Meng”Ikhlasi” Diri Sendiri, Management Menyayangi Diri sendiri
Matahari sedang terselip di balik awan, mendung menjuntai di langit kota kami. Ini saat sejenak leyeh-leyeh setelah makan siang di jam istirahat. Saat sedang leyeh-leyeh ini, tiba-tiba saja muncul sekelebat kata dalam benak saya “Ikhlas”. Ya saya ikhlas dengan pekerjaan membuat makalah yang baru saja saya selesaikan. Dan, hehehehe, setidaknya saat ini saya ikhlas atas makan siang seadanya yang baru saja saya nikmati.
Tahapan yang paling sulit dalam perjuangan hidup seorang anak manusia adalah berkompromi terhadap kata ikhlas. Ikhlas, mengucapkannya sangat mudah seperti mudahnya kita bersin bila kita sedang terjangkit flu. Perhatikan diri kita sendiri saat sedang terjangkit flu. Kita gampang sekali bersin bukan. Saking gampangnya nyaris tidak kita sadari, tapi bersin itu lalu menimbulkan nyeri dan sakit. Seperti itulah mudahnya menyebut kata “Ikhlas”. Nyaris tanpa kita sadari begitu sering keluar dari mulut kita, padahal kita belumlah ikhlas. Tentu itu menimbulkan sesak di dada.
Ikhlas, mudah diucapkan, sulit dilaksanakan. Ikhlaskah kita dalam menerima kondisi diri kita apa adanya ? Ikhlaskah kita terhadap apa yang terjadi pada hidup kita ? Bagaimana….??? Ikhlaskah kita terhadap apapun yang kita terima ? Bila jawabannya iya, alhamdulillah anda hebat sudah mencapai fase tersebut. Bila jawabannya belum, artinya anda juga hebat, anda menyadari kekurangan diri sendiri. Ya...... ikhlas adalah soal bagaimana kita memberi ruang kepada diri sendiri dengan jujur, apa adanya, dan fair. Setelah kita ikhlas memberi ruang kepada diri sendiri (dengan segala kekurangan dan kelebihan kita) secara jujur, fair, barulah kita bisa berinteraksi dengan orang lain, dengan lingkungan kita secara fair pula. Orang bijak berkata kenalilah dirimu sendiri, maka barulah kelak kamu bisa menaklukkan dunia. Mari kita renungkan bersama.
Tahapan yang paling sulit dalam perjuangan hidup seorang anak manusia adalah berkompromi terhadap kata ikhlas. Ikhlas, mengucapkannya sangat mudah seperti mudahnya kita bersin bila kita sedang terjangkit flu. Perhatikan diri kita sendiri saat sedang terjangkit flu. Kita gampang sekali bersin bukan. Saking gampangnya nyaris tidak kita sadari, tapi bersin itu lalu menimbulkan nyeri dan sakit. Seperti itulah mudahnya menyebut kata “Ikhlas”. Nyaris tanpa kita sadari begitu sering keluar dari mulut kita, padahal kita belumlah ikhlas. Tentu itu menimbulkan sesak di dada.
Ikhlas, mudah diucapkan, sulit dilaksanakan. Ikhlaskah kita dalam menerima kondisi diri kita apa adanya ? Ikhlaskah kita terhadap apa yang terjadi pada hidup kita ? Bagaimana….??? Ikhlaskah kita terhadap apapun yang kita terima ? Bila jawabannya iya, alhamdulillah anda hebat sudah mencapai fase tersebut. Bila jawabannya belum, artinya anda juga hebat, anda menyadari kekurangan diri sendiri. Ya...... ikhlas adalah soal bagaimana kita memberi ruang kepada diri sendiri dengan jujur, apa adanya, dan fair. Setelah kita ikhlas memberi ruang kepada diri sendiri (dengan segala kekurangan dan kelebihan kita) secara jujur, fair, barulah kita bisa berinteraksi dengan orang lain, dengan lingkungan kita secara fair pula. Orang bijak berkata kenalilah dirimu sendiri, maka barulah kelak kamu bisa menaklukkan dunia. Mari kita renungkan bersama.
ikhlas kah seseorang itu sekiranya dia mengatakan dirinya ikhlas?
ReplyDeleteHanya orang itu dan Allah SWT yang tau. Ikhlas bukan sekedar untuk dikatakan, yang lebih penting adalah diamalkan, diimplementasikan secara nyata. Kalau kita setulusnya memang ikhlas, dunia di sekitar kita akan merasakannya. Wallahu'alam bisawab.
ReplyDeletebik-bik..........
ReplyDeletegambar samo isi blog ini dak nyambung