Pada Akhirnya, Cintaku Adalah Sebongkah Batu


Pada akhirnya cintaku adalah sebongkah batu

ia batu hitam yang kugenggam dengan kepekatan rasaku

ia memekat, telah sejak lama tanpa kutau

bersama matahari dan bulan yang mengukir waktuku


ada akhirnya cintaku adalah sebongkah batu

sebab itu kelak kugenggam ia erat dalam ragaku

taukah kau rasanya memekat ? tanyaku padamu

kau menggeleng serupa kibasan sayap kupu-kupu



Kukatakan padamu kelak kau kan tau cintaku hanya sebongkah batu

sebab ia rasaku yang memekat sejak dulu

seperti segumpal tanah yang ditetesi sepercik air dari larik bambu

bukankah segumpal tanah dalam ribuan warsa akan memekat menjadi batu ?



Pada akhirnya, cintaku adalah sebongkah batu

batu nisanku...

mungkin juga batu nisanmu

kalau kau tau...




Palembang, 27 Juni 2011

(Sajak Ilalang Kepada Angin 4)

Comments

  1. Ketika cinta Berada dekat dalam ketiadaan.
    sunyi dan sepi diantara teriakan hati yag membara
    namun berakhir tidak seperti yang diharapkan
    Itulah takdir.

    Nama dan perasaan yang tak hilang
    Biarlah abadai selamanya didalam jiwa
    Biarkan batu itu angkuh berdiri disana
    Sebagai saksi keabadaan yang tak akan pernah tergantikan

    ReplyDelete
  2. sampai paragraf ketiga masih bertanya tanya maknanya, tapi setelah sampai diparagraf terakhir baru ngeh maksudnya... dalem.....

    ReplyDelete

Post a Comment

Tulisan hasil kontemplasi. Mohon maaf, komentarmu perlu saya cerna dulu untuk menghindari riweh dan tidak spam. Terimakasih.