katanya menanti tadi tidak akan membuka lagi bila sore ini pudar.
"Jegrek...", pintu dibuka. Ia seketika menangis, tepat saat adzan maghrib berkumandang. Entah mengapa. Barangkali menangisi sang pintu yang telah lama menantinya. Tak lama, ia menutup kembali pintu. Pintu yang seakan menelannya. Maka serenade sore inipun berakhir. Betapa keseharian telah menyita hari begitu rupa. Semoga perjalanan hari ini menoreh kebarokahan meski tak banyak, bisik si angin selatan di sisi kanan.
Gambar diambil dari sini
Serenade sore kali ini, seperti mengurungkan niat untuk menghabiskan hari hinga ke ujung. Ia sepenuhnya seperti menghimbau, pulanglah segera. Pintu disana menanti untuk kau buka. Pintu yang menantikan hawa kepulanganmu.
Ya, serenade sore kali ini dinikmati dengan terburu-buru. Segalanya jadi terlihat kelabu. Seakan menggiring ke jalan pulang. Berpacu dengan waktu. Seolah pintu yang katanya menanti tadi tidak akan membuka lagi bila sore ini pudar.
"Jegrek...", pintu dibuka. Ia seketika menangis, tepat saat adzan maghrib berkumandang. Entah mengapa. Barangkali menangisi sang pintu yang telah lama menantinya. Tak lama, ia menutup kembali pintu. Pintu yang seakan menelannya. Maka serenade sore inipun berakhir. Betapa keseharian telah menyita hari begitu rupa. Semoga perjalanan hari ini menoreh kebarokahan meski tak banyak, bisik si angin selatan di sisi kanan.
Gambar diambil dari sini
cihuiiii..aku yg pertama!
ReplyDeletemusim hujan di sana mbak ya?
Hmm..teteup penggambaran alam yg bagus tuh mbak..
Semoga barokah...amiiiiin ! tapi serenade masih berlanjut kan, bun..?
ReplyDeletePertamaxxx setelah noor'B. sopo kui nor??
ReplyDeletekenapa mesti menangis yah//..., yang jelas berharap keberhakan meski dalam kesedihan.
ReplyDeleteboleh aku ceritakan ttg seseorang mbak..
ReplyDeleteseorang perempuan pergi mencari senja. tidak ditemukannya banyak, sekedar harapannya pun sudah berwarna kelabu--lalu , tiap2 doa dikumpulkannya, ditutup dgn rapi dan dibungkus rapat dlm hati..
ia ingin berlari dan coba mengganti warna matahari...
lalu aku tawarkan, "bagaimana kalau langit pagimu berwarna jingga? tidak, jingga tak hanya milik senja kok, percayalah,
pagi yang tdk biru, pagi yg berwarna jingga, itu yg aku tawarkan.."
*postingannya indah mbak..
selalu bermetafora.... :)
Sebuah metafora senja, penuh dengan makna. Mbak Elly, saya harus kembali ke blog dengan cepat. Menulis cerita, menggapai asa. Ah, kini ada duka di hati saya. Pada sedikit tulisan metafora senja. Beri kekuatan kepada saya mbak, mohon doanya. Insya Allah, akan segera saya posting..
ReplyDeleteJegrek...", pintu dibuka. serenade meruak dari halaman penuh bunga. bunda, met shubuh.
ReplyDeletehari ini menoreh kebarokahan, meski tak banyak. amiin.
Nggak bisa ngomong apa apa mbak habis m yg duluan semuanya jg hebat pokoknya karya sastra yang hebat dan saraf makna
ReplyDelete@all, terimakasih komentarnya. He, dua posting terakhir adalah postingan sedang kecapek'an. Baru pulang dari rapat di jakarta (PP). Begitu nyampe palembang, dua hari berturut-turut ditugaskan rapat FGD kegiatan orang pusat. Rapat yang hasilnya manis di kertas, tapi wallahu a'alam aplikasinya. Melelahkan, tapi harus dilaksanakan. Beginilah nasib pegawai kecil.
ReplyDeletegak masalah pegawai kecil asal gaji besar :D
ReplyDeleteSerenade masih berlanjut dengan metafora pagi yang menghantarkan saya mampoir ngopi pagi ini. Meskipun buru2 karena jadwal pemadaman 10 jam untuk hari ini.
ReplyDeleteSelamat pagi Mbak,... Metafora singkat yang sarat makna dengan nilai sastra yang sangat tinggi.
ReplyDeleteSaya ingin bisa menulis seperti mbak Elly.
metafora apa sih yak :P
ReplyDeletesalut sama bu elly yang konsisten terus posting walau capek dan sibuk... :top:
waaaahhhhh aq mengerti arti tulisan ini, ini tulisan dg rasa capek ya..... hehehehehehe
ReplyDelete@all, terimakasih komentarnya. Kenyang neh, baru makan siang. Ya mari memaknai suka-suka saja, jangan dipaksa. Selamat melanjutkan aktivitas kita.
ReplyDeleteMet siang...abis makan kayaknye enak juga ngupi ya bun..!?
ReplyDeleteserenada yang mengalun itu akan terus berulang mengarungi waktu.
ReplyDeletenice post!! two thumbs up!
serenada.....hmm...lagi2 artikel yg penuh makna dalam.
ReplyDeletemaknanya dalemm....
ReplyDeleteSetiap fase dalam kehidupan selalu terlalu indah utk dilewatkan begitu saja, mbak. Karena ia takkan pernah kembali
ReplyDeleteMeskipun lelah dengan aktivitas kantor, masih sempat juga menulis dengan indah... MAntap..!!
ReplyDeleteBerkunjung disini
ReplyDeleteTerlalu bagus kata2nya
Sampai bingung mau komen apa.
salam kenal :)
bermetafora ye kak elly...imaginasi yg hebat
ReplyDelete