Keabadian, Hanya Milik Benda Plastik dan Imitasi

Begitulah. Akhirnya saya menuliskan kalimat tersebut di memopad HP saya. Lalu, memindahkannya ke kolom judul di tulisan ini. Apa sulitnya. Kau ingin tau, baca saja...

Kemarin saya ke sebuah toko besar yang punya motto "Innovative Furnishing". Toko itu menyediakan hampir seluruh keperluan dekorasi dan furnishing. Mulai dari taplak meja, gorden, seprei hingga sofa, bed, dan aneka pernak-perniknya. Lengkap dan ada diskon besar-besaran pula. 

Di salah satu sudutnya, sudut yang selalu saya hampiri setiap kali saya ke toko itu, saya tertegun. Lalu fitur kamera di HP mulai saya aktifkan dan beraksi. Membidik bunga Heliconia yang menjuntai dengan indahnya. Seperti menebar senyum untuk saya. Senyum yang terasa agak janggal buat saya. Seolah saya dengar dia berkata,

"Jangan salahkan aku bila aku lebih merona dan abadi..."
He, lebay. Tapi seperti itulah. Setiap kali berada di sudut itu dan memandangi Heliconia plastik itu, saya akan meringis dan sedikit menggerutu. Menyesali kenapa saya tak lagi memiliki tanaman tersebut di halaman saya. Kenapa tanaman Heliconia itu diganti dengan tanaman lain. Padahal ia indah, dan sudah pasti asli. Sayang sekali. Hingga kini  saya belum sempat menanami lagi halaman saya dengan Bunga Heliconia itu. 

Tak lama, pandangan saya beralih pada sebuah kotak. Tepat di bawah dimana Heliconia tadi menjuntai. Beberapa bungkah Bawang putih tersusun dalam sebuah kotak. Di dalamnya, ada sebatang wortel. Hm, suasana yang akbrab dan  hangat. Seperti berada di dapur sendiri dimana benda-benda itu biasanya berada. Sayang, sekali lagi benda-benda dalam kotak itu hanya plastik. Alias benda tiruan. Imitasi.

Kenapakah orang bersusah-payah membuat tiruan Heliconia dan bahkan sekedar bumbu dan sayur-sayuran? Kenapa orang rela merogoh kocek banyak sekedar untuk membeli benda plastik, imitasi itu? Ya, untuk keindahanlah. Bukankah yang asli juga indah, dan nyata!?? Betul..., tapi yang imitasi abadi, juga praktis dan ekonomis. Berpuluh tahun ia tak akan rusak dan membusuk. Sebab plastik tak bisa terurai seperti bahan organik pada benda aslinya.  

Hm, rupanya kita manusia suka pada keabadian dan kepraktisan. Zaman telah berubah. Manusia harus bergerak cepat, sedang waktu berharga. Bila menyiapkan bunga heliconia asli harus mengganti air di vas selang beberapa hari, dan mungkin mengganti bunganya seminggu sekali, tidak dengan tiruannya. Ya, keabadian (yang praktis dan ekonomis itu) tampaknya hanya milik benda plastik dan imitasi.  

Flashhhhh, saya pindahkan gambar si hellconia dan bawang putih plastik, imitasi itu ke kabel data. Kau lihatlah, dia tersenyum untukmu. Salam.




Comments

  1. Dukungan teknologi yang makin maju , membuat industri plastik bisa menyamai tiruan dengan aslinya. sehingga konsumen tertarik atau lebih tertarik membeli yang plastik tapi tampak asli. hohoho....

    ReplyDelete

Post a Comment

Tulisan hasil kontemplasi. Mohon maaf, komentarmu perlu saya cerna dulu untuk menghindari riweh dan tidak spam. Terimakasih.