Sebuah Orkestra Hari Milik Tante Laksmi
Bagi Tante Laksmi, begitu orang-orang di komplek elit itu menyebutnya, sepanjang hari adalah seperti alunan orkestra. Detik ke menit, menit ke jam, jam merangkak hari. Semuanya memiliki irama dan nadanya sendiri. Dan pagi tadi, orkestra hari Tante Laksmi dimulai oleh bunyi alarm hp. Irama alarm yang menghantak, kontras dengan rasa malas yang menggelayut di benak. Duapuluh menit setelahnya adzan shubuh berkumandang dari sebuah masjid yang cukup jauh. Syahdu, terdengar lamat-lamat, menghentak jiwa, pelan tapi mantap. Dan duapuluh menit setelah suara adzan itu, ah, tante Laksmi menyetel Jason Miradznya. Lagu itu ia suka. Iramanya ceria.
Tidak terasa pagi telah menjadi siang, dan siangpun menjelang sore. Begitu banyak aktivitas yang telah dilakukan Tante Laksmi hari ini hingga ia terduduk sejenak di sudut ruang kantornya. Kantor Sebuah Kelompok sosial yang ia tekuni bersama rekan-rekan wanitanya sebagai pengisi waktu. Yayasan" Cinta Kain Indonesia", itulah namanya. Tiba-tiba hpnya yang super canggih berdering dengan nada khusus, nada untuk nomor tak dikenal.
"Betul ini ibu Laksmita Sastraadmaja...?, tanya suara diujung telpon tergopoh-gopoh dan parau
"Iya betul, ada apa...?
"Maaf bu, pak Andy suami ibu mengalami kecelakaan..."
"Kecelakaan....? dimana ?" sambar tante Laksmi terkejut dan tidak sabar
"di Venezia bu, dalam perjalanan mobil menuju bandara. Seyogyanya pesawatnya berangkat ke Jakarta 3 jam yang lalu......."
Dan kalimat itu tidak sempat terselesaikan. Seketika Tante Laksmi lunglai. Ia tidak tau, sebab tidak sempat bertanya, siapa penelpon tadi. Penglihatannya gelap.
Duapuluh menit setelahnya, matanya mengerjab-ngerjab perlahan. Ia menguatkan dirinya duduk pelan-pelan di sudut ruangan. Dalam benaknya yang sedang kacau, Tante Laksmi masih bisa mengingat bahwa Andy suaminya kemarin lusa pamit berangkat ke Padang. Katanya dalam rangka menyampaikan bantuan kemanusiaan korban gempa disana mewakili kantor, sekaligus mewakili perkumpulan sosialnya. Kenapa sekarang ada di Venezia...? Ia telah membohongiku, tapi kenapa......? Seribu tanya tak terjawab mengendap di benak Tante Laksmi. Ya, ia baru teringat. Tiga hari sebelum kepergian suaminya, Tante Laksmi secara tak sengaja membaca sebuah pesan singkat yang janggal isinya di hp sang suami. "Jadi kan sayang kita pergi...? Pasportku sudah siap. Awas kalau gak jadi, aku bisa marah besar...". Begitulah isi pesan janggal yang tak sempat ia tanyakan ke suaminya. Astaga, dia benar-benar telah mengbohongiku, jerit perih hati Tante Laksmi lagi.
Kini Tante Laksmi tergugu di sudut ruangan. Yang ia rasakan adalah sebuah hentakan besar dan menghancurkan. Seperti hentakkan godam menghantam kepalanya. Nadanya riuh-besar. Menggelegar, meremukkan, dan merobohkan. Seperti nada sebuah gempa yang sedang ramai dibicarakan. Ya....nada gempa itu menghantam jiwanya kini. Tante laksmi roboh lagi. Betapa hidup adalah sebuah misteri. Inilah sebuah orkestra hari yang kadang tak bisa ia duga, apalagi ia kendalikan irama dan nadanya.
Catatan :
Kepada pemilik nama Laksmita, maaf pinjam namanya. Jelas ini bukan kisah anda, bukan juga kisah siapapun. Ini cuma kisah rekaan yang dibisikkan angin sore yang usil.
Tidak terasa pagi telah menjadi siang, dan siangpun menjelang sore. Begitu banyak aktivitas yang telah dilakukan Tante Laksmi hari ini hingga ia terduduk sejenak di sudut ruang kantornya. Kantor Sebuah Kelompok sosial yang ia tekuni bersama rekan-rekan wanitanya sebagai pengisi waktu. Yayasan" Cinta Kain Indonesia", itulah namanya. Tiba-tiba hpnya yang super canggih berdering dengan nada khusus, nada untuk nomor tak dikenal.
"Betul ini ibu Laksmita Sastraadmaja...?, tanya suara diujung telpon tergopoh-gopoh dan parau
"Iya betul, ada apa...?
"Maaf bu, pak Andy suami ibu mengalami kecelakaan..."
"Kecelakaan....? dimana ?" sambar tante Laksmi terkejut dan tidak sabar
"di Venezia bu, dalam perjalanan mobil menuju bandara. Seyogyanya pesawatnya berangkat ke Jakarta 3 jam yang lalu......."
Dan kalimat itu tidak sempat terselesaikan. Seketika Tante Laksmi lunglai. Ia tidak tau, sebab tidak sempat bertanya, siapa penelpon tadi. Penglihatannya gelap.
Duapuluh menit setelahnya, matanya mengerjab-ngerjab perlahan. Ia menguatkan dirinya duduk pelan-pelan di sudut ruangan. Dalam benaknya yang sedang kacau, Tante Laksmi masih bisa mengingat bahwa Andy suaminya kemarin lusa pamit berangkat ke Padang. Katanya dalam rangka menyampaikan bantuan kemanusiaan korban gempa disana mewakili kantor, sekaligus mewakili perkumpulan sosialnya. Kenapa sekarang ada di Venezia...? Ia telah membohongiku, tapi kenapa......? Seribu tanya tak terjawab mengendap di benak Tante Laksmi. Ya, ia baru teringat. Tiga hari sebelum kepergian suaminya, Tante Laksmi secara tak sengaja membaca sebuah pesan singkat yang janggal isinya di hp sang suami. "Jadi kan sayang kita pergi...? Pasportku sudah siap. Awas kalau gak jadi, aku bisa marah besar...". Begitulah isi pesan janggal yang tak sempat ia tanyakan ke suaminya. Astaga, dia benar-benar telah mengbohongiku, jerit perih hati Tante Laksmi lagi.
Kini Tante Laksmi tergugu di sudut ruangan. Yang ia rasakan adalah sebuah hentakan besar dan menghancurkan. Seperti hentakkan godam menghantam kepalanya. Nadanya riuh-besar. Menggelegar, meremukkan, dan merobohkan. Seperti nada sebuah gempa yang sedang ramai dibicarakan. Ya....nada gempa itu menghantam jiwanya kini. Tante laksmi roboh lagi. Betapa hidup adalah sebuah misteri. Inilah sebuah orkestra hari yang kadang tak bisa ia duga, apalagi ia kendalikan irama dan nadanya.
Catatan :
Kepada pemilik nama Laksmita, maaf pinjam namanya. Jelas ini bukan kisah anda, bukan juga kisah siapapun. Ini cuma kisah rekaan yang dibisikkan angin sore yang usil.
wah, kasihan banget si tante Laksmi
ReplyDeleteBarangkali bagi kita yang mendengarkan sebuah orkestra, kita tidak tahu kapan musik akan menghentak atau mengalun pelan..kita hanya bisa menikmati apa yang kita dengar...( barangkali begitu...)
ReplyDeletesedih sekali menjadi seorang tante laksmi, sudah ditinggal suami, dibohongi pula.
ReplyDeleteWah wuah tak kirain beneran, untung ajha...:)
ReplyDeletebuat tante-tante laksmi lainnya, sing suabbar ngadepin kaya gini *pinter komen,tapi prakteknyaaa :(*
kasihan ya tante itu, dibohongi suaminya sendiri ....
ReplyDeletehiks,hiks,hiks...ya Allah semoga arwah suami tante laksmini bisa diterima disisinya..amin dan kelak tante laksmini bertemu dengan suaminya di akhirat...amin,amin,amin
ReplyDeletesalam..hai kak elly..dah lama tak komen blog kak
ReplyDeletebagi tante laksmi...orkestra itu sama dahsyatnya dengan gempa berkekuatan 8.7sr, hanya laksmi yang berhati baja-berjiwa semar punakawan yang mampu bertahan dari lantunan orkestra itu....
ReplyDeletehemmm, bagus banget nih fantasinya.
@blogku ; sory mbak ..bulan ini lagih ngejar deadline repiew jadi ya postnya melulu rpiw
Betapa hidup adalah sebuah misteri. Muantaabb..
ReplyDelete@all, terimakasih komentarnya. Hidup memang seperti alunan sebuah orkestra, kata Tante Laksmi. Ini cuma kisah rekaan yang berkelebat di jam sore menjelang pulang kerja.
ReplyDeleteHidup ini memang bagaikan sebuah orkestra.
ReplyDeleteSemoga saja bisa kita lalui dengan menyuguhkan pertunjukan yang menarik.
nice posting mbak...
kena batunya ya suaminya tante laksmi, udah boongin istri trus make alesan orang yang kena musibah untuk alasannya berselingkuh. ini namanya kuwalat ya.. hihihihi
ReplyDelete*piss ya mbak*
tante laksmi yang malang
ReplyDeleteAssalamu Alaikum Mbak....
ReplyDeletemampir pertama diantar oleh Pa'Setiawan, salam kenal....
saya senang sekali kalau mbak bisa follow balik blog saya.
ReplyDeleteOrkestra Tante laksmi nya bikin miris hati..
ReplyDeleteSURTAN tak bisa ditebak..
ReplyDelete@all, sekali lagi terimakasih komentarnya. Ya, dibalik musibah, mungkin ada kebaikan untuk si Tante Laksmi, mana kita tau. Selamat malam, selamat melanjutkan hari kita. Eh Putri Malu, saya sudah follow balik tuh.
ReplyDeletetakdir adalah rencana Tuhan..kisah ini benar-benar sedih...
ReplyDeleteMbak, ternyata, mbak Elly jago juga yah bikin cerpen. Hebat!
ReplyDeleteLaksmi itu namaku lho mbak..
ReplyDeletetapi semoga aja nasibku engga begitu ya..
Wah.., kisah si Tante Laksmi menyedihkan mbak.
ReplyDelete@all (Dinoe,Anazkia, Itik Bali, Reni) terimakasih atas komentarnya. Tik, kan sudah dibilang, pinjam namanya, hihi.
ReplyDelete