Newsoul Tentang Three Cups of Tea


Akhirnya pada sore menjelang senja, setelah berkutat lebih dari 24 jam, selesai juga saya menuntaskan buku Three Cups of Tea. Tidak dengan sekali tegakkan kepala melainkan harus berulang kali. Ya, saya harus berjuang maha hebat dengan beberapa kali meletakkan buku itu lalu menerawang memandang rumput hijau dan senja yang menghiasi langit kota saya.


Three Cup of Tea, buku tentang perjuangan seorang Greg Mortenson (Pendaki Gunung) yang membantu pendidikan bagi anak-anak miskin di Pakistan dan Afganistan. Bila kebanyakan orang tercenung lalu timbul keinginananya untuk membantu kaum miskin, maka Greg selangkah lebih maju. Greg langsung bergerak sekuat tenanga untuk membantu anak-anak miskin agar maju dengan mendirikan sekolah bagi mereka. Greg memciptakan perdamaian dengan membuat pintar Anak-anak. Sebab hanya dengan sebuah kepintaran sikap logis yang tidak mudah terombang-ambing akan terbentuk.

Bagi penduduk pedalaman di pegunungan Pakistan, ritual minum teh memiliki arti tersendiri. JIka anda menghabiskan cangkir pertama, anda masih orang asing bagi mereka. Cangkir kedua, anda seorang sahabat. Cangkir ketiga, anda seorang saudara bagi mereka. Greg Mortenson adalah sudara bagi mereka. Greg sudah dianggap sebagai putra oleh Haji Ali (kepala desa di Korphe, pedalaman Pakistan). Itulah filosofi yang diberikan orang-orang miskin di pegunungan Pakistan kepada Greg Mortenson, tokoh utama buku ini. Itu pula yang menjadi alasan kenapa judulnya Tree Cups of Tea.

Greg cukup memberi harum pihak barat. Bila selama ini kaum barat cenderung enggan membantu kaum Muslim (yang mereka identikkan dengan terorisme), maka Greg melakukannnya. Greg memerangi terorisme dengan sekolah. Greg menciptakan perdamaian dunia dengan sekolah. Sebuah hal yang membuat saya lega. Hal yang seharusnya dilakukan oleh siapa saja, dan pihak mana saja supaya kedamaian di planet bernama "Bumi" ini tercipta.

Hanya saja, menurut saya yang awam ini, buku ini cukup memusingkan dengan alur cerita yang agak rumit. Semua hal yang berhubungan dengan Greg Mortenson seperti berebut ingin dijejalkan di buku ini. Membuat saya cukup sulit memahami detail tempat, nama tokoh yang begitu banyak. Entahlah. Mungkin karena penulis buku ini seorang wartawan (David Oliver Relin) jadi saya yang penggemar gaya prosa mengalami kesulitan. Bila buku ini dikategori seri petualangan, jauh lebih enak membaca tulisan Dr.karl May, hehe. Menurut saya tentu saja.

Secara keseluruhan, buku ini sangat menarik. Lewat buku ini saya jadi tau tentang kerasnya iklim pegunungan disana. Dari buku ini pula saya jadi tau tentang alasan kenapa kaum barat lebih suka membantu orang tibet yang Budha dibandingkan orang Pakistan atau Afganistan yang muslim. Saya jadi tau sedikit seluk beluk suku-suku di pedalaman Pakistan dan Afganista (Balti, Korphe, Pashtun, dll). Sayapun jadi tau sensasi pergulatan seorang pendaki gunung mananakala melihat keindahan puncak dakiannya.

Buku ini meraih label "Best Seller" dari New York Times. Pastilah karena visi dan misi Greg Mortenson yang membantu kaum miskin muslim bangkit dari keterpurukkannya (dengan mendirikan sekolah bagi anak-anak mereka) menyentuh hati seluruh kalangan di dunia ini. Tak terkecuali saya. Saya jatuh cinta dengan perjuangan seorang Greg Mortenson ini. Bagaimana denganmu kawan...? Bila belum membacanya, ayo baca segera buku menarik ini.

Comments

  1. buku yg best seller belum tentu asik dibaca sih. saya pernah baca buku best seller juga spt : lolita, tapi ternyata gak bagus2 amat.

    ReplyDelete
  2. Menurutku buku ini luar biasa... dan telah menjadi buku favoritku. Aku kagum banget akan perjuangan Greg Mortenson yang sampai rela tidak menyewa apartemen dan memilih tidur di mobil, irit dalam belanja makan sehari-hari, sampai menjual semua alat pendakian dan menjual mobilnya demi utk mewujudkan janjinya pada rakyat Korphe... Banyaknya tantangan dalam mewujudkan sekolah itupun tak menyurutkan langkah Greg.
    Pokoknya... aku salut padanya, mbak... :D

    ReplyDelete
  3. saya salut sama semangat dan niat baiknya buat membantu sesama

    ReplyDelete
  4. @Sang Cerpenis, buku ini bagus kok mbak spiiritnya. Penyajiannya saja yang agak ruwet bagi saya
    @Catatan Kecilku. Iya, sepakat mbak buku ini ruar biasa!. Teknik penyajiannya saja yang agak kurang bagi saya.
    @Isti, baca deh bukunya mbak.

    ReplyDelete
  5. Kayaknya aku udah pernah baca reviewnya juga di blog mbak Reni deh. Jujur, kukira dari dulu buku ini ada hubungannya dengan teh. hehehe...bisa dijelasin ga mbak, kenapa dikasih judul three cups of tea? Saya juga udah beli Kite Runner, tapi entah kenapa kok bagian awalnya rada2 membosankan/datar ya? Jadinya belum sempat tamatin deh

    ReplyDelete
  6. @Fanda, oh ya, hehe, saya malah lupa kalau sudah direview mbak Reni. Yep, itu sudah saya tambahkan alasan filosofis kenapa judulnya Three Cups of Tea.

    ReplyDelete
  7. Wah..kalau bagi bunda Elly buku itu cukup rumit barangkali bagi saya itu buku kelas berat. Tapi dari alur ceritanya sepertinya menarik, boleh pinjam nggak ? hehehe

    Met malam
    Salam hangat & sehat selalu...

    ReplyDelete
  8. Buku ini pantas menjadi Best Seller.
    Selamar malam Mbak..

    ReplyDelete
  9. pengen baca, siapa tau aku ketularan semangatnya, maaf bunda baru mampir hehe

    ReplyDelete
  10. Buku Best Seller, layak dibaca dan memberikan pembelajaran
    keren mbak..

    ReplyDelete
  11. Sepertinya ini buku bagus... Trimakasih atas info ini mmbak, ntr coba cari bukunya..

    ReplyDelete
  12. buku ini salah satu favorit saya mbak. yang menarik qt bia melihat bagaimana islam diambarkan secara menarik dari sudut pandang seorang greg mortenson. penerjemahan setting lembah korphe dengan latar karakoram yang bersalju juga luar biasa indah. salut buat penterjemahnya

    ReplyDelete
  13. assalamualaikum...
    saya belum membacanya,
    sangat menarik
    salam

    ReplyDelete
  14. wiihhh..........
    >_<
    sayang yah bukan buku horoor
    kalo horror oby suka....

    ehhehehe
    :P
    salam kenal
    dari blogger abnormal

    ReplyDelete
  15. makasih info bukunya.. aku pernah sempat akan beli tapi batal

    ReplyDelete
  16. @all (Noor, Stiawan, Inuel, Linda Tan, Itik Holic, Laksmana Embun, Simple Shoes, Neng Rara, Ketawa-lucu-ngakak, Seiri hanako, semua) terimakasih komentarnya. Anda rugi kalau tidak baca langsung buku ini. Terlebih bagi anda yang punya keinginan mmeberi sesuatu yang berarti bagi sesama. Greg Mortenson telah berjuang dengan mengenyampingkan kesenangan pribadi, bahkan rela hidup dalam batas ambang sangat sederhana untuk membantu kehidupan kaum miskin disana.

    ReplyDelete
  17. Insya Allah beli, untuk menambah koleksi perpustakaan saya dan dapat dinikmati siapa saja yang mau pinjam, murah sewa 3 hari hanya Rp 1000,- per buku.
    Ayo baca...baca...baca!

    ReplyDelete
  18. belom pernah baca nih... kayaknya keren, jadi pengeeenn deehh...

    ReplyDelete
  19. buku jendelan informasi dunia, kt harus bs mnyaring informasi yg dberikn dgn baik, mnyadari intisari crita dn inti ssungguh dr yg ign dsampaikn si pengarang. ambil yg baik dn tnggalkn yg buruk :)

    bajuqueen.blogspot.com follow balik y
    ak jg dr palembang :)

    ReplyDelete
  20. Hmm... Saya belum membaca buku ini sampai selesai, setelah membaca review ini jadi ingat kembali :D Semnagaaaat, baca lagi!

    ReplyDelete
  21. wah kalo bukunya ajah memusingkan tapi yang baca bisa dapet kesimpulan sedemikian komplitnya,,, tentu hanya...mbak elly tuh yang bisa!

    PS: tanggal satu posting kolaborasi yaaaa...

    ReplyDelete
  22. buku yg sangat inspiratif ... mungkin bagi yg bertanya2 kenapa judulnya "three cups of tea" pasti belum membacanya sampai habis :). Ada disalah satu bagian cerita Haji ali menceritakan tentang tentang makna penjamuan teh bagi tamu di daerah "korphe" kalo saya tidak salah penjamuan yg pertama mereka di anggap tamu, yang kedua mereka telah diterima oleh warga mereka dan yang ketiga mereka telah dianggap sebagai keluarga. Maaf kalau kurang tepat. salam

    ReplyDelete

Post a Comment

Tulisan hasil kontemplasi. Mohon maaf, komentarmu perlu saya cerna dulu untuk menghindari riweh dan tidak spam. Terimakasih.