Jangan Timbuktu, Kreatiflah!

Ibuku, tak tau apa itu Timbuktu. Timbuktu itu, he, entah kenapa agak aneh di kepalaku begitu kubaca orang menuliskan kata itu. He, bukan hal yang nyaman buatku menemukan betapa banyak diantara kita yang suka meniru. Timbuktu, baca saja kalau kau mau..

Di beberapa buku, penulis asing sering menuliskan kata Timbuktu. Di film asing juga sering ada adegan menyebut Timbuktu. Ya, Timbuktu sering disebut dalam kalimat satir, agak mengenyek-enyek. Timbuktu disebut untuk menyatakan sebuah tempat asing, jauh, mungkin juga dianggap terbelakang. Padahal Timbuktu itu cuma sebuah kota di Mali. Kota yang cukup penting bagi perkembangan sejarah, perdagangan dan pendidikan di negara itu

Bagi penulis asing (Baca: Barat) Timbuktu sebagaimana kawasan lain di Afrika sering diidentikan sebagai tempat membuang, tempat kelam, mungkin juga paling hitam. Tapi mungkin tidak lebih terbelakang dari tempat-tempat terasing dan terbelakang di kawasan Indonesia. Jadi, kenapa kalian Wong Indonesia ini latah mengutip kata Timbuktu manakala membuat Idiom atau frasa tentang tempat pembuangan!?

Jangan Timbuktu. Ada banyak tempat lain bisa kau sebut. Sebut saja kawasan Indonesia yang menurutmu terbelakang dan jauh. Misal daerah yang ada jembatan ambrug ala Indiana Jones yang beritanya menyebar ke seantero dunia. Sebut saja kawasan yang angka kemiskinannya tinggi dan pejabatnya korupsi. Daerah kelam yang belum ada aliran listrik, dan lain sebagainya.

Jangan Timbuktu, kreatiflah. Menjadi kreatif itu penting. Menjadi diri sendiri itu harus. Bahkan Idiom atau frasa dan diksi pun lebih keren kalau buatan sendiri, bukan. Cuma pendapat pribadi.  Salam. 

Comments