Musuh Besar Yang Bersemayam di Jiiwa



Kisah Musuh Besar yang bersemayam di Jiwa ini bermula kira-kira satu jam yang lalu. Saat itu angin selatan yang biasanya mendampingi saya sedang mendayu-dayu menyapu wajah saya kawan. Tepat setelah jadwal makan malam ini usai. Ia cukup membuat sejuk suasana. Saat tengah merasakan sejuk ini, tiba-tiba hp butut saya menyanyikan nada khasnya, nada tibanya pesan singkat. Benar saja, gambar amplop tertutup berwarna kuning terpampang di layar hp.

"Liat gak komentar si Malaranggeng di tv X sul....? Menjengkelkan, pengen kugampar mukanya !", demikian isinya. He, maaf isi pesan itu memang agak pedas. Saya sendiri tidak paham apa yang dia maksudkan, tv saya matikan sejak adzan maghrib tadi. Begitulah kalau si Beno sedang meradang. Saya sudah terbiasa menghadapinya. Beno ini teman sepermainan saya sejak kecil. Ya, ia sekedar melepaskan kejengkelannya pada saya sahabatnya. Biasanya setelah melepaskan uneg-uneg Beno akan plong lagi.

Pesan singkat Beno tadi jadi mengingatkan saya pada semua kelakuannya. Dia memang mudah sekali meledak-ledak. Begitu banyak hal/kondisi di dunia ini yang tidak memuaskan Beno. Menurut Beno seharusnya seperti ini, kejadiannya malah seperti itu. Termasuk terhadap dirinya sendiri. Beno maunya seperti itu, dapatnya yang seperti ini. Begitulah. Beno menjadi kecewa kepada sekelilingnya. Beno bahkan kecewa terhadap kondisi yang ada pada dirinya.

Ingatan pada Beno ini membuat saya jadi merenungi diri saya sendiri. Diantara renungan tersebut, saya ingat lagi pesan si orang bijak yang mengatakan Kita adalah apa yang kita pikirkan. Bila kita memikirkan sesuatu dengan ruwet, rumit, maka kita akan mendapatkan kerumitan di benak kita. Sebaliknya, bila kita lapang dada, ikhlas dengan apa yang ada (tapi tetap gigih, tawakal dan istiqamah mencapai kondisi yang lebih baik), maka kedamaian dan kebahagiaan akan menghampiri jiwa kita.

Ternyata musuh paling besar bagi diri kita, adalah diri kita sendiri. Musuh besar yang bersemayam di jiwa kita adalah pikiran kita sendiri. Mungkin ini pulah alasan kenapa para orang tua kita sering berpesan supaya kita, sebelum kita berinteraksi dengan orang lain, sebelum kita berinteraksi dengan dunia luar, menaklukanlah diri kita dahulu. Berdamailah dengan pikiran yang bersemayam di benak kita. Itulah pesan lama, kearifan para orang tua kita.

Saya sedang merenungi pesan indah itu kawan. Silahkan anda renungi pula bila berkenan. Angin selatan ini makin melenakan saya. Mata saya mulai sayup. Selamat malam kawan, selamat beristirahat.

Gambar diambil dari sini

Comments

  1. selamat malam mba,selamat bermimpi indah..semoga hari esok pikiran lebih jernih untuk selalu bersih dari musuh 2 yg bersemayam dalam diri.

    *Matakupun mulai sayup..ingin segera meluncur ketempat tidur hehe

    ReplyDelete
  2. We is what we think about is.


    sepakat, bunda.

    ReplyDelete
  3. kunjungan malam mbak...hati tidak hanya butuh musuh bunda, hati juga butuh teman yang senatiasa menolongnya ketika musuh itu menyerang dan mereka adalah sabar, instopeksi diri dkk...
    slamat tidur bunda.

    ReplyDelete
  4. selamat beristirahat juga bu.....saya masih mau blog walking....oh ya bu.......blog nya udah tak kasih tempat sepesial di blog saya loh.....liat aja di bagian teman favourite di navbar menu...hehe met mlm ya

    ReplyDelete
  5. Memang musuh terbesar adalah sebenarnya diri kita sendiri mbak
    sulit mengalahkan apabila ego kita sudah berbicara..

    ReplyDelete
  6. renungan yang dalam...kita sudah lama tahu bahwa musih kita ya sebetulnya berada di diri kita, hanya saja kita.....

    ReplyDelete
  7. Saya setuju Bun...pesan itu memang begitu indah dan arif, tinggal bagaimana kearifan kita menjalaninya...

    ReplyDelete
  8. Aku teringat pada buku 7 Habits-nya Stephen Covey, yang mengajarkan pada kita untuk membagi hal2 yg ada dalam hidup kita menjadi 2. Yg bisa kita kendalikan dan yg di luar kendali kita. Janganlah kita mengeluarkan banyak energi utk hal yg di luar kendali kita, krn akan sia2 saja. Makasih sdh mengingatkan aku, mbak!

    Moga2 aja abis ini aku bisa lebih sering blogging nih...

    ReplyDelete
  9. renungan bagus yang henny baca agak terlambat (seharusnya tadi malam nih bacanya)

    ReplyDelete
  10. Musuh yang paling besar dan paling berbahaya adalah musuh yang senantiasa bersemayam dalam diri kita. sebuah perenungan yang mantap mbak...

    btw,... emangnya si Andi Alfian Malarangeng ngomong apa sih mbak??

    ReplyDelete
  11. wah... susah ya Mbak berdamai dengan diri sendiri.....
    duh bener2 dua sisi mata uang, antara kawan dan lawan dalam satu paket!

    ReplyDelete
  12. perlu kedewasaan dan kebijaksanaan dalam menghandle diri kita sendiri

    ReplyDelete
  13. benar,menaklukkan pikiran kita sendiri yg sulit.

    ReplyDelete
  14. I'm my own worst enemy (Linkin Park - Given Up)

    ReplyDelete
  15. musuh yg sentiasa bersama kita adalah nafsu

    ReplyDelete
  16. meskipun tau seperti itu, tapi kenapa prakteknya ini susah banget ya, Yuk? hmmm, kalo mudah mungkin seisi dunia udah jadi orang baik ya, mungkin di situ lah seninya hidup kali ya...

    ReplyDelete
  17. Yaa semua memang tergantung pada diri masing2, pihak luar paling bisa mengingatkan, mendorong atau memotivasi. Tapi pada akhirnya yaa diri sendiri yang harus menentukan langkah

    ReplyDelete
  18. Hati adalah pusat kehendak. namun kadang, pikiran akan membantu hati. tapi pikiran tidak bisa menerangkan apa-apa, karena pikiran mengabdi kepada hati, dan hati selalu akan kembali bertanya kepada Tuhannya.

    Dihadapan Tuhan, pikiran adalah kegelapan dan kebodohan. jika pikiran ingin mencapai Tuhannya, ia harus menyesuaikan dan mensucikan diri dengan hukum dimensi hati. jika tidak, pikiran akan menawarkan kerusakan, keterjebakan dan bumerang.

    Jadi ada benarnya bila orang bilang, "dengarkan kata hatimu"....

    ReplyDelete
  19. nice post, mbak..
    seperti biasa... :))

    ReplyDelete
  20. @all, terimakasih atas komentarnya yang mantap ini. Kita adalah apa yang kita. Jadi, mari taklukkan diri kita sendiri. Sebagaimana pesan awal saya saat membuka blog ini, sayangi dirimu.

    ReplyDelete
  21. Makasih udah berbagi mbak.., postingannya keren nih...

    ReplyDelete

Post a Comment

Tulisan hasil kontemplasi. Mohon maaf, komentarmu perlu saya cerna dulu untuk menghindari riweh dan tidak spam. Terimakasih.