Kelatahan-kelatahan Kita Saat Musibah Tiba
Musibah tiba, ganti berganti. Ganti tempat, ganti korban, begitulah. Dan agak saya sayangkan sebetulnya manakala musibah tiba, hanya sedikit dari kita yang bisa tanggap dengan kepekaan kemanusiaan yang benar. Hanya sedikit yang memainkan logika secara benar, lalu memberikan empati yang bermanfaat pada kondisi tersebut. Sebagian besar dari kita sibuk bermain dengan kelatahan-kelatahan kita sendiri.
Ya, lihatlah di sekeliling kita, betapa kita telah semakin kehilangan kepekaan kita. Kita sibuk membahas hal-hal yang sebetulnya kurang bermanfaat, sesuatu yang cenderung mengada-ada. Di facebook, di mail-mail elektronik, di kantor, di warung kopi, kita sibuk membahas video berisi rekaman mata yang nampak di langit yang konon katanya direkam beberapa jam setelah gempa. Entah diyakini sebagai mata siapa ? Mata Tuhan, kenapa Tuhan memperlihatkan mataNya ? dan sejak kapan Tuhan bisa terekam video manusia ? apakah dianggap sebagai mata Malaikat ? Entahlah.
Sebagian lagi sibuk mengaitkan gempa di sumbar dengan penggalan Kitab Suci. Katanya jam dan menit saat terjadinya gempa adalah 17.16 WIB, lalu dihubungkan dengan QS 17:16 (Qur'an Surat Al Ishra ayat 16) tentang azab yang menimpa suatu kaum. Sekali lagi entahlah. Cuma, bagi saya kelihatannya kita terlalu memaksakan kesan. Pada rekaman CCTV di hotel Ambacang terjadinya gempa adalah Pukul 17.17 (hampir 17.18) WIB.
Masih ingatkah kita pada kejadian Situ Gintung. Begitu musibah melanda, para caleg dari berbagai parpol latah membuka posko lengkap dengan bendera partai, bahkan atribut kampanye lain. Kini, karena gempa yang melanda Sumbar dan Jambi ini tidak lagi pada masa kampanye, kelatahan posko parpol itu tidak muncul lagi.
Ini hanya sedikit contoh kelatahan-kelatahan kita saat musibah tiba. Contoh lain masih banyak. Kembali ke soal latah ini, saya meyakini, bahwa di luar logika dan akal sehat, kitapun harus percaya pada hal ghaib. Tapi, hiks, bukan dengan cara mengada-ada seperti ini. Sayapun percaya bahwa musibah juga bisa berarti teguran atau bahkan azab dari Tuhan, tapi bukan dengan cara memaksakan kesan seperti ini. Apalagi, janggal saja rasanya bila di tengah musibah kita masih sanggup menjudge para korban gempa dengan pikiran latah.
Sementara itu, di luar kelatahan-kelatahan ini, ada seorang anak manusia yang sedang berjuang menyelamatkan diri dari reruntuhan akibat gempa, bertaruh nyawa sampai ia harus memotong/menggergaji kakinya sendiri. Barangkali masih ada lagi korban gempa itu yang juga sedang berjuang dengan cara sangat memilukan tapi dengan semangat untuk hidup yang begitu besar di tengah kelatahan-kelatahan kita ini. Bagaimana menurut anda....? Mohon maaf ya bila ada yang tidak berkenan dengan tulisan ini. Tapi marilah kita renungkan bersama.
Gambar diambil dari sini
Ya, lihatlah di sekeliling kita, betapa kita telah semakin kehilangan kepekaan kita. Kita sibuk membahas hal-hal yang sebetulnya kurang bermanfaat, sesuatu yang cenderung mengada-ada. Di facebook, di mail-mail elektronik, di kantor, di warung kopi, kita sibuk membahas video berisi rekaman mata yang nampak di langit yang konon katanya direkam beberapa jam setelah gempa. Entah diyakini sebagai mata siapa ? Mata Tuhan, kenapa Tuhan memperlihatkan mataNya ? dan sejak kapan Tuhan bisa terekam video manusia ? apakah dianggap sebagai mata Malaikat ? Entahlah.
Sebagian lagi sibuk mengaitkan gempa di sumbar dengan penggalan Kitab Suci. Katanya jam dan menit saat terjadinya gempa adalah 17.16 WIB, lalu dihubungkan dengan QS 17:16 (Qur'an Surat Al Ishra ayat 16) tentang azab yang menimpa suatu kaum. Sekali lagi entahlah. Cuma, bagi saya kelihatannya kita terlalu memaksakan kesan. Pada rekaman CCTV di hotel Ambacang terjadinya gempa adalah Pukul 17.17 (hampir 17.18) WIB.
Masih ingatkah kita pada kejadian Situ Gintung. Begitu musibah melanda, para caleg dari berbagai parpol latah membuka posko lengkap dengan bendera partai, bahkan atribut kampanye lain. Kini, karena gempa yang melanda Sumbar dan Jambi ini tidak lagi pada masa kampanye, kelatahan posko parpol itu tidak muncul lagi.
Ini hanya sedikit contoh kelatahan-kelatahan kita saat musibah tiba. Contoh lain masih banyak. Kembali ke soal latah ini, saya meyakini, bahwa di luar logika dan akal sehat, kitapun harus percaya pada hal ghaib. Tapi, hiks, bukan dengan cara mengada-ada seperti ini. Sayapun percaya bahwa musibah juga bisa berarti teguran atau bahkan azab dari Tuhan, tapi bukan dengan cara memaksakan kesan seperti ini. Apalagi, janggal saja rasanya bila di tengah musibah kita masih sanggup menjudge para korban gempa dengan pikiran latah.
Sementara itu, di luar kelatahan-kelatahan ini, ada seorang anak manusia yang sedang berjuang menyelamatkan diri dari reruntuhan akibat gempa, bertaruh nyawa sampai ia harus memotong/menggergaji kakinya sendiri. Barangkali masih ada lagi korban gempa itu yang juga sedang berjuang dengan cara sangat memilukan tapi dengan semangat untuk hidup yang begitu besar di tengah kelatahan-kelatahan kita ini. Bagaimana menurut anda....? Mohon maaf ya bila ada yang tidak berkenan dengan tulisan ini. Tapi marilah kita renungkan bersama.
Gambar diambil dari sini
amankan dulu , pertamaxxxx!!!!
ReplyDelete"kelatahan" diposting at 7:14 PM apakah ini juga ada unsur gaibnya??
ReplyDeletekiranya hanya manusia yang kurang cerdas yang selalu menghubung2kan kejadian dengan "teori kelatahan".
haha, belum merasa puas kalo belum jadi yang pertamaxxx, kedua dan ketiga!!
ReplyDeletemaafkan para komentator shabat elly yg ke empat dan seterusnya, maafin jugah trimatra nih, *aji mumpung*
"Merinding" kata mereka. Ach...barangkali akal kita terlalu sempit untuk memaknai kehendak Nya. Kalaupun semua kelatahan-kelatahan itu "benar", atas semua yg nampak dan yg ghaib, Ia yang Berkehendak, Ia tempat meminta dan berserah diri.
ReplyDelete7:14 ?!
ReplyDeletemakna apa kira-kira......?
Jadi ikut latah?! hehe
@Trimatra, surpise jam segini sudah ngider (bw), hehe. Monggo, bebas berpendapat kok. Semuanya pasti mengandung hikmah. Cuma, 7:14, hah dihubungkan lagi 7:14.
ReplyDeletemari kita ambil hikmahnya.....
ReplyDeletemaknai syujur dan sabar.....
mari segera bertobat....
mbak.. perkenalakan blog baru saya..
(admin Blog Wisata Riau)
Yans, Tri, hehehe. Saya cuma ingin mengajak melihatnya secara pure. Soalnya miris melihat korban gempa sampe memotong kakinya sendiri, sementara sebagian dari kita malah sibuk menjudge mereka. Kalau soal hikmah dibaliknya, hanya bisa kita rasakan bila kita mengalami. Dia minta tempo hingga hari berbangkit, hiks, jadi berhati-hatilah kita semua.
ReplyDelete"Barangkali masih ada lagi korban gempa itu yang juga sedang berjuang dengan cara sangat memilukan tapi dengan semangat untuk hidup yang begitu besar di tengah kelatahan-kelatahan kita ini."
ReplyDeleteBener banggettt tuh bunda....
'kelatahan' yang benar2 sdh mengakar di budaya kita...hhh...
ReplyDeletesatu contoh lagi kelatahan itu...bencana di jadikan tontonan bahkan wisata oleh masyarakat pesohor negeri ini ... bayangkan!
republik ini....hati ini...
ReplyDeleteHari ini, dan beberapa hari, saya masih terfikir2 akan tulisan mbak yang tentang Ulil. Saya suka tulisan mbak yang itu. Dan, malam ini, saya mampir mbak.
ReplyDeleteMiris... Apalagi dengan ayat2 yang di kaitkan. Bukan! Bukan saya tak percaya ayat Qur'an. Tapi, saya yakin, di SUMBAR, di Jambi masih banyak dan ramai lagi orang yang bertakwa. ketika membaca makna ayatnya, saya sedih. Apakah ketika mereka tertimpa bencana, kita harus menghukumnya dengan dengan azab dan siksa? Wallau'alam...
latah...keknya itu menggambarkan sejauh mana tingkat SDM bangsa kita sekarang mbak...
ReplyDeleteTerlalu susah untuk memahaminya secara ilmiah tapi ketika disinggung ttg hal gaib...behhh..lgasung conect latahnya..
Lho mbak, ko ada gambarnya? tadi gak ada? :)
ReplyDeleteklo musti bicara tentang teori,.. kita slalu beradu pikir.
ReplyDelete@all (Ibnu mas'ud, Tisti, Ivan, Anazkia, Becce, Ahmad F) terimakasih atas komentarnya. Ya, faktanya tentu kita harus membantu musibah disana semampu kita. Yang ini, ya cuma perenungan kecil. Beginilah kondisi kita menyikapi musibah ini. Penanganan jadi lamban, pendistribusian bantuanpun lemot. Sisanya, sibuk membahas hal-hal cemeng yang tidak punya dampak terhadap proses penanganan bencana. Sesuatu yang saya sebut latah tadi.
ReplyDelete@Anazkia, he, tadi sedang mencari gambar/ilustrasi postingan. Ini jg belum sreg sama gambarnya.
selamat malam........mampir berkunjung setelah jalan-jalan di facebook...........succes for this day...
ReplyDeleteYa Allah ...sungguh ironis ya mba ,musibah kok dilatahin bukan didoakan ..
ReplyDelete*mari berdoa untuk para saudara kita yg tertimpa musibah agar selalu diberikan kekuatan.. amin.
Kalau saja latahhnya masuk akal dan benar ya mbak....hehehehe
ReplyDeleteini bukan LATAH yang artinya SOMBONG khan... :-)
ReplyDeleteYah,.. sangat ironis memang, banyak yang latah dan menggunakan kesempatan dalam kesempitan, banyak yang memancing di air keruh.
ReplyDeleteSemoga kita semua tidak tergolonng didalamnya.
makasih mbak udah mengingatkan kita semua.
ReplyDeleteeh.... link yang terpasang diatas, linknya Pa'Setiawan.
ReplyDeleteMaaf yah pak,... saya keliru menggunakan komputer sekolah yang baru dipake bapak.
Mereka dan kadang termasuk saya, cuma bisa berkomentar tanpa mampu berbuat lebih banyak
ReplyDeletemenghadapi musibah, kita tak bisa berbuat apa-apa selain memerintah orang lain untuk ini itu..
kaluk latah ikutan nymbang ra popo, mbak!
ReplyDeletebener tuh mbak, bahkan ada reporter yang 'turun' ke daerah yang terkena gempa. ternyata di sana banyak orang yang antusias melihat dan mengabadikan keadaan di daerah tersebut. miris ya? ada saudara kita terkena bencana, sementara masyarakat datang beramai-ramai untuk mengabadikannya
ReplyDeleteWallahu alam...
ReplyDeleteItu adalah Rahasia Tuhan.
Yang terpenting sekarang mawas diri,
Siapkan bekal.
Esok siapapun, dimanapun bisa terjadi pada diri kita.
Entah dalam bentuk apa.
Banjirkah, Angin Ributkah, Gunung meletuskah
atau yang lainnya...
segala sesuatu yang terjadi memang kehendakNya .. kapan, di mana dan kenapa ? hanya Dia yang tahu .. baiknya jangan dihubung2kan dengan yang berbau klenik ..
ReplyDeleteyang bisa kita lakukan hanya mengambil hikmah dari tiap kejadian dan makin mendekatkan diri kepadaNya ..
Iklan Gratis
Latah...artinya tidak terkontrol, org tdak dapat mengontrol dirinya, latah terjadi karena kaget dan berbuat yg tidak pake pikiran hahaha
ReplyDeleteSalam
@all, terimakasih komentarnya. Semuanya mantap. Ya, mari tepikan kelatahan, mari berbuat sesuatu dari hati yang dalam bahwa musibah ini adalah musibah kita meski kita tak mengalaminya. Selamat sore, mari lanjutkan hari kita.
ReplyDeletedlm pandangan saya banyak org kita yg kadang masih terlalu "kebal" dengan kata2 sebatas teguran dari Allah. Dengan ditunjukkannya bukti Surah dan ayat dari Quranulkarim yg menghubungkan peristiwa gempa, paling engga itu akan membuat orang lebih tersadar dan lebih bisa memaknai hikmahnya.
ReplyDeleteAssalamualaikum
ReplyDeleteSubhanallah,,Inalillah...Wallahu alam
Yah semua kembali sama allah mba...
Saya teh tetap percaya bahwa dibalik semua musibah, termasuk gempa di sumbar, ada tiga tujuan, yaitu teguran, ujian, dan latihan...
Tapi untuk jelas detail dari rahasia allah ya kita manusia hanya bisa menerka-terka
Wallahualam
Oh ya, maaf nih, saya lama tak ol...maaf banget karena tak pandai menjaga silaturahmi
Maaf sekali karena tak sering bertandang ke rumah poenuh inspirasi ini...
Hewh,,,Oh ya, betewe ada special buat Ibu di posingan saya....Lihat deh
Wassalam
..terjaga di larut malam. akhirnya kuputuskan untuk membaca lagi "Kelatahan-kelatahan Kita Saat Musibah Tiba."
ReplyDeletebenar banget, bunda. banyak hal di luar sana yg memilukan...di republik ini. hingga di luar batas nalar.
Semoga kita semua dapat mengambil hikmah dari kejadian gempa di Sumatra Barat.
ReplyDeleteyg perlu dilakukan hanya berdoa dan membantu semampu mungkin utk para korban.
ReplyDelete