Daun-daun Jatuh Ke Bumi
Pagi muncul lagi. Seperti biasa, setiap hari selalu begini (andai setiap hari bisa santai begini, he dan sayangnya tidak). Ada sapaan pagi, ada kicauan burung-burung yang sedang hinggap di dahan, ada udara yang sejuk, dan tentu saja ada secangkir kopi yang mengepul. Hawa panas kopi membangkitkan birahi. Birahi untuk menulis di ini pagi.
Sedang asyik menulis ini, tiba tiba sehelai daun jatuuuhhhh....., pyah. Pelan dan indah, begitulah. Entah kenapa moment jatuhnya sehelai daun itu istimewa bagi saya. Rupanya angin bertiup menghempaskan dahan-dahan sebatang pohon jambu. Itu jambu air dan bukan jambu klutuk. Hempasan angin itulah yang tadi menerbangkan sehelai daun hingga ia terjatuh. Tak lama setelah itu angin kembali berhembus. Sehelai daun jatuh lagi, menyusul daun-daun lain. Ya beberapa helai daun jambu itu jatuh lagi. Merekalah daun yang rentan terhadap hembusan angin, daun yang sudah tua dan menguning. Sedikit saja angin berhembus, jatuhlah mereka ke bumi.
Tiba-tiba, saya kehilangan selera menuliskan apa yang tadi sedang saya tulis. Beberapa menit setelahnya jemari saya membuka new tab pada si lappie, membuka blog ini. Maka mulailah saya merenung pada tulisan ini, disaksikan daun-daun jatuh tadi. Kemudian saya mengambil hp saya yang sudah tidak baru lagi. Menjepret sana-sini pada sang daun yang jatuh tadi.
Daun daun jatuh itu tidak lagi berseri. Wajahnya pucat pasi. Saat saya tatap mereka, daun-daun jatuh itu seakan menggumamkan sesuatu pada saya. Inilah katanya, seandainya mereka bisa berkata, jangan buang waktu wahai dirimu insani. Gunakan harimu untuk sesuatu yang kau yakini pada dunia ini. Raihlah harapan dan asamu pada dunia ini. Sebelum dirimu jatuh dan layu seperti aku. Demikian kata-kata para daun layu itu kepada saya, andai mereka bisa berkata. Saya terpana demi mendengar bisikan maya itu.
Sementara, di atas kepala saya, dedaunan hijau sedang melaksanakan tugas mulianya pada alam ini. Berfotosintesis, memberikan udara segar bagi kita semua. Mereka tampak sigap, segar dan ada rona bangga juga pada mereka. Lalu daun-daun hijau itupun mengangguk, seakan membenarkan bisikan para lelayu rekannya yang tadi jatuh ke bumi. Hembusan angin rupanya telah membuat dedaunan hijau itu seperti mengangguk-angguk. Saya sedikit terperangah. Entah kenapa. Demikian renungan pagi ini kawan. Mari bersemangat menjalani hari, jelang cita-cita dan asa, sebelum kita bernasib seperti daun jatuh tadi, menguning, layu, jatuh ke bumi, dan akhirnya akan membusuk. Mari kita renungkan bersama. Mohon izin kawan, saya minum kopi lagi.
Sedang asyik menulis ini, tiba tiba sehelai daun jatuuuhhhh....., pyah. Pelan dan indah, begitulah. Entah kenapa moment jatuhnya sehelai daun itu istimewa bagi saya. Rupanya angin bertiup menghempaskan dahan-dahan sebatang pohon jambu. Itu jambu air dan bukan jambu klutuk. Hempasan angin itulah yang tadi menerbangkan sehelai daun hingga ia terjatuh. Tak lama setelah itu angin kembali berhembus. Sehelai daun jatuh lagi, menyusul daun-daun lain. Ya beberapa helai daun jambu itu jatuh lagi. Merekalah daun yang rentan terhadap hembusan angin, daun yang sudah tua dan menguning. Sedikit saja angin berhembus, jatuhlah mereka ke bumi.
Tiba-tiba, saya kehilangan selera menuliskan apa yang tadi sedang saya tulis. Beberapa menit setelahnya jemari saya membuka new tab pada si lappie, membuka blog ini. Maka mulailah saya merenung pada tulisan ini, disaksikan daun-daun jatuh tadi. Kemudian saya mengambil hp saya yang sudah tidak baru lagi. Menjepret sana-sini pada sang daun yang jatuh tadi.
Daun daun jatuh itu tidak lagi berseri. Wajahnya pucat pasi. Saat saya tatap mereka, daun-daun jatuh itu seakan menggumamkan sesuatu pada saya. Inilah katanya, seandainya mereka bisa berkata, jangan buang waktu wahai dirimu insani. Gunakan harimu untuk sesuatu yang kau yakini pada dunia ini. Raihlah harapan dan asamu pada dunia ini. Sebelum dirimu jatuh dan layu seperti aku. Demikian kata-kata para daun layu itu kepada saya, andai mereka bisa berkata. Saya terpana demi mendengar bisikan maya itu.
Sementara, di atas kepala saya, dedaunan hijau sedang melaksanakan tugas mulianya pada alam ini. Berfotosintesis, memberikan udara segar bagi kita semua. Mereka tampak sigap, segar dan ada rona bangga juga pada mereka. Lalu daun-daun hijau itupun mengangguk, seakan membenarkan bisikan para lelayu rekannya yang tadi jatuh ke bumi. Hembusan angin rupanya telah membuat dedaunan hijau itu seperti mengangguk-angguk. Saya sedikit terperangah. Entah kenapa. Demikian renungan pagi ini kawan. Mari bersemangat menjalani hari, jelang cita-cita dan asa, sebelum kita bernasib seperti daun jatuh tadi, menguning, layu, jatuh ke bumi, dan akhirnya akan membusuk. Mari kita renungkan bersama. Mohon izin kawan, saya minum kopi lagi.
pertamakah?
ReplyDeletedari daun saja ada tulisan yg muncul. ttg memanfaatkan waktu agar tak terbuang sia2. makanya, saya bw sambil ngeprint nih. jadi multitasking dan waktu tak terbuang percuma.
emang bakat nulis nih...apapun bisa jadi inspirasi...kereeen..
ReplyDeletesalam kenal ya buuu..^_^
slalu ada ide,salut ma bunda....
ReplyDeleteslalu bisa mengjak kita semua untuk sejenak merenung dari peristiwa2 disekitar kita
Memang alam selalu mengajarkan pada kita tentang hidup. Dan hari ini kita (melalui mbak Elly) belajar, atau disadarkan untuk tidak menyia-nyiakan setiap waktu dalam hidup ini untuk hal-hal yang berguna dan bermakna bagi dunia. Kita semua diberi waktu yang sama: 24 jam sehari, dengan semua permasalahan dan semua fasilitasnya. Maka terserah pada kita pulalah apa yang akan kita buat untuk menjalani 24 jam kita itu.
ReplyDeleteMari merenung bersama, apakah aku sudah memberikan yang terbaik buat keluargakau? buat bangsaku? dan buat dunia? Dan terutama, sudahkah kita meluangkan waktu terbaik kita tuk mensyukuri 24 jam kita yang boleh kita lalui dari Sang Pencipta?...
blog mu unik bro teruskan..sebelumnya jangan lupa kunjungi blog ku n buat komentar ya biar lebih akrab
ReplyDeletenatural fotografh, aku suka
ReplyDeleteWuih penuh pencerahan.....
ReplyDeleteayo semangat...jalani hidup penuh arti...
Begitulah kalau roh menulis sudah menyatu dalam diri, daun yang jatuhpun bisa dirangkai menjadi sebuah perenungan.
ReplyDeleteHasil foto hape yang nggak baru lagi bagus koq mbak.
@all, terimakasih komentarnya. Ya, mari kita sama-sama merenungi pesan-pesan alam ini.
ReplyDeletehehe psikologi daun ya? cakep deh, daun jatuh aja renungane dualem buanget
ReplyDeletedaun-daun kering ini saya ibaratkan pesawat2 tua kita yg akhir - akhir ini banyak berjatuhan..proses alamkah??
ReplyDeletewaduh dari daun aja si mba udah terinspirasi, gimana dari yang laiinya :D
ReplyDeletesef deh mba :)
wah keren mbak, dari daun jatuh, bisa mnjadi inspirasi bwt tulisan sbagus ini, hebatt mbak.
ReplyDeletebtw mbak nulisnya dimana sih? kok ada daun2 brjatuhan. ndak di hutan kan,hihihihi...
@Advintro, he, dualem apanya neh ?
ReplyDelete@JengSri, thanks. Iya, itulah foto seadanya dr orang gaptek, jd gak jago memodifikasi,hehe.
@Bayunature, wah analogi yg agak mirip tuh. sama2 sdh tua kan.
@Jonk, dr bunganya sdh tuh, dari buahnya, ya,nanti deh sambil kt makan jambu.
@Dunia POlar,tulisanmu jg inspiratif. He, dick, mmgnya dedaunan cm ada di hutan. Di pojokan kanan dpn rmh sy jg buanyak, xixixi.
mari bersama terus berjuang tuk jadi yg terbaik
ReplyDeletebaik d dunia dan akhirat yang kekal. Amin
maaf ya mbak Elly, baru mampir nih..
wah mbak elly ini sangat kreatif...
ReplyDeletesemua benda dapat diexplore menjadi sebuah karangan yang inidah (bra..., nasi uduk, pak belalang,.....) keren wez pokoke...
semangat n good luck
inspirasi bisa darimana aja ya mba.. salut2...
ReplyDeletemengingatkan saya untuk tetap semangat...
kopinya mauuuuuuuuuuu dong :)
Bukan Elly Suryani namanya kalo kehabisan ide. Daun jatoh aja bisa dijadikan sumber inspirasi..
ReplyDeleteseindah2nya daun
ReplyDeletepasti akan jatuh juga
:)
adakah kita dapat melihat lagi daun-daun yg berguguran di masa depan?...ramai manusia rakus menghilangkanya atas dasar pembangunan
ReplyDeleteMbak, maaf baru dateng. Gi di rundung malas :)
ReplyDeleteAdaketikanya, saya sering iri dengan daun kering yang terjatuh. Layunya ia tanpa beban, keringnya dia tanpa kesedihan juga jatuhnya daun yang berserak tidak di mintai pertanggung jawaban. Wallahu'alam...
selalu ada makna disetiap peristiwa, termasuk pada daun yang jatuh, makasih dah sharing atas renungannya...
ReplyDeletemaaf baru mampir, memang dah seminggu gak buka blog
ungkapan daun jatuh yang indah Mbak.. selagi mampu dan masih berpotensi, kita gunakan waktu agar tak sia-sia...
ReplyDeletekerja lagi aahhhh....
saya gak suka kopi, lebih suka teh, teh kesukan saya lemon comomile, tidak berwarna hanya piyas kehijauan bercampur orange pudar, tak tahulah terbuat dari DAUN teh apa, mungkin daun yang telah gugur ke tanah, tapi aku rasa tidak. mungkin sejenis DAUN yang lain yang terbang dari dunia antah berantah.
ReplyDeleteBisikan daun yang jatuh tadi... ternyata membuatku terpana juga.
ReplyDeleteSerasa diingatkan untuk lebih memanfaatkan waktu yang ada utk hal yang sebaik-baiknya.
Makasih sharingnya mbak... Nice post !
wow!
ReplyDeletehebat..
daun pintu gimana?
ato duan telinga..?
hehe
keren
ReplyDeletegara-gara daun jadi sebuah artikel...
salut sob, gax kepikiran aku sampai ke situ...
Mbak Ely is very puitis woman
ReplyDeleteDaun-daun berguguran bisa jadi inspirasi
oh ya mbak..
itu komen dari Pak Wiyono
saya lihat di 3 blog, isinya sama semua
teruskan BRO!
termasuk di blog saya..
aneh
cantik begini dibilang bro..
itulah sebuah siklus kehidupan, dan semuanya semoga bisa dipahami dengan bijaksana....
ReplyDelete