Back To Root, Komering

Tiga Gadis Komering, 1929

Tak kan kokoh sebatang pohon bila akarnya lemah, apalagi bila tak berakar. Begitulah nasehat seorang kerabat. Maka diapun mencari akarnya. Ya, meski terserak dan tercabut, akar itu masih ada. Hanya perlu dijaga agar kokoh, tertanam kuat di tempatnya.

Dimanakah tempatnya ? Di jiwa. Di nilai-nilai budaya peninggalan zaman lampau yang ditegakkan. Sejenak dia tergugu dan merasa malu. Betapa lama ia telah tercabut dari akar karena ketidakpedulian. Sejak itu, tanpa ragu dia menunjukkan akarnya. Komering. Komering. Komering. Sebuah daerah di Sumatera Selatan dengan bahasa dan budaya khas yang melekat. Ya dia kembali ke akarnya. Back to root, komering. Sebagaimana kearifan lokal yang teruang dalam sajak lama Komering,

"Adat lembaga sai ti pakaisa buasal jak Belasa Kapampang, Sajaman rik tanoh pagaruyung pemerintah bunda kandung, Cakak di Gunung Pesagi rogoh di Sekala Berak, Sangon kok turun temurun jak ninik puyang paija, Cambai urai ti usung dilom adat pusako"


Terjemahannya berarti "Adat Lembaga yang digunakan ini berasal dari Belasa Kepampang (Nangka Bercabang, Sezaman dengan ranah pagaruyung pemerintah bundo kandung di Minang Kabau, Naik di Gunung Pesagi turun di Sekala Berak, Memang sudah turun temurun dari nenek moyang dahulu, Sirih pinang dibawa di dalam adat pusaka, Kalau tidak pandai tata tertib tanda tidak berbangsa

Begitulah tentang dia yang kembali pada akarnya. Kau, carilah akarmu. Jangan sampai zaman melindasmu hingga tercerabut dari akar. Salam

Comments

  1. Wah mbak... sepertinya makin banyak yang tercabut dari akar budayanya nih.
    Bahasa daerah menjadi semakin tidak diminati oleh rakyatnya sendiri.
    Adat istiadat juga banyak yg mulai ditinggalkan dengan alasan kepraktisan.
    Semua memilih yang ngetren dan praktis soalnya...
    Menyedihkan juga ya sebenarnya ?

    ReplyDelete
  2. Iy, dah saatnya kita mbingkai pmkiran kita dgn konteks yg lokal...

    ReplyDelete
  3. menarik, membuat saya mikir :)

    ReplyDelete
  4. mari kita lestarikan budaya indonesia agar tidak hilangg

    ReplyDelete

Post a Comment

Tulisan hasil kontemplasi. Mohon maaf, komentarmu perlu saya cerna dulu untuk menghindari riweh dan tidak spam. Terimakasih.