
"Gimana sudah pecah bisulmu sayang...? sang suami bertanya sambil matanya tetap terpejam
"Sudah dong ", sang istri menjawab singkat, dan he, sambil bergelayutan manja
"Masih cara itu kan...?" tanya si suami lagi, masih tetap sambil terpejam
"Iya dong sayang, cara lama yang kau ajarkan" jawab si istri lagi sembari meraba, maaf, pantatnya yang sudah terbebas dari bisul. Konon bisul sang istri akan tumbuh bila ia menyimpan uneg-uneg yang menyesakkan dada. Bila tidak dicari jalan keluarnya, bisul itu bisa membengkak dan pecah berurai, mengeluarkan nanah juga meninggalkan rasa sakit. Sang suami menyuruh istrinya untuk mengeluarkan semua uneg-uneg yang menyesakkan itu. Jangan disimpan di dada, begitu pesan sang suami. Dengan begitu bisul akan mengempes sendiri, pecah tanpa rasa sakit. Begitulah.
Kini sang istri merubah posisi. Kepalanya menghadap wajah sang suami. Sang suami meski tau wajahnya tengah dipandangi sang istri dengan mesranya tetap saja terpejam. Sang istri yang sangat tau tabiat suaminya, cuma menghela nafas ringan. Sejenak si istri mengingat lagi tips jitu yang diajarkan suaminya dalam rangka menghilangkan bisul itu. Caranya...... dengan menuliskan apa saja uneg-uneg yang ada di dedaunan. Setelah ditulis maka catatan itu diterbangkan ke udara lewat angin yang bertiup. Setelahnya jangan pikirkan lagi. Ungkapkanlah hanya harapan terjujur dan terbaik yang ingin kamu capai dalam dunia ini. Itulah pesan sang suami. Itulah pula yang selama ini dilakukan sang istri. Dan sebagai mahluk biasa nan lemah, tentu tidak mudah baginya melaksanakan pesan sang suami. Ia belajar pelan-pelan bagaimana bersikap jujur kepada diri sendiri juga kepada orang lain. Ia juga belajar supaya catatannya yang diterbangkan angin itu tidak membuat gerah, atau geram pihak-pihak lain, seandainya terbaca pihak lain.
Demikianlah cengkerama sepasang suami istri, pasangan pak dan bu Pohon pada suatu malam menjelang dinihari, yang gambarnya anda lihat di atas. Sang suami, tampak gagah, agak pendiam, dan tenang. Si istri, meski sekarang lebih kurus, tetap cantik, banyak tersenyum, lebih banyak bicara dibanding suaminya. Mereka berdua terlihat begitu mesra, wajah keduanya tampak bercahaya tertimpa sinar bulan. Mereka memang cukup kompak bersama-sama dalam duka dan bahagia, sampai maut memisahkan. Cengkrama sepasang pohon itu terus berlanjut hingga semburat jingga sinar mentari mulai muncul di ufuk timur.
Gambar di atas hanya akan kita lihat bila malam telah tiba, saat mereka berdua masuk ke peraduan mereka. Saat dimana, bagi mereka, hanya ada mereka berdua. Tidak ada pepohonan lain. Tidak ada hal lain, apalagi segala tetek-bengek masalah gunjang-ganjing dunia fana ini. Pada malam hari, mereka berdua akan menarik diri dari keramaian sekitarnya, menarik diri dari gegap gempita dunia luar. Ya, hanya ada mereka berdua, seperti gambar yang anda lihat di atas. Bila mentari terkuak, mereka membuka diri lagi kepada dunia, anda akan melihat disamping mereka ada banyak pepohonan lain.
Saya, yang kini tengah terpekur menatap gambar sepasang pohon itu. He....rasanya ingin juga bercengkrama seperti sepasang pohon itu, agak malam nanti. Sungguh, saya terkesan pada kemesraan cengkrama sepasang pohon itu. Ya, kisah cengkrama sepasang pohon yang dibisikkan angin di tempat saya duduk ini sangat menggugah jiwa saya. Entah mengapa. Saya juga merenungi teraphy pemecahan bisul ala pak dan bu Pohon itu. Entahlah kebenarannya. Setidaknya bisa saya coba. Dan sebagaimana sebuah perenungan, perenungan saya pada kisah Cengkerama Sepasang Pohon ini belumlah usai. Silahkan anda renungkan pula bila anda berkenan. Selamat malam semua (Pstt....saya tidak sabar menunggu malam larut itu tiba. Rasanya ingin segera bercengkrama seperti sepasang pohon itu dengan suami saya. Jangan bilang siapa-siapa ya).
sepasang pohon di tengah hutan,
ReplyDeletemengajak kita belajar pada mereka
ttg arti kesetiaan, ttg arti hidup
sebab pohon melihat segalanya
dr waktu ke waktu, dr tahun ke tahun...
melebihi usia manusia...
belajar pada pohon
sebaiknyalah kita...
Aku senang dengan kemesraan sepasang pohon yg bercengkrama itu, mbak. Indah... romantis...
ReplyDeleteBTW, aku suka sekali dg gambar yg mbak pajang itu. Bagus banget !! Dapat darimana mbak Elly gambar bagus-2 spt itu ? Karena seingatku beberapa kali gambar yg dipajang keren-2 lho...
nasehat yang bisa ditiru dari pak pohon semoga berhasil, utk mbak Elly kalau bercengkrama jangan bilang-bilang bikin iri aja.
ReplyDeleteWaduuuuuh.. penutupnya bikin ngiri yaaaaaaa
ReplyDeleteSalam Sayang
ngiriiiii 100% akuh!!, ehm ehm.....gemesnyaaaaaaa
ReplyDeleteUneg-uneg seperti bisul..? perumpamaan yang pas..bu. Memang bikin gemes klo ga cepet2 di pencet keluar...
ReplyDeleteSatu ciri khas yg selama ini saya amati. Manis dalam bermetafora. Selalu pas. Itulah bunda Elly. Thanks, hikmah dan kisah2 berikut akan selalu dinantikan lho.
ReplyDeletetrus anaknya si pohon2 itu mana?
ReplyDeletehehe
emang iya sih kalo uneg2 gak dikeluarin, ntar suatu hari pasti 'membludak'
aduh, so sweet bgt nih
@all (Tisti, Reni, Lintang, KangBoed, Noor'sblog, Trimatra, Sastra Radio, Pipit) terimakasih komentarnya. Yuk, mari kita belajar dari sepasang pohon itu. Pit, kalau sudah di peraduan, he, bagi mereka berdua yang ada ya cuma berdua saja. Anak-anak dilupakan dulu, peraduan wilayah privasi soalnya, hehe.
ReplyDeleteagak geli dulu { mesem 2 } bacanya..bisul vs romantis .
ReplyDeleteSepasang pohon yg mengajari kita sebuah arti cinta .
Wah mbak..suatu pencerahan yg bermakna.
Dalam keluarga emang harus ada keterbukaan,.... agar uneg2 tidak usah dituliskan didaun........
ReplyDeleteDuka sang isteri adalah duka sang suami begitu pula sebaliknya, Sehingga bisul akan enggan bercokol ditempat manapun ditubuh kita....
btw,... pingin rasanya malam cepat menjemput, cemburu pada canda sepasang pohon.
@Ateh,bu saya juga sedang memamah maknanya , sambil menyelesikan pekerjaan saya
ReplyDelete@Stiawan, he, bang itu uneg-uneg bu Pohon tentang dunia yang dilihatnya, bukan ttg suami atau RTnya. Bu Daun itu typekal yang tak bisa berpangkutangan melihat kekisruhan dunia fana ini, begitulah rupanya. Banyak hal yang ia lihat di dunia ini begitu menyesakkan dadanya. Karena itu pak Pohon mengajarinya cara melepaskan uneg-uneg yang mengganjal itu.
Ibarat kata, sering kali ia berbuah makna. Yang kukata ia berat bukan pada penulisannya tapi pada setiap kata untuk memaknainya. Salut mbak.
ReplyDeleteTapi yang terakhir... no koment ah.. (kenapa gak pake bejo lagi mbak..???) hehehehe...
Aku suka dengan gambarnya. Mentari yg hendak tenggelam mengintip lewat dahan2 pohon. Seakan-akan pohon itu sengaja menangkap si mentari utk ditunjukkan kepada pasangan di sebelahnya tuk dinikmati bersama...
ReplyDelete@Anazkia: kamu emang fans beratnya Bejo ya!
Sebuah nasihat yang amat bijak ...dibungkus dengan cara penuturan yang sungguh amatlah rancak.
ReplyDeleteVery wise sharing.
bunda.....gambarnya keren bangeet....
ReplyDeleteahhh paragraf terakhir bikin ella iri.....hiks hiks........belum bisa dipraktekin..hehehheh..hiks
yup,,filosofi pohon memang bagus
ReplyDeleteapalagi pohon bambu
hehehehehe
semangattt
Mantap :) jadi inilah tujuan ngeblognya.. :D
ReplyDeleteperumpamaan yg bagus. memang kalo ada uneg2 sebaiknya dikeluarkan jgn disimpan.
ReplyDeleteSelamat berjuang Mba,.he..he.. semoga dpt kemesraan yg mencandu dan menyambut mentari pagi dengan senyum lebar,...Ya..ya..
ReplyDeleteKalau unek sepasang pohon cukup dituliskan pada daun, dalam sebuah keluarga uneg-unegnya disampaikan pada saat sedang berdua saja yaa
ReplyDelete(aku takut komentar panjang-panjang, pasti bacanya kan nanti-nanti..... maklum lagi jadi sepasang pohon sih....)
apapun itu, bila dikomunikasikan (semestinya) akan menjadi nkebaikan bagi semua pihak. Begitu bukan Yuk Elly ?
ReplyDeleteTapi kadang mau memulai mengkomunikasikan isi hati sudah menjadi masalah sendiri...hkhkhk
andai aja aku bisa spt pohon itu yahh,hueheheh...
ReplyDeleteapa kabar mbakkkk....:D
wah..mba itu mah dh ketahuan ma blogger lain hehehe
ReplyDeletebtw, aq salut mba jago banget personifikasinya...awalnya aq pikir gambarnya hanya hiasan doank. ternyata gambarannya ya...keren mba
ReplyDeletebener juga yah,, uneg-uneg itu seperti bisul,,kalo ga dikeluarkan bisa pecah sendiri deehh..
ReplyDeletemakanya kita jgn menyimpan segala sesuatunya sendirian yah... sharing sama orang lain juga penting..
indahnya keterbukaan. apalagi buka2an di malam hari yang begitu dingin ampe menusuk tulang rusukku.
ReplyDeletesumber dari segala penyakit ya penyakit uneg uneg yang gak lekas dikeluarin.
ReplyDeletehmmm.indah sekali jika saja saya bisa bercengkrama seperti sepasang pohon....
ReplyDeleteaku mau cari pasangan dulu deh biar bisa bercengkrama seperti sepasang pohon diatas..dant terbuka kepada pasangan yang dipercaya...biar sweet gitu..hehehe
ReplyDeletebercengkrama mesra dengan pasangan memang selalu melegakan jiwa.......
ReplyDeletemantab juga yah pohonnya.
ReplyDeletehuehehe.
btw, keren tuh mbak potonya.
:D
Salam Cinta Damai dan Kasih Sayang 'tuk Sahabatku
ReplyDeletedi keheningan malam..
ReplyDeletesegalanya begitu mengalir
karena tak ada suara..
kecuali suara dari hati
cengkrama pun saling tertaut
karena dua hati jadi satu..
menarik sekali ya, adem. Kedamaian dalam keluarga, bercengkrama dan saling pengertian. indah kayaknya hidup ini jika penuh kesejukkan dan kedamaian. Trims. Salam
ReplyDeleteMbak Elly, mencerminkan kemesraan suami istrinya mengena banget di hati
ReplyDeleteTapi kenapa ya, setiap saya baca postingan tentang suami istri rasanya seperti giris banget
Btw, Thanks ya mbak..
atas dukungannya..
semangat terus mbak..
Aku suka baca postingan2nya mbak ely. Thumbs up :)
ReplyDeleteBanyak hal yang dapat kita tangkap dan hikmah dari cerita dan cengkrama sepasang pohon diatas, artikel yang inspiratif buk elly..
ReplyDeletesuwer mbak...saya gak bilang sapa-sapa... (sambil nengok kanan - kiri)
ReplyDeleteheheheeh....aku ngiriiiiiii....
wekekekekekke.....muantaaaabbbbbb.....Semoga nanti kalo punya istri, istri buwel bisa bisulan ya....heheheeh
ReplyDelete