Sebuah Pelukan Yang Terlepas Pada Suatu Hari

Di kamar mereka, sepasang perempuan dan laki-laki sedang berpelukan. Pelukan yang merapat, merenggang, lalu merapat lagi ketika kokok pertama ayam jantan terdengat dari balik tembok sebuah perumahan di kota itu. Saat kokok ayam jantan itu terdengar lagi, seketika sang perempuan mendongakkan kepala, ia terbangun. Saat akan bangun dan melepaskan pelukan sang lelaki, pelukan itu begitu kuat seakan tak ingin melepaskannya. Perempuan itu menggeliat sambil meronta, melepaskan pelukan si lelaki. Pelukan itupun akhirnya terlepas. Perempuan itu bangkit dari tempat tidurnya. Sementara sang lelaki menarik bantal dan kembali meringkuk.

Perempuan itu merapikan rambut sebahunya dengan tarikan jemari, lalu mengambil kucir rambut yang terlepas di dekat bantal. Wajahnya agak oval tapi penuh, usianya sekitar tigapuluhan. Pada wajahnya ada gurat penantian bercampur kekhawatiran akan sesuatu, entah apa. Sementara itu, di tempat tidur tadi sang lelaki masih juga meringkuk.

Setengah jam setelah itu, suara denting sendok menyentuh gelas kaca terdengar dari dapur. Jemari perempuan itu menari-nari diiringi lagu lama si Lenny Kravitz, It aint over till it over, lincah meningkahi denting sendok tadi. Tak lama secangkir kopi untuk dirinya dan segelas teh manis untuk si lelaki telah siap. Ditambah lagi roti bakar diolesi susu coklat kegemaran mereka berdua. Perempuan itu berjalan pelan ke kamarnya lagi.

"Bangun dong sayang...., sudah jam setengah enam nih"
Si lelaki menjawab tidak jelas, masih sambil meringkuk
"Katanya mau ketemu pak Budi" kata perempuan itu lagi, sambil tangannya mengguncang tubuh sang suami. Demi mendengar nama itu, si lelaki segera bangkit dari tempat tidur. Tak lama terdengar suara byar-byur dari kamar mandi. Si lelaki mandi dengan tergesa-gesa.

Hari itu hari sabtu, sebetulnya adalah hari libur mereka berdua. Begitulah pagi pada suatu hari dalam kehidupan pasangan suami istri itu. Mereka berencana akan ke berkunjung ke rumah orang tua si perempuan (yang kebetulan ada di kota yang sama dengan mereka), sayangnya tadi malam, Budi, seorang kolega bisnis sang suami minta ditemui jam tujuh pagi ini di suatu tempat yang lumayan jauh, di kawasan pinggiran kota. Kunjungan ke orang tua terpaksa mereka tunda.

Tiba-tiba, sekitar dua jam setelah sang suami menemui koleganya, keinginan yang sangat kuat muncul di benak perempuan itu. Keinginan untuk melakukan tes kehamilan, sudah hampir dua minggu ia telat datang bulan. Biasanya telat 2-3 hari saja ia segera memeriksakan dirinya dengan tes pack, sekali ini tidak. Ya, barangkali karena ia takut kecewa karena sering menemukan bahwa ia cuma telat saja. Sekali ini pula, entah mengapa ia tidak memberitahukan suaminya kalau sudah hampir dua minggu ia telat, ia malu pada suaminya karena hasilnya sering negatif.

Perempuan itu hampir meledak karena gembira, "aAhamdulillah...!" , ia menjerit tertahan saat melihat tanda garis dua muncul di alat tes tersebut. Ia positif hamil, setidaknya menurut alat test pack tersebut. ia menari-nari bahagia. Sekelilingnya terasa begitu merona dan berwarna cerah. Kebahagian itu betul-betul melenakannya. Inilah penantian panjang kami, enam tahun ya Allah. Terimakasih Kau telah mendengar doa kami, katanya membathin sendiri. Lagu Lenny Kravitz itu ia setel lagi, lagi dan lagi, berulangkali.

Saat ia tengah bersuka cita itu, tiba-tiba hpnya berdering,
"Halo.......,....... iya betul....., .....apa....!", perempuan itu menjerit histeris. Seorang laki-laki mengabarkan kalau suaminya mengalami kecelakaan, sedang dalam kondisi kritis di RS "X" di kota itu. Perempuan yang tadi sedang berbahagia itu seketika melunglai. Cukup lama ia terduduk lemas dan melihat kegelapan saja di sudut kamar. Ia duduk lemas disitu antara sadar dan tidak, sampai ia menemukan kekuatan untuk bangkit lalu pergi ke RS "X" yang dimaksud dan menelpon keluarganya.


Betapa kejadiannya begitu singkat. Dan betapa segala sesuatu tak bisa ditebak. Di RS "X" perempuan itu cuma menemukan jasad kaku suami tercintanya. Saat ia sedang tak sadarkan diri di sudut kamar, ruh suaminya telah kembali kepada sang Pencipta. Kini perempuan itu duduk sendiri memegangi jasad suaminya, tak tau harus berbuat apa selain mengeluarkan air mata. Tak lama datang beberapa kerabat, ayah dan ibunya, juga kakak perempuan sang suami. Perempuan itu masih berurai air mata.

Ada penyesalan yang menyesakkan jiwa perempuan itu. Ia menyesali kenapa tadi pagi ia membangunkan suaminya. Iapun menyesali kenapa tadi pagi itu ia harus bangkit dari tempat tidurnya, melepaskan pelukan suami yang begitu kuat seolah tak ingin melepaskannya. Mungkin jiwa suaminya, dalam tidurnya pagi itu, sudah memberikan pertanda tak ingin berpisah, tak ingin dilepaskan. "Kenapa kulepaskan...!", jerit perempuan itu tak terkendali. Seketika ruangan di kamar tempat jasad suaminya terbaring menjadi ramai. Para kerabatpun sibuk menenangkan perempuan itu.


Perempuan itu masih menjerit, kali ini cuma dalam hati. Wajahnya memucat. Ia masih menangis sambil memegangi perutnya. Ia bergumam mengatakan sesuatu kepada suaminya, "Sayang, penantian kita berujung juga. Aku hamil....., dan aku belum sempat memberitahumu tentang kebahagiaan ini...!, gumamnya penuh sesal dalam hati. Sebuah gumaman yang ia tujukan kepada suami tercinta.

Wajah perempuan itu semakin memucat. Tiba-tiba dari jendela kamar RS itu angin berhembus membelai wajahnya. Belaian yang entah kenapa, sangat menyejukkan perempuan itu. Tiba-tiba pula iapun bangkit dari duduknya. Wajah pucat tadi tampah memerah lagi. Ada sesuatu yang muncul tiba-tiba di benak perempuan itu. Sebuah perasaan yang menyeruak penuh di dadanya. "....Aku ikhlas sayang. Mungkin sampai disinilah pertautan kita. Anak kita ini adalah peninggalanmu yang akan kubesarkan dengan penuh kasih-sayang, sebagaimana rencana kita....", gumamnya lagi.

Begitulah. Mungkin angin tadi adalah aura atau jiwa kasih sang suami yang dikirimkan Tuhan padanya untuk membelainya dan memberinya kekuatan. Mungkin ya dan mungkin juga tidak. Sekali lagi, etahlah. Ia cuma merasakan bahwa belaian sang angin tadi sangat menyejukkan baginya. Ia seperti mendapat kekuatan. Perempuan itu menyeka air matanya. Bangkit mencium jasad suaminya yang terbaring kaku, dengan penuh cinta. Itulah ciuman penuh kasih juga ikhlas yang bisa ia berikan.

Betapa hidup adalah sebuah misteri. Dan setiap rangkaian kejadian harus dilakoni dengan ikhlas. Sesungguhnya pada setiap kejadian ada rencana terbaik Tuhan untukmu insan yang mungkin kalian tidak tau. Begitu bisik angin itu lagi. Setelah itu, angin istimewa itupun pergi diam-diam meninggalkan kamar Rumah sakit "X" tersebut.
Demikianlah kisah Sebuah Pelukan Yang Terlepas Pada Suatu Hari yang dibisikkan angin istimewa tadi. Kisah ini silahkan direnungkan oleh siapa saja yang berkenan, begitu bisik sang angin tadi. Setelahnya, tentu saja, mari lanjutkan weekend kita.

Comments

  1. Kisahnya yang sangat menyentuh mbak,... aku jadi ingat tante aku di kampung ceritanya sangat mirip. Anaknya sekarang udah kelas 1 SMA.
    Sudah 15 tahun dia menjadi seorang Ibu sekaligus Ayah yang kuat dan tegar bagi anak semata wayangnya.
    Dibalik sebuah peristiwa, pasti ada rencana Tuhan yang tersembunyi.

    ReplyDelete
  2. Duh mbak... kalau cerita, saya sering tertanya2 siapa objeknya. Duh, jadi tambah dodol deh otak saya ;)

    Mbak Elly, untuk sementara, saya mau off dulu dari blog. Mohon maaf jikalau ada salah yah :)

    ReplyDelete
  3. Miris jadinya... Tapi kadang2 memang, untung tak dapat diraih dan malang tak dapat ditolak.

    ReplyDelete
  4. isi ceritanya menginspirasi bgt..menyentuh, diambil dari kisah nyata bukan nih bun..heheh, mantab

    ReplyDelete
  5. kisah benar atau tidak...memang memberi inspirasi ya

    ReplyDelete
  6. berangkat dari kisah nyata ataupun sebatas renungan ... hal-hal seperti ini memang terjadi. Terimakasih sudah menuliskan cerita ini ... aku ikut belajar dari kisahnya. Salam perkenalan.

    ReplyDelete
  7. salah seorang kerabatku jg pernah mengalami ini, mbk...kami semua yg melihat sang istri bergitu miris..ketika kandungannya berusia 2 bln sang suami meninggal, kecelakaan di jl tol Merak-Banten...kalo inget kok jd sedih...hikz...

    ReplyDelete
  8. Waaaahhh maaf neh mbak...mampir dulu ajah ya...lagi nggak mood neh..heeehhheheh

    ReplyDelete
  9. Mbak Elly piawai banget sih cerita yg spt ini?
    Aku terbawa rasa sedih deh...
    Duh, kok aku rasanya sempat ikut merasa menyesal atas pelukan yang dilepaskan ya ?

    ReplyDelete
  10. tragis........saya takut membacanya.......takut,karena saya tidak ingin hal itu terjadi....terlalu tragis....

    ReplyDelete
  11. hiks,...hiks,.. pengen nangis ni bunda....
    good post

    ReplyDelete
  12. wah kesenangan dan kesedihan itu jaraknya setipis kertas ya mba ...

    :( ...

    ReplyDelete
  13. metafora yg berhasil. sebuah prosa cantik.

    ReplyDelete
  14. itu cerita mitos karangan atau cerpen

    ReplyDelete
  15. Anugerah dan bencana adalah kehendakNya
    Kita mesti tabah menjalani
    Hanya cambuk kecil agar kita sadar
    Adalah Dia di atas segalanya.

    @anazkia : hemmm...bukan aku lho yang bilang odol, eh...dodol. *hihikz

    ReplyDelete
  16. Iya mbak..segala sesuatu kita musti ikhlas menerima.
    karena emang kita gak tahu rahasia Tuhan di balik semua kejadian

    ReplyDelete
  17. @all, terimakasih komentarnya. Begitulah, seperti yang kalian bilang juga tadi, dibalik setiap peristiwa (musibah atau apapun) ada rencana Tuhan yang terbaik untuk kita semua. Kisah tidak penting ini jelas cuma rekaan yang dibisikan angin kemarin pagi pada saya. Saya sedang sakit mata, inetpun agak error, jadi mohon maaf kalau belum bisa blogwalking. Sekali lagi, terimakasih komentarnya. Ayo Lanjutkan hari kita.......

    ReplyDelete
  18. Wah merinding dan menyentuh ceritanya...itulah sekenario Tuhan yg tanpa kita tahu sebagai umat...

    ReplyDelete
  19. kabahagiaan dan kesedihan hampir tidak berbatas... tipis sekali...

    ReplyDelete
  20. Itulah misteri kehidupan, yakni kala rencana kita berbeda dengan rencana Tuhan. Yg penting kita selalu siap akan yg terburuk, dan tetap menjadikan Tuhan sebagai satu2nya pegangan hidup kita

    ReplyDelete
  21. wow, nice story
    kasian ya si perempuan itu

    ReplyDelete
  22. halo mba, hehehe... aku sampe serius bacanya,

    ReplyDelete
  23. wah mbak..
    mengena bget ceritanya.....

    ReplyDelete
  24. doh mau komen apa yah :(

    he..he..he.., semoga istrinya tabah, trus anaknya jadi orang hebat dan suaminya masuk surga.

    kalau endingnya gitu... ceritanya jadi gak sedih lagi kan.

    ReplyDelete

Post a Comment

Tulisan hasil kontemplasi. Mohon maaf, komentarmu perlu saya cerna dulu untuk menghindari riweh dan tidak spam. Terimakasih.