
Badu, Beno, dan Bejo adalah bocah yang hidupnya bertetangga. Mereka teman sepermainan di sebuah komplek di kota X. Ketiganya sama-sama anak laki-laki. Mereka sebaya. Tampangpun hampir sama, kecuali seringai senyum yang berbeda. Badu selalu tersenyum spontan, dan senyumnya merekah kecil di sudut bibir. Beno sering tersenyum, tersenyum lebar. Bila Beno tersenyum, dunia, eh tanah yang dipijaknya langsung bergetar saking kencangnya senyum Beno. Ya, tentu saja karena senyum Beno selalu diringi tawanya yang kencang. Tapi Beno juga mudah sekali marah (liat saja nanti). Dan Bejo, (maaf, ada Bejo lagi di tulisan ini) hampir jarang tersenyum, kalaupun Bejo tersenyum, dia cuma senyum-senyum simpul (lihat saja nanti).
Itu sedikit pengantar tentang ketiga bocah lelaki ini. Suatu hari, kebetulan hari yang terik sekali, ketiga bocah itu bermain gundu bersama anak-anak lain. Mereka bermain dengan riang. Beno menang di awal. Tentu saja Beno senang, tawanya meledak menggetarkan tanah yang tengah ia pijak takkala gundunya masuk ke sudut kemenangangan itu. permainan mereka sangat mengasyikkan.
Di tengah permainan, tiba-tiba saja Beno ngambek menghentikan permainan. Rupanya Beno tidak puas dengan permainan. Menurutnya Badu curang, karena seperti itulah biasanya kelakuan Badu. Suasanapun menjadi gaduh, apalagi karena ada yang memanas-manasi kedua bocah itu. Beno dan Badu akhirnya terlibat adu mulut, seperti itulah biasanya kedua bocah itu. Tiba-tiba tangan gesit Badu mengambil ranting kayu dan mulai menggambar sesuatu. Badu yang usil membuat beberapa bulatan yang dia tulisi sesuatu. Dan, he, Badu menginjak-injak bulatan yang dia tulisi "Ayah Beno" sambil tersenyum dengan seringai kecil di sudut bibirnya. Beno, yang ayahnya yang sedang tergolek sakit, jelas tersulut amarahnya. Seketika ia menginjak-injak gambar bulatan yang bertuliskan "Ayah Badu" sambil wajahnya tersenyum lebar. Meski di rumahnya sebetulnya Beno kurang memperhatikan ayahnya yang sedang sakit, untuk peristiwa seperti ini Beno mudah sekali terpancing. Ia merasa harus menenggakkan harga diri ayahnya dengan melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan Badu. Suasana menjadi semakin gaduh. Untunglah ada seorang yang melerai pertengkaran mereka. Suasana akhirnya tenang kembali. Di sudut, setelah usai pertunjukkan perkelahian Badu dan Beno, Bejo duduk dengan senyum-seyum simpul. Bagi Bejo, bodoh saja bila ia harus marah seandainya Badu tadi juga menginjak gambar bulatan bertuliskan "Ayah Bejo". Ah, cuma gambar di tanah. Ayahku sedang bekerja, dan dia baik-baik saja, gumamnya. Itulah alasan kenapa dia tersenyum simpul tadi.
Begitulah kisah Badu, Beno, dan Bejo saat mereka bocah dulu. Sebagaimana bocah, tentu mereka melakukan kenaifan-kenaifan ala bocah lugu. Itu hal yang biasa, proses alamiah setiap bocah. Kita tidak tau apa yang akan terjadi pada masa dewasa ketiga bocah itu. Semoga saja mereka bisa berkembang dengan baik, kedewasaan mereka tentu akan timbul nanti. Demikian sedikit kisah pagi ini. Silahkan direnungkan bila anda berkenan. Selamat menunaikan ibadah puasa hari ke-11 ini bagi yang menjalankan. Selamat beraktivitas. Semoga kesuksesan dan kebarokahan menjadi milik kita semua.
Gambar dari bumidoc.blogspot.com
Itu sedikit pengantar tentang ketiga bocah lelaki ini. Suatu hari, kebetulan hari yang terik sekali, ketiga bocah itu bermain gundu bersama anak-anak lain. Mereka bermain dengan riang. Beno menang di awal. Tentu saja Beno senang, tawanya meledak menggetarkan tanah yang tengah ia pijak takkala gundunya masuk ke sudut kemenangangan itu. permainan mereka sangat mengasyikkan.
Di tengah permainan, tiba-tiba saja Beno ngambek menghentikan permainan. Rupanya Beno tidak puas dengan permainan. Menurutnya Badu curang, karena seperti itulah biasanya kelakuan Badu. Suasanapun menjadi gaduh, apalagi karena ada yang memanas-manasi kedua bocah itu. Beno dan Badu akhirnya terlibat adu mulut, seperti itulah biasanya kedua bocah itu. Tiba-tiba tangan gesit Badu mengambil ranting kayu dan mulai menggambar sesuatu. Badu yang usil membuat beberapa bulatan yang dia tulisi sesuatu. Dan, he, Badu menginjak-injak bulatan yang dia tulisi "Ayah Beno" sambil tersenyum dengan seringai kecil di sudut bibirnya. Beno, yang ayahnya yang sedang tergolek sakit, jelas tersulut amarahnya. Seketika ia menginjak-injak gambar bulatan yang bertuliskan "Ayah Badu" sambil wajahnya tersenyum lebar. Meski di rumahnya sebetulnya Beno kurang memperhatikan ayahnya yang sedang sakit, untuk peristiwa seperti ini Beno mudah sekali terpancing. Ia merasa harus menenggakkan harga diri ayahnya dengan melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan Badu. Suasana menjadi semakin gaduh. Untunglah ada seorang yang melerai pertengkaran mereka. Suasana akhirnya tenang kembali. Di sudut, setelah usai pertunjukkan perkelahian Badu dan Beno, Bejo duduk dengan senyum-seyum simpul. Bagi Bejo, bodoh saja bila ia harus marah seandainya Badu tadi juga menginjak gambar bulatan bertuliskan "Ayah Bejo". Ah, cuma gambar di tanah. Ayahku sedang bekerja, dan dia baik-baik saja, gumamnya. Itulah alasan kenapa dia tersenyum simpul tadi.
Begitulah kisah Badu, Beno, dan Bejo saat mereka bocah dulu. Sebagaimana bocah, tentu mereka melakukan kenaifan-kenaifan ala bocah lugu. Itu hal yang biasa, proses alamiah setiap bocah. Kita tidak tau apa yang akan terjadi pada masa dewasa ketiga bocah itu. Semoga saja mereka bisa berkembang dengan baik, kedewasaan mereka tentu akan timbul nanti. Demikian sedikit kisah pagi ini. Silahkan direnungkan bila anda berkenan. Selamat menunaikan ibadah puasa hari ke-11 ini bagi yang menjalankan. Selamat beraktivitas. Semoga kesuksesan dan kebarokahan menjadi milik kita semua.
Gambar dari bumidoc.blogspot.com
Sebuah renungan yang mencerahkan menjadi pengganti sarapan pagi.
ReplyDeletenice sharing.... thanks
Mbak, saya jalan2 dulu ke postingan lama yah? maaf, baru mampir. sebenernya, kemarin2 dah ngintip. apalagi, pas tulisan yang ada gambar apinya :).
ReplyDeleteKayaknya mbak Elly suka ama nama dgn huruf B deh. hehehe...
ReplyDeleteDari ketiganya, Bejo yg paling dewasa dlm berpikir. Sedang Badu dan Beno mungkin takkan pernah menjadi dewasa sekalipun usia terus menua. Akan ada perkelahian demi perkelahian, sementara hal yg lebih perlu dan bernilai utk dilakukan malah luput dari perhatian. Nice sharing, mbak!
Pastinya mereka akan tertawa mengenang kenaifan-kenaifan mereka saat menikmati dunia kecil mereka. Badu, Beno dan Bejo. Mereka akan menghargai sebuah arti persahabatannya saat dewasa kelak. semoga.
ReplyDeleteNamanya juga anak2 mbak... jadi yaa harap maklum
ReplyDeleteTapi mas Bejo mas Bejo yang mana nih?
anak2 mudah berantem tapi cepat baikannya
ReplyDeleteJarang sekali kita menemukan orang seperti Bejo. *masih adakah stok bejo* untuk saya mbak...??? hehehehe....
ReplyDeleteSetiap anak memang punya karakter yang berbeda-beda dan unik, bagaimana nanti bila besar..? mungkin tergantung arahan/didikan ortu, pendidikan disekolah dan lingkungan.." lihat saja nanti.." tulisan ini bersabung ya..?
ReplyDeletebener2 bejo (beruntung) tuh anak...
ReplyDeleteAnak kecil....memang selalu menipu....(apanya yang menipu..??????)Jangan lupa kunjungan balik ya....Episode 2 dari Pujangga Lemot sudah terbit lhoooooooo.....jadilah yang pertama memberi komentr...OKKKKKKKKK
ReplyDeletedulu pas bocah kita begitu, ternyata setelah tuwek jadi begini....
ReplyDeleteWah, pilih kasih neh.....Bejo selalu saja dapet peran yang terpuji.....hihihihihihihihi....
ReplyDeletetapi keknya bejonya siapa yak mbak.....
Moso diri kita...?
entahlah....heheheheh
Semoga badu beno bejo Sukses semua kalo beranjak dewasa, maklum lah mereka anak2, belum bisa menyikapi sesemestinya.....^_^
ReplyDeletelah wong namanya bejo ya pasti beruntung tuh ;D
ReplyDeletehmm..3B ya mbak elly.Dimasa kecil pertikaian itu biasa justru itu seni dari anak2 karena mereka belum dewasa.{ yg dewasa aja pd bertikai ya,apalagi anak2 ya ?}..semoga mereka kelak menjadi anak2 yg berguna dunia dan akhirat amin.Renungan yg dalam mbak..nice post.
ReplyDeleteBejo,.... kenapa aku baru bisa mampir menemui kamu, Jeng inet lemot abis sejak pagi.
ReplyDeleteBejo is the best......
malah inget sama masa kecil bunda,...
ReplyDeleteBejo, hehe, jadi ingat pny teman namanya Bejo waktu kuliah dulu, karena malu diolok2 dia pokoknya maunya dipanggil Beni, haha, sampai nantang2 berantem siapa aja yg berani manggil dia Bejo.. hmm.. setiap org punya cara masing2 dalam melihat dan menyelesaikan permasalahannya, dan lingkungan juga kadang ramah terhadap satu individu, kadang kejam terhadap individu yang lain. Over all, that's life. Dan manusia, kadang bisa menjadi sangat bijak disuatu kesempatan, namun menjadi sangat tak bijak dikesempatan yg lain, itu juga kenyataan.
ReplyDeletewah..sepupu henny pernah tuh mainnya kayak begitu. jadi inget deh :p
ReplyDeleteassalamualaikum,
ReplyDeletebadu memang identik dgn anak nakal, dibeberapa buku yg pernah sy baca "nama badu" identik dgn anak yg nakal.meski di dunia nyata mungkin tidak demikian.
met puasa hari ke 11 ya mbak.
wassalam
Kisah anak-anak dengan keluguannya. Semoga mereka bertumbuh dewasa dan belajar untuk saling menghargai dan menghormati.
ReplyDeletejadi inget neh saya dg masakecil. Ketika lagi bandel2nya he he..bunda udah sahur belum?
ReplyDelete@All, terimakasih komentarnya. Balada di atas hanya metafora dari kehidupan kita. Tentang kenaifan-kenaifan yang sering juga melanda kita. Dan mas Sugeng, buwel, jelas itu bukan tentang Bejo saya, hehe. Selamat menunaikan puasa ramadhan hari ke-12 bagi yang menjalankan. Selamat beraktivitas buat semua.
ReplyDeleteIya, ya...Badu, Beno dan Bejo...tipikal kita sebenarnya....
ReplyDeletekrn kadang2 kita2 yg dewasa pun seriing bertingkah spt anak kecil (walau gak menyadarinya)...ih, jd pengen malu sendiri..
Bejo yg ini mas Bejo terchayang-nya mbak Elly bukan..? (halah!)