Melati Di Tiupan Angin







Suatu sore yang sebetulnya indah, andai raga ini sedang sehat. Tetapi berbaring saja seharian, rasanya cukup membosankan. Maka, sejenak keluarlah saya dari peraduan putih itu. Kini udara segar menyentuh kulit saya, hm....lembut dan agak dingin seperti ciuman kupu-kupu. Saat tengah merasakan cumbuan angin di kulit saya itu, tiba-tiba mata saya tertumbuk pada seonggok perdu di bawah pohon jambu. Ya perdu hijau kecil merunduk dengan kuntum-kuntum putih nan indah. Melati, melati putih, melatiku.

Segera saja saya berjongkok mengamati si mungil nan indah itu. Ia begitu indah, dan jelas begitu putih. Ya si mungil nan putih juga indah. Semerbak wanginya begitu menggoda dan seperti menyapa saya . Hehe, ia seperti berkata pada saya "Selamat datang wahai insan, wangiku ini untukmu". Tentu saja saya terima dengan sepenuh hati. Saya suka dengan segenap sapan indah alam ini.

Angin kecil menggoyang-goyangkan dahannya ke kiri dan ke kanan. Nyaris menyulitkan saya mengambil 1-2 petik gambarnya. Dan tanpa hirau dengan hasilnya, gambar itu berhasil juga saya dapat. Lega rasanya. Angin terus bertiup. Saya amati lagi melati ini saat angin terus bertiup. Ia kembali tergoyang ke kiri dan ke kanan. Kelihatannya ia sangat tenang, dan menikmati permainan gerakan angin, wanginya semakin menebar.

Saat angin agak membesar, gerakan dahan melati tak lagi sekedar ke kiri dan ke kanan, meliuk-liuk hilang kendali, tapi ia tetap tenang dan wanginya menebar sungguh kuat ke penciuman saya. Angin membesar lagi, saya nyaris meninggalkan melati itu mengingat kondisi saya yang sedang tidak fit. Tetapi sesuatu seperti menahan saya. Saya tetap berjongkon disitu, lalu plok !, satu kuntumnya terlepas oleh hempasan angin. Gerakannya begitu ritmis, lembut, nyaris tanpa terlihat.

Saya begitu terkesima pada apa yang saya lihat. Flora mungil ini ternyata memiliki sejuta kekuatan. Meski sesuatu menghamtam dan menghempaskannya ia tetap tenang (tentu saja karena ia cuma flora), tapi lihatlah meski ia tercampakkan ia tetap tersenyum indah dan mewangi. Pada kuntum yang terhempas tadi saya masih jelas melihat keindahannya, keindahan yang seperti tersenyum dengan senyuman pasrah. Serta merta saya pungut kuntum itu lalu saya cium sepenuh hati. Wanginya tetap menyejukan jiwa seperti saat pertama kali saya memandang dan mencium aromanya saat masih di dahan tadi. Aduhai, adakah kita memiliki kekuatan dan ketenangan ala melati ini...!?

Saya masih merenunginya sahabat. Saat tulisan ini saya buat, mata saya agak berkaca-kaca, he, jiwa melankolis ini kadang sukar dibendung. Tetapi sungguh saya merasa begitu kecil dan tak berarti dibandingkan melati mungil nan indah itu. Melati itu, dalam keheningan dan kesendiriannya, begitu kuat. Bandingkanlah kita dengan melati, bahwa hidup terkadang memberikan pilihan berupa hempasan gelombang. Jelas itu kita hadapi, tapi biasanya, saat badai tengah kita hadapi, kita begitu panik kesana kemari. Ketenangan baru bersama kita lagi saat badai telah berlalu, saat kita sudah bisa mengambil hikmah. Melati mungil itu telah memberi saya pengajaran yang indah pada sore kemarin. Ketenangannya begitu lembut dan anggun saat angin menghempas. Memandang melati, melati di tiupan angin, memberi makna yang dalam kalau kita renungi. Demikian soul journey saya hari ini teman. Mari berbagi dan kita renungkan bersama.

Comments

  1. Khas soul journey mbak-ku ini...siapa lg yg bisa menyamakan hembusan angin di kulit sebagai ciuman kupu2? Emang pernah dicium kupu2 mbak? hehe...Btw, ada kata yg mengusik nih, melati itu bukannya flora (bunga), kalo fauna kan hewan ya?

    Benar jg, bhw manusia mengaku sebagai ciptaan Tuhan yg paling sempurna dibanding ciptaan lainnya, tp seringkali kita mesti belajar banyak dr saudara2 kita yg lain, hewan maupun tumbuhan. Belajar dr alam memang yg terbaik, krn toh semuanya diberi kelebihan oleh Sang Pencipta. Semoga kita semua tetap kokoh sekencang apapun angin menerpa ya! Melati mungkin tak punya siapa2 selain dirinya sendiri, namun kita pny sahabat dan org2 yg kita cintai dan mencintai kita yg akn mendukung kita.

    Thanks sharing soul journeynya, mbak. Met pagi!

    ReplyDelete
  2. @Fanda, sy br buka lappie lg. Hehe, yep, flora, perasaan td mau nulis flora eh tertulis fauna. Maklum sdh tua, hihi. Thanks honey.

    ReplyDelete
  3. Melati-melati sungguh harum dan wangi, Melati sungguh indah dan wangi.

    ReplyDelete
  4. So sweet Mbak...saya jadi pengin dicium kupu2 juga kayak Mbak Fanda....

    ReplyDelete
  5. Wanginya tetap menyejukan jiwa seperti saat pertama kali saya memandang dan mencium aromanya saat masih di dahan tadi.saya juga mau jadi melati... kalo aja...hehe

    ReplyDelete
  6. aku punya juga mbak elly, cuma sekarang lagi koma dia gara2 winter kemaren,hiks,hiks,hiks....mudah2an masih bisa terselamatkan soalnya aku udah beliin obat buat dia di toko khusus buat tanaman.

    ReplyDelete
  7. ketika sang angin kemudian menyontakkan dahan melati, siapakah mengira guguran bunganya masih tetap membaurkan pesona, bukan cuma wanginya, juga indahnya....sehingga kupupun jatuh cinta...

    ReplyDelete
  8. @eri, he, itu lagu sy wkt msh kecil mungil dl
    @ducky, jadilah melati buat org2 di sekitarmu
    @JengSri, smg selamat ya melatinya
    @Sekar Lawu, ya begitulah kehebatan melati. Saat terhempaspun msh tetap menyebarkan harum dan keindahannya. Andai manusia bs begitu, tetap tenang, memberi keindahan/kemanfaatan kpd sesama saat tengah terpuruk, subhanallah.

    ReplyDelete
  9. itulah jika kita menulis sepenuh hati, sering turut terlibat dalam alur kata-perkata sayapun beberapa kali mengalaminya. tapi tak mengapa, apapun yang kita lakukan memang mesti dari hati terdalam....

    ReplyDelete
  10. gmn sekarang dah baikan blom mba,,
    lagi lagi saya mendapatkan pelajran hidup disini,selalu bersikap tegar,dan selalu berusaha memancarkan keceriaan,meskipun dalam masalah,,karena senyuman adalah hal yang paling Indah,memberi kesejukan di hati,
    mba ni suka berkomunikasi dengan alam yah,,suka bunga yah ?:) benar benra wanita !hehehehe

    ReplyDelete
  11. @boykesn, he, soalnya lg kurang fit jd perasa.
    @inuel, hi apa kbr. Yg suka berkomuikasi dgn alam jelas bkn hnya wanita lho, tnya sj para pecinta alam itu, hehe.

    ReplyDelete
  12. Saya biasa minum teh melati...
    uenak tenan...

    #kok ga nyambung ???#

    ReplyDelete
  13. aku mengunjungimu mabk elly, pagi2 untuk berumpi ria sambil ngupi makan pisang and bakwan goreng...

    ah, rindu aku, dimana sahabat dan sosialisasi bisa membawaku pada kehangatan...

    kangen mode on mbak yu,hehehe

    ReplyDelete
  14. dalam metafora aku melati itu sesuatu yang indah tapi sederhana, ciuman kupu-kupu itu juga indah dan mbak menggambarkannya dengan sederhana... jadi rasanya dalemmmm banget.

    ReplyDelete
  15. Mba Elly, q cman mw ngasih tau bahwa, blog lamaku udah lama mgalami gangguan teknis, gak bisa buat postingan baru, mankanya skr q udh bikin blog baru dan baru drilis semenit yg lalu dng almt sbb : www.aws911ngofatidore.blogspot.com

    ReplyDelete
  16. @Pandu, ya teh melati enak kok
    @JengSri, yuk mari jeng...
    @eden, ya syg, bnyk metafora kehidupan
    @AWS Tidore, he napa itu blog ?

    ReplyDelete

Post a Comment

Tulisan hasil kontemplasi. Mohon maaf, komentarmu perlu saya cerna dulu untuk menghindari riweh dan tidak spam. Terimakasih.