Perjalanan
Anda sering melakukan suatu perjalanan ? Bila iya selamat, anda termasuk orang yang beruntung. Hm..perjalanan. Setiap hari saya ke kantor, kecuali Sabtu dan Minggu (juga kalau tidak ada panggilan darurat), itu adalah perjalanan. Namanya perjalanan saya pulang-pergi dari rumah ke kantor. Kadang-kadang saya ke pasar (juga pada sabtu dan minggu), dari rumah menuju pasar. Ini jelas perjalanan juga, judulnya ke pasar. Atau bisa jadi saya seharian di rumah saja, tidak kemana-mana, yaitu pada sabtu dan minggu tadi. Saya berkutat membereskan rumah, mencuci, masak, berkebun, mengupdate blog, hehe. Ini perjalanan juga bagi saya. Judulnya long weekend di rumah saja, hihi (perjalanan, bagi saya, tidak melulu mengenai perpindahan tempat). Anda pernah TK, SD, SMP, SMA, dan seterusnya sampai sekarang, itu perjalanan juga. Judulnya perjalanan pendidikan formal anda. Si x pernah bekerja di perusahaan swasta selama 2 tahun, lalu di instansi A selama 11 tahun, sampai akhirnya berada di tempat kerjanya sekarang, itu adalah perjalanan pekerjaan si x, orang-orang menyebutnya riwayat perkerjaan atau riwayat karir si x.
Begitulah selintas tentang perjalanan. Saya punya pengertian sendiri soal perjalanan ini. Bagi saya perjalanan adalah suatu kegiatan, suatu proses dari sesuatu menuju sesuatu. Dari tidak tahu menjadi tahu. Dari tidak bisa menjadi bisa. Dari belum sukses menjadi sukses, dan seterusnya. Perjalanan adalah kegiatan yang memiliki tujuan tertentu. Tentu saja ada pencapaian akan sesuatu, meski kadang tidak disadari. Perjalanan bagi saya tidak harus mengenai perpindahan tempat. Proses pergulatan pemikiran dalam benak kita dari kita kecil sampai sekarang, itupun sebuah perjalanan. Perjalanan jiwa kita. Mudah-mudahan perjalanan jiwa kita mematangkan kita untuk lebih arif menata hidup. Anda pasti punya pendapat sendiri soal perjalanan ini kan, pastinya begitu. Ya semuanya benar-benar saja. Seperti biasa, saya tidak suka definisi ribet, silahkan menurut pengertian kita masing-masing saja.
Setiap hari, dalam perjalanan saya pulang pergi menuju kantor, saya melewati TPU Kandang Kawat, dekat rumah saya. Setiap melewati tempat itu, saya merasa saya sedang diingatkan bahwa perjalanan saya di dunia fana ini suatu saat nanti akan berakhir juga. Yah, berakhir dalam pusara seperti yang saya lihat di TPU itu. Pertanyaan berikutnya di benak saya adalah sudah siapkah saya menuju kesana ? inilah yang sering saya pikirkan. Tidak ada satupun manusia (normal) yang merasa sudah cukup bekal, siap menuju kesana. Rasanya sebagian besar kita, meski kita tidak takut menuju kematian, merasa belum cukup bekal menuju alam sana. Lalu apa yang harus kita lakukan, saya sering tercenung memikirkan hal tersebut. Saya kira anda juga sering memikirkannya. Dan jawabannya tentu bervariasi menurut kondisi kita masing-masing.
Ibu saya, alhamdulillah beliau masih sehat walau usianya sudah cukup sepuh, sering menasehati kami anak cucunya mengenai hal tersebut. Kira-kira seperti ini : "....berbuatlah apa hal terbaik yang bisa kau buat, lakukan yang terbaik dengan niat tulus. Kasihi sesamamu. Jangan pikirkan surga atau neraka. Berbuat baik, bukan untuk iming-iming surga atau karena takut neraka, tapi karena itulah yang harus kita lakukan. Kehidupan ini hakekatnya adalah sebuah perjalanan, selayaknya sebuah perjalanan persiapkan bekalmu dengan baik, perhatikan pula kondisi kendaraanmu selama dalam perjalanan.....", begitu jawaban beliau. Saya kira jawaban ibu saya sangat masuk akal bagi saya. Saya berusaha menjalankan nasehat beliau, melakukan hal terbaik dengan tulus semampu saya, meski tetap berusaha kritis dan waspada dalam melakukan hal apapun. Inilah sedikit renungan tentang "Perjalanan" sobat. Renungan di weekend saya yang cuma berkutat di rumah saja ini, hehe. Sekali lagi, saya yakin anda pasti punya pengalaman dan pendapat sendiri. Mari kita renungkan bersama.
Begitulah selintas tentang perjalanan. Saya punya pengertian sendiri soal perjalanan ini. Bagi saya perjalanan adalah suatu kegiatan, suatu proses dari sesuatu menuju sesuatu. Dari tidak tahu menjadi tahu. Dari tidak bisa menjadi bisa. Dari belum sukses menjadi sukses, dan seterusnya. Perjalanan adalah kegiatan yang memiliki tujuan tertentu. Tentu saja ada pencapaian akan sesuatu, meski kadang tidak disadari. Perjalanan bagi saya tidak harus mengenai perpindahan tempat. Proses pergulatan pemikiran dalam benak kita dari kita kecil sampai sekarang, itupun sebuah perjalanan. Perjalanan jiwa kita. Mudah-mudahan perjalanan jiwa kita mematangkan kita untuk lebih arif menata hidup. Anda pasti punya pendapat sendiri soal perjalanan ini kan, pastinya begitu. Ya semuanya benar-benar saja. Seperti biasa, saya tidak suka definisi ribet, silahkan menurut pengertian kita masing-masing saja.
Setiap hari, dalam perjalanan saya pulang pergi menuju kantor, saya melewati TPU Kandang Kawat, dekat rumah saya. Setiap melewati tempat itu, saya merasa saya sedang diingatkan bahwa perjalanan saya di dunia fana ini suatu saat nanti akan berakhir juga. Yah, berakhir dalam pusara seperti yang saya lihat di TPU itu. Pertanyaan berikutnya di benak saya adalah sudah siapkah saya menuju kesana ? inilah yang sering saya pikirkan. Tidak ada satupun manusia (normal) yang merasa sudah cukup bekal, siap menuju kesana. Rasanya sebagian besar kita, meski kita tidak takut menuju kematian, merasa belum cukup bekal menuju alam sana. Lalu apa yang harus kita lakukan, saya sering tercenung memikirkan hal tersebut. Saya kira anda juga sering memikirkannya. Dan jawabannya tentu bervariasi menurut kondisi kita masing-masing.
Ibu saya, alhamdulillah beliau masih sehat walau usianya sudah cukup sepuh, sering menasehati kami anak cucunya mengenai hal tersebut. Kira-kira seperti ini : "....berbuatlah apa hal terbaik yang bisa kau buat, lakukan yang terbaik dengan niat tulus. Kasihi sesamamu. Jangan pikirkan surga atau neraka. Berbuat baik, bukan untuk iming-iming surga atau karena takut neraka, tapi karena itulah yang harus kita lakukan. Kehidupan ini hakekatnya adalah sebuah perjalanan, selayaknya sebuah perjalanan persiapkan bekalmu dengan baik, perhatikan pula kondisi kendaraanmu selama dalam perjalanan.....", begitu jawaban beliau. Saya kira jawaban ibu saya sangat masuk akal bagi saya. Saya berusaha menjalankan nasehat beliau, melakukan hal terbaik dengan tulus semampu saya, meski tetap berusaha kritis dan waspada dalam melakukan hal apapun. Inilah sedikit renungan tentang "Perjalanan" sobat. Renungan di weekend saya yang cuma berkutat di rumah saja ini, hehe. Sekali lagi, saya yakin anda pasti punya pengalaman dan pendapat sendiri. Mari kita renungkan bersama.
Bener juga Mbak Elly... perjalanan hidup seseorang tak seorangpun tahu. Aku ada cerita hari Kamis kemarin seorang Security kantor meninggal. Padahal siang dan sore hari masih sempat nyebrangin karyawan balik kantor, malamnya beliau meninggal kena serangan darah tinggi.
ReplyDeletebtw, foto jalan Thamrinnya sepi yaaa..itu pas lebaran ato pas car free day?
@Yudie, iya mas, dicomot dari citizenimage. kompas. Sepi wong lg pemilu 9 April kemarin. Turut belasungkawa atas berpulangnya rekan di kantornya ya. Begitulah perjajalan kita manusia, kapan berakhirnya ?, itu misteri Illahi ya.
ReplyDeleteyes, perjalanan hidup harus dilalui dg baik agar tak menyesal di akherat nanti.
ReplyDeletewaaaah... berarti saya tadi udah melakukan perjalanan juga dooong... perjalanan ke kamar mandi... truss balik lagi ke kandang....
ReplyDeleteperjalanan hidup seseorang tak seorangpun tahu
ReplyDeletelife must go on, apapun yg trjadi, kita tdk kan tau apa yg trjadi sblm mncoba
ReplyDeletenasehat yang tulus dari seorang ibu yang sudah melewati perjalanan panjang,,
ReplyDeletemakasih bu Elly, dah ngingetin...
akhir perjalanan, inilah yang banyak dilupakan oleh manusia
Mbak..., nasihat ibunya bagus sekali. Akan aku ingat-ingat deh. Makasih ya sharingnya...
ReplyDeletewah, sesuatu buat kita renungkan nih mba,
ReplyDeleteperjalanan hidup emang susah ditebak, dulu saya kepingin jadi itu, eh akhirnya sekarang jadi kayak gini, susah ditebak pokoknya.
aq juga boleh ya mengamalkan nasehatnya...karena aq juga manusia yang sedang tumbuh dan perlu pegangan hidup..hehehh..maaf kalau da kalimat yang salah..semangat..!!!
ReplyDeleteKadang kita tercengang dengan banyak dan panjangnya perjalanan yang sudah kita tempuh.
ReplyDeleteNasihat yg bagus sekali dari ibu mbak Elly. Memang itulah tips menjalani hidup yg sempurna. Hiduplah untuk org lain, kebaikan dan kebenaran. Thanks for sharing ya...
ReplyDeletewah... nice artikel nie...
ReplyDeleteoh ya selamat tas page ranknya ya...
dan hidup memang seperti itu
ReplyDeletesurga dan neraka hanyalah imbalan dari apa yang kita lakukan
tapi siapkan saja bekal yang terbaik yang kita punya
menuju sesuatu yang baik yang ingin kita raih dan tuju
wah mbak kalo ngomongin perjalanan tentu semua orang masing-masing punya, kayak aku sendri yang merasa dunia tak adiiiiiil banget, tapi kalo liat lagi keadaan sekitar... aku lebih beruntung.
ReplyDeletehidup itu berliku, sakit tapi indah.
makasih iiahh buat kunjungannya.. tp etha lg gag bsa ngomong apa2 nii :(
ReplyDeleteMakasih bu atas perenungannya...
ReplyDeleteDalam setiap perjalanan selalu ada kesan
ReplyDeleteentah duka atau suka
perjalanan adalah suatu pengalaman hidup
semakin sering kita melakukan perjalanan
semakin kita kaya akan pengalaman hidup
*kok saya ngomong gini, berasa kaya tua banget ya??*
Jika ada seseorang yang berjalan ke warung mungkin kita bisa menebak orang itu ingin belanja, tapi kita tidak akan pernah bisa menebak perjalanan nasib orang tersebut.(kan kita bukan dukun hehe)
ReplyDeletethanks for postingannya mba....
ReplyDeletejadi ingat kisah teman kantor tempo hari, dia sampai jatuh sakit gara2 dia merasa belum siap utk perjlnan menuju tempat yg abadi. Dia takut seandainya Allah memanggilnya sekarang juga bagaimana, dst...
untuk ibu yg berada dimanapun, you're the best...
love U mom.. hiks..hiks.. jadi ingat ibu dikampung halaman nih..
@all, terimakasih atas komengnya. Mbak Penny, seperti yang dikatakan orang bijak, hiduplah kamu dengan penuh semangat utk duniawi seakan hidup ini adalah untuk selamanya. Tapi ingat juga bekal untuk akherat, karena kematian bisa menjemput kapan saja ia mau, he bukan begitu bu.
ReplyDeletesekiranya tak ada pusara tentu manusia ini akan berlaku lebih hewani dari hewan...
ReplyDeletehanya keimanan akan hari akhir yang membuat manusia ijnji tetap menjadi manusia...
nyambung ga nih, pokoknya gituh ajah
perjalanan hidup sama persis seperti jalan yang ada yang dibuat oleh kita sendiri, lalu lalang, hiruk pikuk suasana yang senantiasa kita lalui
ReplyDeletesaya pun nggak pernah memikirkan soal surga dan neraka. orang2 tua di sekeliling saya selalu bilang hal paling nyata adl melakukan yg terbaik selain bagi diri sendiri juga bagi orang lain dan alam sekeliling. sebenarnya cuma sepenggal filosofi yg amat sangat sederhana, namun jika diterapkan dapat membuat sebuah perjalanan lebih indah dan bermanfaat, tak cuma bagi diri sendiri tapi juga bumi dan segala isinya. nice post mbak:)
ReplyDelete