Kelatahan Kita Pada Bulan Ramadhan

Bulan Ramadhan tinggal menghitung hari. Sebentar lagi kita akan memasuki Bulan Suci Ramadhan. Maka sejak beberapa hari ini, tanpa bisa saya cegah saya tiba pada sebuah pikiran... Ramadhan bulan suci, sekaligus bulan kelatahan kita. 

Ya kelatahan kita. Lihat saja TPU yang penuh sesak oleh tradisi "Nyekar". Seolah nyekar hanya afdol dilakukan pada 2-3 hari menjelang ramadhan. Jalanan sesak. Tadi waktu saya berangkat ke tempat kerja, TPU dekat rumah saya dibanjiri peziarah yang membludak mengakibatkan jalanan macet. Kendaraan jadi padat merayap. Saat pulang kerja tadi, hehe, masih macet rupanya.

Lihatlah TOA dan aneka pengeras suara lain dari masjid-masjid dan surau kita. Semua berlomba saling membesarkan volumenya. Sejak menjelang maghrib, setelah sholat Isya-Taraweh sampai tadarusanpun harus diperengarkan lewat TOA. Pukul 01.00 malam TOA sudah hidup lagi membangunkan orang supaya siap-siap sahur hingga usai sholat Shubuh. Jujur, saya agak jengkel ketika setelah selesai sholat tarwaweh tidak bisa mendengar berita tv lagi karena pengeras suara dari masjid untuk sekedar tadarusan. Apakah kita tidak belerbihan memeperdengarkan syiar ibadah kita lewat pengeras suara. Jika saya yang muslim saja bisa jengkel, apalagi yang non Muslim !?

Lihatlah kita yang menghimbau agar semua orang menghormati ibadah puasa kita. Tidak perduli mereka Muslim atau non Muslim, semua orang dihimbau untuk tidak makan, minum dan merokok di depan kita yang berpuasa. He, kita yang berpuasa, kenapa harus memaksa orang lain menahan hajat hidupnya. Apakah kita tidak sedang menganggu hak azazi orang lain  !?

Lihat pula artis-artis dan televisi kita yang berlomba-lomba menjual sajian Ramadhan dengan lagu-lagu religi dan sinetron religi. Bahkan dengan baju sangat sopan demi mengais rupiah. Setelahnya mereka kembali pada gaya hidup semula. Apakah Ramadhan sudah menjadi sebuah komiditi  !?

Sayapun melihat, sejak dua minggu lalu artikel lama saya tentang ramadhan (Kemerdekaan dan Bulan Ramadhan, Ramadhan, Bulan menuju CahayaNya) banyak dikunjungi. Entah untuk ditiru, diambil spiritnya atau sekedar dicopas mentah-mentah untuk tulisan menjelang Ramdhan ini. Entahlah. Setidaknya, ini membuktikan bahwa Bulan Ramadhan membuat orang berlomba-lomba menulis tentang Bulan Ramadhan. Semoga tak sekedar latah saja.

Lalu saya melihat ke diri saya sendiri, sudah berpuluh tahun saya menjadikan Ramadhan sebagai bulan pengemblengan, bulan latihan untuk menggapai kemenangan. Itu demi belajar menjadi insan yang lebih shabar dan tawaqal, bagaimanakah hasilnya ? Apakah setelah latihan berpuluh tahun sebulan Ramadhan saya mampu memberi warna bagi 11 bulan saya yang lainnya ? He, ini sedang saya renungkan. 

Ya, lihatah Ramadhan kita masing-masing. Apakah yang telah kita petik pada Bulan Ramadhan sepanjang hidup kita ? Mari kita pikirkan.  Semoga di setiap Ramadhan tiba kita tak sekedar latah saja. Tak sekedar mengikuti tradisi secara berlebihan tanpa paham maknanya.

Ramadhan adalah bulan suci. Sebuah kesucian, seyogyanga tidak kita gapai dengan cara-cara memaksa, berlebihan dan latah (Volume TOA berlebihan, acara religi di tv yang lebay, penertiban penyakit masyarakat selama bulan ramadhan yang sekedar jadi ajang pamer sebuah institusi di tv). Selamat menyambut Bulan Suci Ramadhan, mohon maaf lahir dan bathin.  Salam.

Comments

  1. setuju mba..selamat menjalankan ibadah berpuasa yg sebentar lagi akan datang. Mohon maaf lahir dan bathin

    ReplyDelete
  2. semoga ramadhan kita sukses dan bisa menggapai ridhaNya. dan bukannya terjebak dengan kelatahan yang tidak ada petunjuknya dalam agama kita.

    ReplyDelete
  3. menurut saya, disini yang namanya bulan puasa / Ramadhan sudah menjadi semacam event tahunan yang mesti dirayakan secara agamis, dan tidak terdengar lagi ketika event itu telah selesai masanya. ^^

    semoga saja ramadhan ini banyak hal bermakna yang dapat di capai :)

    ReplyDelete

Post a Comment

Tulisan hasil kontemplasi. Mohon maaf, komentarmu perlu saya cerna dulu untuk menghindari riweh dan tidak spam. Terimakasih.