Menanamlah Meski Hanya Satu Pohon

Tiba-tiba tadi ingat almarhumah Nenek saya. Masih saya ingat wajahnya. Putih. Bulat dan selalu cerah. Gigi-giginya menghitam tapi kuat. Sebab beliau rajin mengudap racikan sirih pinang yang kami sebut "Menyirih". Dari balik gigi-giginya yang menghitam, saya ingat pesan yang pernah dikatakan beliau. Pas, seperti judul di atas, " Menanamlah meski hanya satu pohon".
Menanamlah meski hanya satu pohon adalah sebuah pesan beliau saat saya masih kecil dulu. Semasa hidupnya, beliau gemar sekali menanam pohon meski untuk anak seusia saya saat itu, aktivitas nenek saya itu agak mengherankan. Meski tak jelas baginya apakah pohon yang ia tanam akan berbuah atau tidak, beliau  terus menanam pohon. Bila ada sisa biji dari buah yang kami makan atau menemukan sebongkah biji tergeletak, segera saja beliau simpan lalu nanti menanamnya.

Suatu hari saya bertanya pada beliau tentang manfaat menanam pohon yang terus dilakukannya,

"Untuk apa terus menanam pohon nek ?"
"Untuk sumber buah-buahan bagi siapa saja..."
"Kalau pohonnya tak berbuah...?"
"Pasti ada manfaatnya..."
"Ya.., untuk membuatmu merasa sejuk, teduh..."
"Setidaknya untuk tempat burung-burung bertengger setelah ia lelah terbang.."

Begitulah jawaban nenek saya. Jujur, ketika itu saya tak begitu paham. Setelah dewasa dan agak banyak merasai kehidupan, barulah saya paham makna kata-kata nenek saya itu.  Ya...., menanamlah. Tak ada yang sia-sia dengan apa yang kita tanam, sepanjang kita menanamnya dengan ketulusan. 

Mungkin menanam tak pula harus diartikan menanam sebatang pohon. Saya kira kata "Menanamlah.." yang dikatakan nnek saya lebih bermakna sebagai galilah, tanamlah sesuatu bagi orang-orang di masa depan. Jika kita miliki banyak harta, tanamlah, lakukan sesuatu yang bermanfaat  untuk kehidupan manusia di masa dengan harta kita. Membuat pesantren, membangun masjid, sekolah dan lain sebagainya.

Jika kita gemar berkebun (seperti nenek saya) tanamlah pohon-pohonan. Jika kita miliki banyak ide memenuhi kepala dan gemar menulis, tulislah sesuatu. Jadikan ia buku kalau kita mau. Lakukan dengan kesungguhan dan ketulusan. Oh, saya menulis buku lebih karena ingat pesan nenek saya "Menanamlah, meski hanya satu pohon itu". Dan, bila masih ada waktu, rasanya saya tak puas dengan hanya satu pohon, hehehe.

Apakah kita memang harus menanam seperti itu ?. Entahlah. Saya kira sia-sia saja kita hidup bila tak menanam bagi kehidupan di masa depan meski mungkin kita tak lagi menikmatinya. Kalau berkenan, renungkan saja. Selamat datang bulan Juli. Salam. 

Comments