Abunawas Ingin Pulang Ke Oasenya


Oase menyejukkan nan bening itu, begitu dirindukan Abunawas (maaf, nama ini cuma sembarang saja saya temukan). Abunawas merindukan oase yang terletak tak jauh dari rumahnya dahulu. Tempat dimana ia, layla, Khalil, dan Salman bermain, hampir tigapuluh tahun yang lalu. Ya Abunawas merindukan oasenya. Betapa ia sangat ingin pulang ke oasenya itu bersama istrinya tercinta . Tetapi apa daya, jarak nyang begitu jauh menjadi kendala. Belum lagi biaya yang dibutuhkan begitu besar.

Meski begitu keinginan pulang ke oasenya itu tak bisa luput dari benak Abunawas. Abunawas terus memikirkan oasenya.Tiada hari tanpa memikirkan keindahan oasenya. Tiada hari tanpa angan-angan nan indah tentang nikmatnya meminum air dari tadahan tangannya di oase itu. Sungguh, saat penat, lelah sepulang kerja setiap hari, yang ia angankan adalah osaenya. Itulah obat penawar penat dan dahaga yang tertanam kuat di benak Abunawas. Dan keinginan itu semakin hari semakin menggebu. Ia bahkan menyisihkan uang lemburnya untuk menabung.

Pada suatu hari di awal pekan beberapa bulan lalu, Abunawas seperti mendapat ilham untuk mencapai keinginannya itu. Iapun memasang wallpaper bekas bergambar padang pasir di sekeliling kamarnya, lengkap dengan oase dan bahkan beberapa ekor unta. He, tentu bukan Abunawas namanya bila tak cukup cerdik mensiasati situasi, termasuk mensiasati keinginan terpendamnya. Maka, setiap malam Abunawas merasakan pulang ke oasenya. Sederhana bukan, beres, masalah terselesaikan dan ceritapun usai.

Ternyata kisah ini tak berhenti sampai disitu. Sebulan setelah pemasangan wallpapaer itu, Abunawas benar-benar pulang ke oasenya. Abunawas betul-betul menginjakkan kaki ke kampung halamannya. Begitulah kisah Abunawas, imigran miskin di Perancis yang berasal dari pinggiran sebuah negara teluk Persia. Tiba-tiba di suatu hari yang mendung dan rintik-printik, Salman sahabat kecilnya yang kini telah menjadi pedagang kaya raya, menemuinya dan mengajaknya pulang bersama ke kampung halaman mereka. Salman memberinya tiket gratis pulang pergi ke kampung halaman mereka.

Sungguh, saya lama terpekur memikirkan kisah ini. Ketika saya renungkan lagi, ternyata apa yang terus diangankan dan dipikirkan Abunawas dengan doa yang ikhlas dan sungguh-sungguh telah membawanya kepada keinginannya tersebut. Pikiran si Abunawas untuk pulang ke kampung halaman menengok oasenya memancarkan energinya ke semesta. Energi yang terpancar tadi ditangkap semesta lalu dipancarkan lagi hingga tiba ke sang oase. Sang oase di kampung halamannya pun mengirimkan energi ke semesta untuk menarik Abunawas ke sana. Wallahu'alam bissawab. Sudah pasti ini kehendakNya. Bukankah Ia berkata "Aku adalah bagaimana menurut persangkaan umatku. Bila umatku bersangka baik maka kebaikan itu baginya. Bila ia bersangka buruk maka keburukan itu baginya. Ini hanya salah satu kisah seputar LoA yang ada dalam pikiran saya. Mari kita renungkan bersama.

Gambar diperoleh dari sahabat saya Zumairi

Comments

  1. Duh mbak, selalu menyentil dengan gaya mbak Elly :)

    ReplyDelete
  2. Dan inilah karakter menulis mbak Elly, saya, atau siapa tak akan bisa menirunya :)

    ReplyDelete
  3. Setuju dg mbak Ana, mbak..! Gaya penulisan mbak Elly sangat khas dan tak mungkin utk diikuti.
    Semoga sukes selalu...

    ReplyDelete
  4. Bukankah Ia berkata "Aku adalah bagaimana menurut persangkaan umatku. Bila umatku bersangka baik maka kebaikan itu baginya. Bila ia bersangka buruk maka keburukan itu baginya.

    hehe,.....mantap .bagian ini sangat sejuk

    ReplyDelete
  5. sekali-kali tidak layak utk kita bersangka buruk dgn Baginda dan para sahabat..

    ReplyDelete
  6. mungkin nih
    si abunawas tu kayak aq
    kalau aku selalu merindukan ijo
    sedang abunawas ini selalu memikirkan ke oasenya
    hehehehehe

    ReplyDelete
  7. Tepat. Abunawas adalah deskripsi dari sebahagian makhluk-Nya kali ya. Tulisan Inspiratif, imaji liar yg manis nih bunda. Salut!

    ReplyDelete
  8. hehehehe... suksess ya mbaaak....

    ReplyDelete
  9. komen yg tadi gak muncul ya...
    maaf, mbk..koneksi agak 'mbleret' :(

    (tulis lagi deh..)
    sekali lg, mbk elly menulis dgn cerdas..
    keliatan yg nulis adalah org yg smart. :)

    memang sejatinya, manusia hrs memiliki persangkaan baik pd Sang Pemilik Kuasa, baik dlm keadaan senang maupun susah.

    ReplyDelete
  10. @Anazkia, hiy,mungkin karena saya agak mbeling, siapa yang mau niru karakter mbeling, hehe. Karakter tulisan mbak Ana lebh mantap lg.
    @Reni, samalah mbak, tulisan Mbak Reni jg khas, tdk akan mampu ditiru, setiap kita adalah unik dan khas.
    @Ahmad F, ya saya jg sdg suka dgn bagian itu (itu fimanNya dlm sebuah hadist Qudsi)
    @Zumairi, siip. Terimakasih gambar yg diforward itu ya.
    @Yanuar, hehe, sumpah deh, Abunawas yang merindukan oasenya mungkin banyak kita temui di sekitar kita.
    @Sastra Radio, yah itulah deskripsi sebagian kita MahlukNya. Imaji kdg seperti secangkir kopi, kdg spt setets embun, sesekali sy ikuti liukannya, hehe.
    @Rangga, he, sama2 nGGa
    @Tisti, terimakasih. Setiap kita memiliki sesuatu ala kita yang khas. Siip, itulah intinya mbak.

    ReplyDelete
  11. Cerita yang penuh makna...beri tentang pandangan terhadap sesuatu...nice artikel mbak..

    ReplyDelete
  12. wah mbak Elly lagi terpesona dgn LoA ya? Memang kekuatan pikiran itu luar biasa. Kebahagiaan itu kan hasil dari pikiran jg?

    ReplyDelete
  13. Apa yang kita angankan, kemudian diwujudkan dengan doa, maka insya Alloh akan terpenuhi juga keinginannya dengan jalan yang tiada kita sangka

    ReplyDelete
  14. ..semoga pikiran baik datang dari segala penjuru..
    (Bhagawad Gita)

    ReplyDelete
  15. Khas banget tulisan ibu yg satu ini..sy banyak belajar dengan tulisan Ibu ini..bila sempat insyaallah saya akan selalu hadir disetiap tulisan2nya...

    ReplyDelete
  16. Paragraf yg terakhir itu lho Mbak ely, sangat mengena dan patut kita renungkan bersama. Berprasangka baiklah pada orang lain, maka mereka akan begitu juga pada kita, amin, insya Alloh

    ReplyDelete
  17. wuiiiih......nice posting..

    nyambung ma posting yg terdahulu...

    ella makin cinta deh ma blog ini....penuh pelajaran yang bisa biambil heheh

    maksih bunda-ku sayaang

    ReplyDelete
  18. Sebuah renungan yang menjejukkan dalam bingkai kisah Abu nawas yang sangat jenaka.
    Setuju sekali bahwa " Aku adalah bagaimana menurut persangkaan umatku. Bila umatku bersangka baik maka kebaikan itu baginya. Bila ia bersangka buruk maka keburukan itu baginya."

    ReplyDelete
  19. Dimanapun kita berada, kita selalu rindu akan kampung halaman.

    ReplyDelete
  20. Mohon maaf mbak, baru sempat ol dan BW,....
    masalah back link, aku juga menemukan hal yang sama pada blog aku....
    seperti yang saya katakan bahwa saya juga baru belajar. Masalah ini akan aku cari solusinya sambil bertanya pada yang lebih tau.

    ReplyDelete
  21. hidup LoA hehehe...bener mbak apa yg kita pikirkan adalah doa kita...jd mari berfikir postitip!!

    ReplyDelete
  22. saya juga ingin kembali ke OASE saya mba, di sini panas sekali :D
    mari berdoa ...

    ReplyDelete
  23. "Aku adalah bagaimana menurut persangkaan umatku. Bila umatku bersangka baik maka kebaikan itu baginya. Bila ia bersangka buruk maka keburukan itu baginya".. Mantap mbak..

    ReplyDelete
  24. tulisan bunda yg satu ini spertinya masih berhubungan sm tulisan sbelumnya soal LoA. sy jg termasuk sekutub dg pmikiran Rhonda Byrne yg ntu mbak. sperti juga keyakinan sy bahwa tiada penantian yang sia-sia dlm hidup ... hehehe

    ReplyDelete
  25. @all, (Fanda, Big Sugeng, boykesn, Ateh75, Mantan Copet, Susy Ella, Kabasaran Soultan, Stiawan Durgantara, Suzhu Bites, Jonk, Ajeng, Rosi Atmaja, maafr kalau ada yang terlewat), terimakasih komentar serta urun rembugnya yang mantap ini. Ya mari sama-sama kita mulai meleakukan dan menegndalikan pikiran kita secara positif, sebagaimana firmanNya yang telah tertuang di semesta ini.

    ReplyDelete
  26. gurih bgt bunda..emang lagi laper mbaca nih aq..jadi aq lahab aja..heheh

    ReplyDelete
  27. bwehehehehehe.....masih tentang LoA.....
    setuju wes ama akhirnya mbak.....
    bagaimanapun juga prasangka baek tak ada ruginya.....

    ReplyDelete
  28. nice post
    alhamdulillah saya selalu berada di oase saya
    :)

    ReplyDelete
  29. Renungan yang sangat dalam artinya Mbak...
    Memang Tuhan sangat pemurah... aku terkesan dengan kalimat terakhir :

    Bukankah Ia Berkata "Aku adalah Bagaimana menurut umatku. Bila umatku bersangka baik maka kebaikan itu baginya. Bila ia bersangka buruk maka keburukan baginya.

    ReplyDelete
  30. Oase nan bening dan menyejukkan adalah harapan bagi jiwa yang terus mengembara melewati padang gersang kehidupan. Abunawas telah menuntun Newsoul menemukan sebuah jalan menuju ke sana, oase yang telah dirindukannya.
    Sampaikan salam buat Abunawas, harapanku untuk singgah dan jedah dalam oasenya.

    ReplyDelete
  31. Sebenernya darikemarin mau komen tapi inetnya lemot mlulu
    Aku mengenal cerita Abunawas saat aku masih kecil
    Dia orangnya Jenaka, ceridk dan baik hati
    Tapi mbak Elly menceritakan kembali si Abunawas dengan gaya tersendiri..

    ReplyDelete
  32. meninggalkan jejak disini lagi ya
    heheheheh
    mohon ijinnya

    ReplyDelete
  33. @all, terimakasih komentarnya. Selamat menikmati hari libur bersama keluarga di oase kita masing-masing.

    ReplyDelete
  34. masih ada benang merah dengan artikel LOA-nya...yach..kita memang tak boleh meremehkan kekuatan do'a.

    ReplyDelete
  35. hmm..lanjutan dari LOA toh? ternyata apa yg kita harapkan dan pikirkan secara terus menerus bisa menjadi nyata. apalagi kalo kita juga memperjuangkan apa yg kita harapkan itu.

    ReplyDelete
  36. sepakat sekali, saya juga pernah mendengar hal semacam ini, yang disebut dengan hukum ketertarikan, ketika kita mulai berpikir terhadap sesuatu, maka energi yang dipancarkan oleh pikiran kita, akan dipancarkan ke alam semesta, oleh karena itu, slalulah berpikir positif, karena dengan begitu, kita dapat merasakan betapa bermanfaatnya hidup ini dan kitapun slalu bersyukur setiap hari dengan apa yang kita miliki saat ini.

    ReplyDelete

Post a Comment

Tulisan hasil kontemplasi. Mohon maaf, komentarmu perlu saya cerna dulu untuk menghindari riweh dan tidak spam. Terimakasih.