Masjid, Gereja, Vihara dan Pura Di Jiwa Kita

Selamat pagi kawan, pagi yang indah seperti biasa. Secangkir kopi sudah menemani, dan hehe, demi mendapatkan kelancaran, menambah semangat, blog seorang teman saya buka. Ya alunan musiknya seperti memanggil-manggil. Entah kenapa saya suka musik dan lirik (kelihatannya musik tentang kehidupan, ada unsur etnis yang kental) disana. Pokoknya melengkapi kemaknyusan kopi saya yang sudah tersaji sejak tadi. Pagi ini saya merenung tentang Tuhan di hati/jiwa kita. Ada kejadian yang telah membuat saya sampai ke perenungan ini. Kejadian yang sebetulnya sering saya alami, atau orang lain yang mengalami (nanti akan saya ceritakan). Pertanyaan saya adalah Tuhan kita, Dia, apakah ada hanya saat kita berada di masjid saat sholat, atau di gereja saat kita melakukan misa dan ritual lainnya, atau di vihara, atau pura kita yang indah...!? Bagaimanakah sebetulnya hubungan mesra kita dengan Masjid, gereja, vihara dan pura kita ?

Rasanya semua kita semua memahami, bahwa hakekat keTuhanan kita tidak sekedar saat kita sedang sholat, atau saat sedang berdoa, saat melakukan misa, atau sedang merenung tentang Tuhan, atau saat berdoa di pura, dsb. Hm.... ya rasanya kita memahami bahwa Tuhan ada dimana-mana, ada di jiwa kita bila kita mengisinya dengan esensi keTuhanan yang benar. Tidak akan sanggup kita mengusir Tuhan dari hati dan jiwa kita. Dia ada dan selalu ada di hati dan jiwa kapanpun dan dimanapun kita berada bukan ? ya kan. Dan mengapakah kita manusia, setelah kita selesai sholat atau berdoa atau merenung tentang Dia, sering melakukan hal atau perbuatan yang dibenciNya? Bukankah Tuhan ada di hati/jiwa kapanpun dan dimanapun kita kita berada ?

Ya ada kejadian lucu yang baru saya alami semalam. Saat sedang pergi ke sebuah mall di kota saya, mencari sesuatu untuk kenyamanan kaki saya, sepatu. Karena waktunya yang sudah memasuki adzan maghrib, saya bersama keponakan saya, cewek, menyempatkan sholat ke mushola yang disediakan pusat perbelanjaan itu untuk pengunjung. Biasa antri, saya lihat mushola sudah penuh, terpaksa antri untuk mengambil air wudhu. Setelah kesempatan untuk kami ada, ya segera saja kami mengisi barisan yang sudah kosong, bergantian, keponakan saya menjaga tas saya.

Beres, sholatpun sudah dilakukan. Saya dan keponakan saya siap-siap untuk keluar dari musholah itu. Saat akan melangkah keluar dan mengenakan alas kaki, keponakan saya sadar bahwa sandal yang tadi ia pakai sudah tidak ada lagi di tempat. Maka sibuklah saya ikut membantu mencari, dibantu sang penjaga musholah (ibu-ibu). Pas, memang tidak ada. Sandal itu raib, alias hilang dicuri orang. Di pintu keluar bagian perempuan ini ada beberapa sandal berserakan, sebagian besar sandal jepit sudah agak butut. Saya terdiam sejenak. Lalu saya katakan kepada keponakan saya, sudahlah bukan rezekimu, ada orang lain yang lebih membutuhkan sandal itu. keponakan saya cukup tenang juga. Pasti dia yakin, saya akan menggantinya, hehe. Tentu saja.

Saat akan meninggalkan musholah itu dengan pasrah. Tiba-tiba saya mendengar celetukan dari beberapa pengunjung lain, ck...ck..ck.., edan banget ya. Untuk apa dia (maksudnya perempuan jahil yang meminjam sandal keponakan saya tanpa izin tadi) sholat kalau dia lalu mencuri sandal. Saya tidak menimpali celetukan itu. Ya begitulah kita manusia sering melakukan hal-hal yang merendahkan kemanusiaan kita sendiri. Mungkin baginya Tuhan hanya ada saat sholat tadi dia lakukan, setelah itu dia menjadi dia yang seperti biasanya lagi. Kami berlalu dengan senyum kecut.

Di perjalanan pulang saya masih teringat kejadian itu. Kejadian yang sebenarnya sering dialami oleh siapapun. Saya mikir sendiri, yang mencuri sandal keponakan saya tadi bisa jadi cewek yang usianya seusia keponakan saya. Begitu selesai sholat setan muncul di hatinya, tidak tahan melihat sandal imut khas cewek milik keponakan saya. Hehe, rupanya si pencuri menganut azas, tinggalkan yang buruk ambilah yang baik. Sandal dia yang jelek dia tinggal, sandal keponakan saya yang imut dan masih baru dia ambil. Seperti itulah kira-kira.

Ya begitulah cerita sehingga timbul pertanyaan-pertanyaan yang tadi saya renungkan. Kejadian lain yang sejenis saya kira mungkin pernah juga anda alami. Mari kita renungkan kejadian-kejadian yang pernah kita alami. Kita hidup berinteraksi dengan orang-orang di sekitar kita. Pikiran kita berbeda-beda, keinginan berbeda, kebutuhan juga mungkin berbeda. Tapi kiia tetaplah kita, insan yang ketika diciptakan ditiupkan Ruh suci nan bersih kepada kita. Apakah kebutuhan dan keinginan hidup bisa menjadikan kita begitu serakah, sampai berani mengambil apa yang bukan hak kita ? Seharusnya tidak bukan. Pada setiap kejadian tentu ada maknanya. Termasuk kejadian yang saya alami. Mungkin jeweran kepada keponakan saya untuk sering-sering bersedekah. Pada kejadian buruk yang dilakukan manusia, tentu itu ujian juga bagi si pelaku sendiri, selain ujian bagi manusia yang lain yang ia rugikan agar sabar dan mengambil hikmah. Cuma marilah kita renungkan lagi, apakah hakekat keberTuhanan kita hanya ada saat kita sedang sholat, atau berdoa saat misa, atau saat sedang menabur dupa di pura...? Seharusnya tidak sekedar itu.

Inilah soul journey saya hari ini sahabat. Hubungan mesra kita dengan masjid, gereja, vihara atau pura kita, semesra apa sih ? Idealnya masjid, gereja, vihara dan pura seharusnya ada di jiwa kita masing-masing meski kita tidak lagi sedang berada di dalamnya. Sebab Tuhan tidak sekedar berada di dalam rumah ibadah. Kopi saya masih tersisa rupanya. Saya habiskan dulu ya hm...masih lumayan sedap walau sudah agak dingin. Ah musik teman saya itu telah sangat membantu saya pagi ini. Terimakasih teman atas musikmu yang sudah menyemangati saya. Sayup-sayup saya mendengar alunannya lagi.....aku telah direnggut waktu, waktu yang mengalir.........

Comments

  1. hehehe, mngkn malingnya amnesia mbk, dia lupa td pake sendal yg mana ya?..jd ambil aja g di depan mata, kebetulan sendalnya bagus..

    kalo yg pernah aku alami..
    aku pernah di 'omongi' oleh selebritis keren & beken di sebuah mall mewah dan megah di jakarta. wkt itu aku jg akan sholat (pas bln puasa )..krn ngantri di tempat wudhu, maka aku pun berwudhu di toilet wanita, namanya org wudhu tentu saja hrs membuka sendal/sepatu kita kan..
    sang seleb yg cantik dan brdandan menor itu menunjuk2 pd sepatuku yg gak butut2 amat.."gak sopaann!!, di ruang publik kok buka2 sepatu....!"
    padahal aku naruh sepatuku pas depan pintu toilet dimana aku wudhu...

    seleb berdandan menor itu pun dgn sengaja menendang sepatu ku hingga dia terdampar dlm toilet...
    sakit hati gak siiih... :(

    ReplyDelete
  2. hmm...mungkin lagu saya toh bu..
    memang lagu tersebut berawal dari sebuah puisi yang saya aransir, kenapa harus saya pilih puisi dari pada menciptakan sendiri? Karena itulah, jiwa sebuah puisi lebih hidup dari pada hanya sekedar syair lagu yg diciptakan untuk industri.

    Begitupula dengan keTuhanan kita, dimulai dari hati, jiwa...tanpa begitu hanya sekedar rutinitas. Agama akan sangat teragungkan jika dimulai dari hati.

    ReplyDelete
  3. Great soul journey, Mbak! Sejatinya Tuhan kita memang diciptakan Tuhan dgn roh kebaikan, hanya krn kita memang lemah maka kita sering jatuh. Namun kalo kita mau mengakui kelemahan kita dan pasrah kepadaNya, pasti Ia akn membimbing kita kembali ke jln yg benar.

    Aku jg sering ngalamin seplg dr gereja, di parkiran (biasa kan hbs misa pagi pd pengen cpt plg tuk sarapan, pdhal keluar halaman parkir mesti ngantre). Eh, org yg tadi berdoa dgn khusuknya di gereja, jd begitu beringas teriak2 marah ke mobil dpn ato ke satpam krn dia ga bisa keluar. Pdhal disitu ya ada kantin loh, eh kalo lapar ya mbok beli kue dulu buat ganjel perut. Nunggu dgn tenang smp mobilnya bisa jalan keluar, sambil mungkin menyapa umat yg lain. Yah...begitulah manusia.
    Tp yg gitu itu, bikin hidup lebih hidup, kan mbak? hehehe...

    ReplyDelete
  4. @Tisti, hehe, mbak pengalamanmu lucu jg ya. Si artis menor itu, hehe, belum memaknai hidup ini scr benar brgkali.

    @boykesn, ya itu mmg lagu mas boyke yg sy setel. Entah knp saya suka musik dan liriknya, seperti memanggil2 jiwa, benar. Rupanya lagu ciptaan sendiri ya. Wah hebat. Itu grup sndiri ya? Hm...dugaan sy ternyata benar, sy sdg berhadapan dgn seorang seniman besar yg tinggal di Jembrana. Terus beraktiivtas ya mas. Btw, yg anda katakan sngt benar, slm ini mgkn kt menjadikan ibadah hnya sekedar rutinitas shg kurang bermakna, tidak dijiwai tepatnya.

    @Fanda, iya mbak kejadian sehari2 yg kita alami di lapangan sangat mengambarkan bahwa sebagian, besar, kita br menjadikan jiwanya bersih berTuhan saat sdg misa, saat sdg sholat atau saat sdg menabur dupa di pura. Terimakasih utk komen yg indah ini.

    ReplyDelete
  5. wah kasian ponakannya mbak elly jadi nyeker dong pulangnya?

    ReplyDelete
  6. @JengSri, he, ya gak dong. Pinjem sebentar sandal jepit petugas musholla, lalu beli sandal lagi, hehe.

    ReplyDelete
  7. pengalaman yang lucu nih, kasihan keponakannya mbak, tapi spesialis maling ditempat ibadah emang banyak biasnya mereka beraksi saat tempat ibadah ramai.

    ReplyDelete
  8. @eri, bs jd begitu. Cm mushollah itu dijaga sm penjaganya, siap di pintu masuk dgn alat pel di tangannya. Kenapa menurut sy yg maling adalah yang sholatnya selesai lbh dulu dr kami, krn setelah kami selesai dan mau keluar cuma sandal keponakan sy yg gak ada, sepatu saya (pdhl lumayan bagus lho, hehe), sandal dan sepatu lain banyak berserakan disana. Mau pake sandal yg tersisa jelas keponakan sy gak mau krn itu punya org (untung dipinjami sandal jepit sm si mbak penjaga mushollah). Itulah knp sy menduga yg maling sandal itu yg sholat duluan dr kami dan usianya sebaya keponakan sy jg, jd seleranya sama. Padahal cm sandal bertali, mmg imut dan khas cewek sih. Ya seperti kt mbak tisti td, mungkin sj si maling lupa td pake sandal yg mana, pulangnya pake sandal yg lain lg (sandal keponakan saya). Ya kejadian yg disinyalir eri skrg mmg sdg marak jg. Itulah yang sy pertanyakan apakah tuhan kita hanya ada di jiwa kita saat kita sedang sholat atau ibadah2 yang lain....? Terimakasih sdh komen.

    ReplyDelete
  9. besok lagi mushola di tempel pengumuman, " jaga alas kaki Anda, jangan sampai keliru dengan punya orang ".....
    Keliru ? Haah...?

    ReplyDelete
  10. hehe.. saya juga pernah hari pertama tarawih di mesjid 2 thn lalu. inget banget plg nyeker, sebenernya tuh sepatu biasa aja, tp emang udh rela sih diambil,,, cuma ketawa aja sepanjang jalan diliatin orang plg tanpa alas kaki...

    ReplyDelete
  11. Mungkin pencurinya menganut azas:
    Jika akan berbuat jahat maka perbanyaklah ibadah
    setidaknya bisa mengurangi dosa
    he..he
    kasihan keponakannya lho mbak..
    terpaksa beli sendal baru
    tapi kenapa yang dipilih kok sandal keponakannya
    mungkin dilihatnya ukurannya pas dengan kakinya
    atau punya nilai ekonomis yang tinggi buat dijual ya??

    Seneng ternyata ada yang mengemukakan pikiran tentang mesranya hubungan vihara, pura dan masjid

    ReplyDelete
  12. @Sekar lawu, hehehe....
    @ducky, yep bnyk tjd mmg
    @Iti Bali, hahahaha. Ya seharusnya Tuhan di hati kit masing2 selalu ada tdk sj saat kt sdg beribadah. Ibadah tdk sekedar jd hal rutinitas yg kehilangan makna.

    ReplyDelete
  13. aku juga dulu waktu sholat jumat, pernah ngalamin hal yang sama....

    sandalku dituker ama yang lebih jelek...

    ReplyDelete
  14. Mungkin Tuhan ada dalam jiwa kita. Jiwa yang rendah hati dan menghargai sesama

    ReplyDelete
  15. Allah menduga kita kerana menyayangi kita...betul kan?

    ReplyDelete
  16. yah thats life in indonesia,smua jdi mungkin so balik ke kitanya lg ajah gmn nyikapinnya

    ReplyDelete

Post a Comment

Tulisan hasil kontemplasi. Mohon maaf, komentarmu perlu saya cerna dulu untuk menghindari riweh dan tidak spam. Terimakasih.