Bersama Memandang Bulan Di Atas Pangkuan


Sebentar lagi purnama tiba sayang, begitu bisikan suami terdengar di telinga saya pada suatu malam. Ya, lalu kenapa ? saya balik bertanya. Bukankah purnama itu indah ? Tidakkah kau ingin memandangnya bersamaku barang sejenak saja...? Suami saya itu kembali bertanya. Saya diam, he, kebiasaan kalau sedang tak berselera menjawab (sebab baru selesai berdebat soal stick golf dan caddy). Lalu saya menyingkir dari pelukannya. Lebih enak minum kopi rasanya ketimbang memikirkan pertanyaan dan pernyataannya tadi. Dan klining klining, denting sendok menyentuh cangkir saya. Sementara, saat tengah mengaduk kopi itu, di jendela kaca terlihat bulan purnama muncul dari balik awan. Ah indah sekali rupanya.


Sambil tersenyum kecut, saya sodorkan secangkir teh kepada suami saya. Dan saya, ya minum kopi dong. Bulan purnama sudah muncul, indah sekali rupanya, kata saya padanya. Aku ingin memandangnya dalam pangkuanmu sayang...!, ujar suami saya. Uph, kopi yang tengah saya hirup nyaris memuncrat dari mulut saya mendengar ujarannya itu. Hehe, pangku saja sendiri, jawab saya menanggapi permintaan anehnya tadi. Ia menarik tangan saya. Ayo kita keluar. Sebelum keluar ia mengambil sesuatu benda bulat agak besar ke dapur.


Setengah enggan saya mengikutinya. Kami sudah di halaman belakang rumah kami. Ini halaman berumput yang cukup luas. Saat saya sedang memandang bulan di langit, ia meninggalkan saya sejenak. Ia membawa benda bulat tadi ke arah kolam ikan kami. Ya baskom itu sekarang telah berisi air. Duduklah, lalu pangku baskom ini, kata suami saya sambil meletakkan baskom itu di pangkuan saya. Apa yang kau lihat disitu ? tanya suami saya. Saya pandang baskom berisi air itu, ya ada wajah saya yang remang-remang terlihat disana. Ah begini caranya, tukasnya menjauhkan wajah saya sedikit. Harus pelan-pelan dicoba, jangan terlalu dekat melihat ke baskom itu, jangan terlalu jauh. Pada sudut 105 derajat antara kaki yang berselonjor dan leher saya, saya melihat bulan di pangkuan saya. Ya bulan dalam baskom berisi air yang saya pangku. Ah senangnya, bulan purnama itu sekarang jadi milik kami, dalam baskom ini.


Kami bersama-sama memuaskan memandang bulan di pangkuan saya. Bila kepala kami berebut ingin memandang bulan itu di baskom, maka, he, yang tampak di air adalah wajah kami berdua. Tapi bila kami mengatur posisi lagi, tidak terlalu jauh, tidak terlalu mendekat ke baskom, kami melihat lagi bulan di pangkuan saya. Kami bisa memiliki bulan ini tanpa mengusiknya sedikitpun. Purnama itu masih tetap di langit kokoh, di atas sana. Siapapun tetap bisa memandangnya. Dan saat itu kami bisa memandangnya berdua di pangkuan saya.


Sambil menikmati keindahan bulan ini pikiran saya menerawang pada renungan terdalam yang bisa saya lakukan saat itu. Ternyata, kalau kita bisa kreatif dalam menatap dan memandang hidup, apa yang kelihataanya sangat tinggi dan jauh dari jangkauan ternyata bisa kita miliki dalam pangkuan. Ya ya ya, tentu dengan berusaha sedemikian rupa, dengan bersungguh-sungguh, dan tetap dengan tidak mengusik apapun dan siapapun. Kami bisa bersama memandang bulan purnama di pangkuan. Malam itu, diantara kegembiraan itu, saya mencuri-curi pandang kepada suami saya, hehe, saya semakin cinta padanya.

Comments

  1. pertamaxxxxxxxx dolo,,baru baca,,hwehehehehehe

    ReplyDelete
  2. malem mbak Elly, belon sempat ngintip, di luar bulan purnama pa ga ya?
    Wah untung bkn yg ini yg 'dilempar' ke aku ya, ada adegan mesranya tuh...hehehe..
    Btw, benar manusia diberi kemampuan tak terbatas oleh Penciptanya. Namun, kalo ia cm bermimpi memanjat pohon, cuma setinggi pohon itu saja ia mampu naik. Tp kalo seperti Wright Bersaudara yg bermimpi bs terbang bagai burung, maka merekapun bisa benar2 melayang di udara. Maka tak salah jg motto yg kudengar wkt aku kecil dulu, gantunglah cita-citamu setinggi langit!
    Thanks for sharing soul journeynya, kita jg ikut diperkaya malam ini...

    ReplyDelete
  3. waduh,bernostalgia nich yah critanya,,thu akir akirnya sama dengan yang aku alamin sekarang,aku suka di marah marahin salah satu temen Ym aku,gara gara gampang patah semangat, :(( ngga boleh yah kyk gtu :((

    ReplyDelete
  4. @Fanda, ya lampaui mimpi kt mbak. Hm..ntung gak jd ya.
    @inuel, he, gak boleh pth semangat dong syg.

    ReplyDelete
  5. wah sebuah keluarga yang bisa menjadi bahagia seumur hidup tuh

    ReplyDelete
  6. Aku ngebayangin suasana yang romantis, di bawah sinar bulan 2 manusia duduk berdekatan dengan penuh senyuman memandangi bulan di pangkuan....
    Jadi ngiri nih...... Hehehehe

    ReplyDelete
  7. hehehe, mbak elly bikin saya jeles ajah. ngarep ada rembulan disini,hehehe

    ReplyDelete
  8. ih romantis banget mba,...

    ntar ah aku praktekin ke seseorang,...

    ReplyDelete
  9. wah enakya bisa berduaan di bawah sinar rembulan,

    salam kenal mba, aku baru nih di dunia ngeblog...

    jangan lupa kunjungi balik ya!

    ReplyDelete
  10. Kalo mbak Ely memandang bulan dengan romantisnya
    di pangku suami tercinta
    saya malah nyanyi lagunya Utopia

    Memandang hati ini
    sendirian
    ku tahu ku tak bisa melupakanmu
    *hiks...mengalir airmata di pipi*

    ReplyDelete
  11. @Eri, ya eri, romantis ala insan menjelang 40, hehe
    @bunga, amin !
    @Reni, mbak he, sampeyan lbh romantis dr ini.
    @JengSri, dikaulah rembulan jeng, hehe
    @Antaresa, siip.
    @mammizzimam, salam kenal jg.
    @Itik Bali, hah si nona lg melankolis ya. Gpp, pasti nanti udah ceria bikin cerita lucu lg.

    ReplyDelete
  12. so sweet... :)
    kok gak pake cermin? :P

    ReplyDelete
  13. @Baho, hehe. Kurang seru aja kl memangku cermin. Lebih asyik melihatnya di air. Lama amat menghilang, terkonsentrasi kasus entu ya...?

    ReplyDelete
  14. duh, romantisnya mandang bulan sama2. iri nih.he he he....

    ReplyDelete
  15. Wow ... asyiknya ... saya sering juga tuh ... memuaskan imajaniasi dan fantasi ... lalu nulis

    ReplyDelete
  16. ih co cwiiiiitttt...... bkin iri aj nih,he..

    ReplyDelete
  17. hebat yuk ,.... mirip dengan pahlawan pelembang,.... ayuk dengan suami mangku bulan,....
    kalo pahlawan plembang ado mangku bumi,... mangku negara,......
    btw,.... samo hebat la,.... ehhehehehehehehe

    ReplyDelete
  18. @pandu, he, perlu kan.
    @Sang Cerpenis, coba aja mbak, asyik kok
    @EWA, wah bos nyampe kesini jg. Ya spt itulah.
    @Dunia Polar, just do it, hehe
    @yudhistira, hehe, itu sih gelar stelah merit. Rajin2 mampir ya, gek dpt piring cantik, hihi.

    ReplyDelete
  19. memang bahagia ke hidup berumahtangga...saya belum pernah lagi

    ReplyDelete
  20. wah... ada yang sedang jatuh cinta neh. rasayanya sperti apa yah... jatuh cinta sama suami/istri sendiri :p

    ReplyDelete
  21. @Zumairi, tunggulah saatnya tiba dinda
    @bodrox, kmn aja ? Rasanya..., hm, spt sensasi yg dikatakan sebuah iklan rokok, bikin hidup lebih hidup, hehehe.

    ReplyDelete
  22. wah... wah... kisah yang memang keren...

    ReplyDelete
  23. main sayang-sayangan, hiiihh bikin ngiri!

    ReplyDelete
  24. duh mbak menatap bulan berdua...kisah klasik tapi romantiiiiiz abis.

    benr banget mbak, jangankan yang cantik ato yang ganteng, yang jauh aja dapet diraih, kalo kita sungguh2, kayak bulan tadi.
    salam buat bulan di depan rumah mbak, di jakarta lagi mendung nih...tapi ujannya belum turun.

    ReplyDelete
  25. ternyata hal yang cantik dan indah bisa saja dilihat dari pangkuan..hmmm..hebat...

    ReplyDelete
  26. Ceileee...romantiz banget euy, suit suit.....!

    ReplyDelete
  27. bulan memang penuh inspirasi. salam salam....

    ReplyDelete
  28. hebat - hebat, romantis puitis . luar biasa.
    aku baca tertegun bener mbak.kebersamaan bersama suami selalu menambahkan kecintaan dengan pasangannya. Salam sama si masnya mbak.jangan disia2 kan istrinya . istrinya hebat . sampain ya

    ReplyDelete
  29. ngiriiiii...sama cerita romantis boleh enggak sih?

    ReplyDelete
  30. @andrie callista, hehe, thanks.
    @Advintro, halah sampeyan lebih dr ini, hehe.
    @eden,ya syg, raih yang terbaik sebisamu.
    @boyke,mas anda kan sdh dpt rembulan di pangkuan
    @NgofaTidore, ini belum apa2 dibanding ngofa
    @buwel, thanks, eh sering2 mampir ya.
    @putra khan, salam kembali.
    @kawanlama95, bulan itu sdh jd milikmu,selamat.
    @Trimatra, boleh, langsung dipraktekkin ya, he.

    ReplyDelete
  31. Wedew romantisnya!!!
    Jadi pengen ... hahahaha ...
    Last night I was going somewhere with my lovely and beloved daughter. Then, when arriving home, before entering the house, she said to me, "Mama ... look. It is full moon! How beautiful!"
    Tapi, aku sudah capek berat, so kita berdua tidak sempat menikmati keindahan bulan purnama itu berdua. :)

    ReplyDelete
  32. @A Feminist, hehe, saking capeknya gak peka lg sm keindahan bulan yg duluan dlihat sang putri.
    @ayas, ya apapun bs kt raih asal bersungguh-sungguh, gigih, dan kreratif. Kamu yg keren, he.

    ReplyDelete

Post a Comment

Tulisan hasil kontemplasi. Mohon maaf, komentarmu perlu saya cerna dulu untuk menghindari riweh dan tidak spam. Terimakasih.